Masa Rehab

309 19 3
                                    

Sudah dua bulan Leo menjalani masa rehabilitasi. Dan dalam dua bulan ini adalah masa yang sangat sulit. Seolah dunia ini tengah menghukumnya. Putus asa, itu yang dia rasa. Namun dia mulai bangkit karena banyak orang yang selalu mendukungnya untuk sembuh. Dia tidak ingin mengecewakan orang-orang.

Hari ini Leo masih memasuki tahap detoksifikasi, sampai saat ini dia masih menjalani tahap ini. Mengingat dirinya adalah pemakai berat dan pecandu berat. Dalam tahap ini dokter akan memeriksa kondisi fisik, mental dan kesehatan Leo. Setelah itu dokter akan memberikan obat untuk putus zat (sakau) yang dia derita. Dan itu semua tergantung pada kondisi Leo dimana pemberian obat itu tergantung pada jenis narkoba, berat dan ringannya sakau yang di alami pecandu. Sangat rumit.

Dan disinilah dia sekarang berada, dalam ruangan dan sedang di tangani dokter. Leo dapat sedikit bernapas lega, karena dirinya menunjukan kemajuan yang signifikan.

"Kamu jangan nyerah ya, banyak orang yang berharap kamu cepet sembuh," ujar dokter wanita yang di ketahui bernama Mila.

Leo mengangguk dan melontarkan senyum tipis. Wajah Leo tidak sepucat sebelumnya. Pipinya mulai berisi begitu juga tubuhnya.

"Berapa lama lagi dok?"

"Tergantung kamu, kalau kamu punya kemauan sembuh, ya... Cepat buat keluar dari sini. Kamu liat orang-orang di luar sana," pandangan Leo beralih ke luar jendela mengikuti pandangan dokter cantik itu, "Mereka juga sama seperti kamu. Mereka juga pengen banget sembuh dan cepet pengen kumpul keluarga," tambahnya sambil membereskan peralatan medis usai memeriksa kondisi Leo.

"Aku..." Leo bersuara saat dokter itu hendak meraih knop pintu kamar Leo lalu berbalik menatap gadis itu penuh tanya.

"Aku pasti sembuh kan?" tanya Leo dengan nada yang sedikit bergetar. Dia takut jika harapan itu sangat tipis.

Dokter Mila tersenyum. Setidaknya saat ini senyum dari dokter cantik itu dapat menenangkan Leo. Walaupun Leo sendiri juga ragu pada dirinya sendiri, apa kah dia akan kembali sebagai pemakai jika keluar dari sini.

"Kamu pasti sembuh, aku yakin itu. Memang dua bulan ini akan terasa berat, namun melihat kondisi kamu sekarang, mungkin kamu akan lebih cepat pulih. Buktinya badan kamu sekarang sudah mulai berisi."

Leo mengamati tubuhnya. Benar, sekarang dirinya lebih berisi dan lebih segar. Emosinya juga mudah di kendalikan.

Dokter Mila tersenyum, "Ada lagi?"

Leo mendongak menatap Dokter Mila, "Tidak, tidak ada."

"Baiklah. Semangat ya," ujarnya lalu meninggalkan Leo seorang dikamarnya.

Setelah itu, Leo beranjak dari duduknya menuju jendela kamar. Hari ini cuaca sangat cerah dan panas. Namun tidak menyurutkan keinginan pasien lain duduk-duduk di taman gedung rehab ini.
Leo melipat tangan di dada. Rasanya ia sangat kesepian, selama dua bulan ini tidak ada satupun yang mengunjunginya. Tidak ada teman berbicara. Selesai mengamati orang-orang di luaran, Leo lalu menuju nakas. Disana ada buku harian yang masih banyak yang kosong dan baru beberapa halaman terisi, buku pemberian Gita. Leo lalu tersenyum hambar dan mulai menuliskan kejadian hari ini. Hanya itulah teman yang dia punya saat ini.

****

Hari ini Leo masih memasuki tahap detoksifikasi, namun kali ini metode yang di gunakan bernama cold turkey, dimana metode ini di lakukan dengan mengurung si pecandu dalam masa putus obat tanpa memberikan obat-obat tertentu.

Awalnya Leo merasa berat namun seiring berjalannya waktu, dirinya mulai bisa mengendalikan sakaunya. Perlahan tapi pasti Leo mulai merasakan perubahan. Walau sebelumnya dia tidak yakin. Waktu pertama masuk tahap ini, dia sangat frustasi dan akhirnya putus asa. Tapi dia sekuat mungkin memaksa tubuhnya karena dorongan ingin sembuh dan tidak ingin mengecewakan orang-orang yang sudah berharap banyak padanya.

"Gue harus sembuh," ujarnya entah untuk yang keberapa kali dalam hari ini.

Leo berharap cepat pulih agar dapat menyelesaikan tahap demi tahap.
Harapan Leo hanya ingin sembuh dan dapat melanjutkan hidup seperti sebelum mengenal narkoba. Walau terasa berbbda tapi dia harus jalani.

Leo menatap jam yang tergantung di kamar. Hari ini dia tidak sakau lagi seperti sebelumnya. Dirinya tersenyum puas. Mungkin lusa dia juga tidak akan di kurung di kamar lagi dan akan diikutsertakan dalam sesi konseling (rehabilitasi nonmedis). Semoga saja.

Dan setelah itu selesai dia akan menjalani tahap yang lebih mudah dan tak lama lagi akan keluar dari tempat ini. Tempat ini membosankan.



****

Brak!!

"Lo punya mata nggak sih!?"

"Ma-maaf,"

Semenjak Leo tidak bersama Gita, Gita mulai di bully terutama oleh Vina. Sengaja Vina memperlakukan Gita seperti babu. Karena hanya Gita lah tempatnya melampiaskan kemarahannya.

Semenjak orang tua Vina bercerai dan Matt pun mulai mengetahui keburukannya, itu sebabnya dia di putuskan Matt. Gadis yang malang.

Dan Vina fikir semua itu gara-gara Gita. Andai saja waktu dirinya menyiksa Gita tidak di ketahui Matt, mungkin saat ini cowok itu masih bersamanya. Karena lelaki itu diam-diam mulai menguntit Vina.

"Dasar muka cacat! Gara-gara lo, gue di putusin Matt," Vina benar-benar frustasi dan melampiaskan ke Gita.

Gita di jambak oleh Vin lalu kepalanya di jeburkan ke westafel toilet sekolah. Rambutnya basah kuyup. Dan sebagian lagi merekam aksi Vina. Semuanya dilakukan usai pelajaran terakhir. Waktu yang bagus dimana semuanya sudah pulang sekolah.

Berulang kali Gita meminta ampun, namun tanggisanya adalah hiburan yang menyenangkan. Pelampiasan kekesalan Vina mengapa harus Gita?

"Kenapa nggak kita telanjangin aja nih muka cacat Vin. Kayaknya seru. Kita rekam, terus... Lo tau lah rekamannya buat apa?" ucap Dhea memberikan ide gilanya kepada Vina. Dan ide itu dia terima.

"Nah betul juga tuh Vin," tambah Ayu antusias.

"Tolong... Jangan... Jangan lakuin it-"

Plak!!

Vina menampar Gita tanpa membiarkan dia menyelesaikan permohonannya. Gita hanya menangis terisak.

"Gue nggak nyuruh lo ngebacot!" geram Vina.

"Lama lo, Vin!" serobot Mia tak sabar lalu mulai menelanjangi Gita.

Vina dan ketiga temannya tertawa keras menikmati pemandangan tubuh Gita yang mulai terekpos. Gita di tendang, di jambak dan semua itu di rekam.

Usai melakukan aksinya, Vina cs pergi meninggalkan Gita seorang diri di toilet. Gita memeluk tubuhnya sendiri, dingin karna hanya mengenakan dalaman. Hanya atasan saja yang Vina lepas. Benar-benar  biadab.





                        Tbc....

Please tinggalkan Jejak....

Aku si pecandu [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang