"Masih pengin kangen-kangenan padahal."
Prisa menoleh plus memutar malas bola matanya.
Lebay, pikirnya.
"Udah ya gue cabut dulu. Lo diem-diem aja di rumah. Oke?"
"Hem." Agra berdeham malas.
Cowok itu selonjorkan kakinya ke atas meja. Dia lagi nonton tv sendirian.
"Emm anu Mas Agra."
"Hem?"
"Mas Agra mau makan siang pakai apa?"
"Ya nasi dong, bik."
"Maksudnya anu ... itu lauknya."
Entah kenapa wanita yang berstatus sebagai PRT itu mendadak gagap semenjak kedatangan Agra.
Apa karena Agra adalah cogan?
Biasanya 'kan laki-laki yang ia lihat setiap hari di rumah ini hanya Pak Pon.
"Seadanya apa aja deh, bik. Aku apa aja doyan asal enak." Agra nyengir. Sudah lama ia tidak dilayani seperti ini.
"Oke siap cogan!" jawabnya semangat lalu dengan cepat menutup mulutnya. Langsung ngacir ke belakang karena malu dengan ucapannya sendiri.
Agra tertawa.
"Hai, adik gue lagi ngapain?"
Mily melempar ranselnya sembarang kemudian duduk di samping Agra dan merangkulnya. Karena Agra adalah adik dari sahabatnya, maka cewek itu pun menganggap Agra adalah adiknya juga.
Kalau Mily bukan sahabat Prisa, mungkin Prisa akan sangat malu semalam datang ke rumahnya. Sepekan menghilang tanpa kabar, pulang-pulang bawa cowok.
Awalnya Mily sempat syok. Namun ketika Prisa bercerita, Mily merasa senang. Ia senang karena sekarang punya adik. Yang mana bahwa sesungguhnya dirinya adalah anak semata wayang.
"Nonton bioskop, Kak."
"Ah ngelawak lo?" Mily ngakak sambil menoel lengan Agra.
"Eh kok lo panggil gue Kak sih?" protesnya kemudian.
"Kak Mily 'kan temennya Prisa."
"Terus?"
"Ya bener 'kan kalau gue panggil lo Kakak?"
Diraihnya ransel yang tadi Mily lempar. Ia rogoh di salah satu bagian untuk mencari sesuatu.
"Wajah gue masih mulus gini." Cewek itu bercermin pada kaca kecil yang tadi diambilnya. "Gue masih muda tauk, Ag," katanya. "Udah ah jangan panggil gue kakak lagi!"
Mily mencebik.
Agra terkekeh. "Dasar ya cewek. Gitu aja langsung ngambek."
"Ya lagian lo gitu sama gue. Kakak lo sendiri aja enggak lo panggil kakak. Ya kali lo malah manggil orang lain kakak."
"Iya-iya oke Karenina Emily." Agra cubit kedua pipi Mily membuat sang empunya refleks memegang tangan cowok itu. Bermaksud menjauhkan dari pipinya.
"Lo mah jangan bikin gue baper ya!"
"Dih." Agra tertawa gantian merangkul Mily.
Belum genap 24 jam mereka saling mengenal tapi sudah seakrab ini.
"Betewe si Prisa ke mana? Kok nggak keliatan batang congornya dari tadi?"
"Pergi tadi."
"Pergi? Ke mana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Gue Prisa [Complete]✓
Teen FictionGue Prisa. Hidup gue udah rusak sejak SMP. Puncaknya saat gue kelas 10. Gue hamil. Gue benci. Gue aborsi. Dan cuma bisa meringis saat benar-benar merasakan jatuh cinta pada salah satu cowok di sekolah gue, yang sangat-sangat gue sadari bahwa gue eng...