Memakai Narkoba

559 35 13
                                    

😖😖😖😖😖😖😖😖😖😖😖😖

Jam istirahat pertama Leo keluar kelas dengan raut wajah gelisah, ia berjalan menuju rooftop, sesekali ia mengecek suatu benda yang ada di dalam saku roknya. Ia berjalan tergesa-gesa. Keringatnya bercucuran, wajahnya pucat pasih. Ia benar-benar butuh tempat sepi dan tenang, apalagi Gita pernah berkata jika rooftop SHS tidak ada yang pernah menjama, tempt yang sering Gita jadikan tempatnya menangis mengutarakan kesedihan dan unek-uneknya jika ia selesai di bully geng Vina.

Sepi, tanpa seorangpun. Di sinilah Leo berada. Senyumnya terbit, ia berjalan mencari tempat ternyaman. Walaupun jalannya gontai ia tetap berusaha. Leo benar-benar tidak tahan. Di balik tembok dia duduk bersandar berselonjor. Nafasnya memburu, tubuhnya gemetar hebat.

Leo terkekeh, menertawakan dirinya saat ini yang di serang sakau, ia tak bisa mengendalikan dirinya, matanya mulai berkabut, kepalanya bergerak tanpa ia sadari karena sakau, tangan gemetarnya merogo saku roknya. Mencari sesuatu benda, benda yang saat ini sangat ia butuhkan melebihi apapun.

Lagi, ia tertawa lagi saat suntikan yang berisi cairan bening ada di tangannya, suntikan dengan jarum tajam yang masih tertutup rapat.

"Gue butuh lo Njing!" gumanya sambil membuka tutup jarum dengan mulutnya yang membiru. Mata Leo sayu.

Nampak jelas bibir Leo membiru dan bergetar begitupun tangan kanan yang akan menyuntikan jarum itu ke lengan kirinya.

Diluruskan lengan kirinya, Leo terkekeh dengan keadaanya sekarang. Ia mulai menyuntikan jarum, namun itu tidak berhasil. Gagal.

"KAMU SUDAH GILA LEE?!" seru Gita dan merebut benda tajam itu, lalu membuangnya asal. Setidaknya agar menjauhkan dari jangkauan Leo.

"KAMU MAU NGAPAIN DENGAN JARUM ITU?!" seru Gita tajam tak percaya mendapati Leo saat ini.

Leo mendongak, pandangannya tajam ke wajah Gita yang beraut wajah serius menanyakan aksinya. Leo memandang Gita dan seolah wajah Gita ada dua. Leo gemetar hebat, pandangannya mulai tidak normal. Ada rasa yang bergemuruh di dalam dadanya. Namun ia masih bisa mengendalikan dirinya.

"Mana obat gue?" pinta Leo lirih, pandanganya mengedar mencari suntikan itu. Ia tak perduli dengan adanya Gita yang tengah menatapnya panik, bingung dan sedikit takut.

Mata Leo menangkap adanya benda yang ia cari, jaraknya Empat meter dari ia duduk saat ini.
Leo berdiri, namun kakinya seolah tak kuat menopang berat tubuhnya, ia limbung dan jatuh. Gita menggeleng, berjongkok membantu Leo berdiri.

"Nggak usah bantu gue!" tajam Leo lalu mendorong bahu Gita sampai ia terjengkang, sikunya beradu lantai rooftop yang panas.

Leo merangkak menuju benda itu, tangan kanannya terulur lurus mengambil benda itu, senyumnya terbit, namun senyumnya berubah dalam sekian detik selanjutnya.

"Serahin benda itu Gita!!!" bentak Leo yang kalah cepat memungut suntikan itu.

"Gak akan Leo," Bantah Gita tak mau kalah.

Leo mendongak ke atas, menatap wajah Gita yang berdiri tegap dengan tangan kanan memegang suntikan. Mata Leo menyipit karena silau matahari saat ini.

"PLeas...."

"Nggak, enggak akan Lee," tegasnya.

Leo terduduk dari merangkak, mengatupkan ke dua telapak tangannya memohon. Wajah Leo memerah melawan sakau nya, belum lagi cuaca yang lumayan panas siang itu membuat tubuhnya basah karena keringat.

"Gita, balikin candu gue, cepet!!"

"Sejak kapan kamu jadi pe-pecandu barang haram ini Lee? Ada apa dengan kamu?"

Aku si pecandu [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang