Bab 27 | Foto

117 14 0
                                    

Semakin dilanda rasa jengkel ketika SMS teror itu muncul hampir setiap hari. Prisa memang tidak pernah membalasnya barang satu pun tapi 'kan tetap saja hal itu sangat mengganggunya.

Dan ternyata selama beberapa hari ini memakai jilbab, sebenarnya Prisa merasa tidak betah. Namun sudah terlanjur mau bagaimana lagi. Ini adalah salah satu bentuk usahanya untuk menarik perhatian Gagah. Tetapi alih-alih mendapat perhatian, ini kelihatannya malah Gagah sama sekali tidak meliriknya.

Maka ketika mengikuti ekskul rohis akhir-akhir ini pun rasanya Prisa sangat malas. Apa ia menyerah saja?

"Enggak!" gumamnya tegas.

Ini memang menjadi pengalaman pertamanya memperjuangkan seorang cowok. Dalam arti lain Prisa belum berpengalaman. Lumayan sulit dan butuh ekstra kesabaran penuh.

"Astaghfirullah ...."

"Loh ini bukannya ...."

"Ada apaan sih?"

"Ih enggak nyangka."

Prisa menyipitkan matanya saat semua mata mengarah padanya dengan berbagai tatapan. Lalu ia meneliti penampilannya jika saja mungkin ada yang salah, aneh atau apapun itu. Namun, semuanya baik-baik saja. Seragam dan roknya masih bersih. Jilbab putihnya pun masih rapi bahkan aroma segar dari parfumnya pun masih tercium

"Ada foto Kak Prisa," ucap Lintang memberitahu.

"Foto?"

"Iya. Tuh!" Lintang mengarahkan telunjuknya pada pintu.

Anak-anak yang berdiri di depan pintu pun sontak menyingkir saat Prisa mendekat. Mereka masih menatap Prisa seolah menunjukkan ekspresi speechlessnya masing-masing.

Prisa mengerjapkan matanya syok.

"Eh eh di jendela juga ada ternyata. Astagfirullah," pekik salah satu anak cewek kelas 10 sembari menutup mulutnya.

Prisa beralih menatap jendela kemudian dengan cepat ia mencopot kasar foto-foto yang tertempel di pintu sebelum berpindah pada jendela.

Tak lama rombongan anak-anak cowok datang. Sedangkan Prisa masih sibuk mengeksekusi foto-foto itu dibantu Lintang dan beberapa anak yang lainnya saking banyaknya foto yang terpajang di sana.

"Ada apa?"

"Itu ... lo lihat aja sendiri."

Mufid bertanya pada anak cewek kelas 11 IPA 1 yang terlihat tak kuasa untuk menjawab pertanyaannya. Menambah rasa bingung pada dirinya saja.

"Ya Allah siapa sih yang jail?" tanya Lintang heran.

"Ada apa, Lin?" tanya Mufid.

"Emm ... ini Kak." Cewek itu menyodorkan sebuah foto pada si ketua rohis.

Prisa menghela napas berat hanya bisa diam tertunduk dengan berlembar-lembar foto yang masih ada dalam genggamannya. Perlahan tangannya meremas semua foto itu.

"ENGGAK ADA YANG MAU JUJUR?" Tiba-tiba Mufid meninggikan volume suaranya. Ia tidak marah hanya saja di situasi saat ini, ia perlu bertindak tegas.

Semua yang berkumpul di depan ruang rohis sampai berjengit kaget.

"Ada apa, Muf?" Gagah mendekat. Namun, ia tidak bisa melihat foto yang dipegang Mufid karena posisi fotonya terbalik.

"Bukan saya, Kak."

"Saya juga enggak. Bukan saya yang ngelakuin itu."

"Gue juga enggak. Buat apa coba."

"Apalagi gue. Gue enggak tahu apa-apa."

Gue Prisa [Complete]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang