"Jadi? Kapan kalian menikah?"
Dan di sinilah Leo berada di tempat sebuah gedung serbaguna, tempat dimana resepsi pernikahan Jeni dan Marcel di gelar. Dan sekarang Leo tengah bercengkrama dengan sahabat masa sekolahnya dulu, Riska. Yang mana Riska pun datang membawa tunangannya yang katanya pengusaha muda.
"Gue?" balas Leo dengan pandangan yang masih mengarah ke arah Jeni dan Marcel di atas mimbar sana dengan senyum sumringah dengan tamu undangan yang menyalami mereka.
"Ya siapa lagi kalau bukan lo?"
"Lo dulu lah, Ris."
"Keburu tua loh nanti Le."
"Nyatanya Randi masih mau sama gue." tawa mereka pecah seketika.
"Ehem..."
Suara Randi terdengar. Keduanya menoleh ke arah Randi.
"Noh... Laki lo dah ngekor," cibir Riska.
"Hi... Apaan!?" Elak Leo.
"Boleh pinjem Sandranya?" ijin Randi lalu menggenggam tangan Leo.
"Oh... Di izinin banget..."
Leo mendelik sebal.
"Ayo."
"Ngapain sih kita keluar? Kan acaranya di dalem. Terus kita mau kemana?" tanya Leo sambil berjalan menyusuri koridor.
"Ngapain?" tanya gadis itu kembali setelah berhenti di depan pintu.
"Ini udah malem loh. Udah jam--"
"Sepuluh. Ini udah jam sepuluh Randi. Ayo kita pulang..." ucap Randi sebagai lanjutan perkataan Leo.
Randi membuka pintu. Dapat di lihat oleh Leo di depan sana. Ruangannya nampak gelap. Ada rasa ragu untuknya masuk.
"Gelep."
"Emang," ucap Randi datar.
Ini cowok kenapa sih? Kok hawanya aneh, terus kenapa coba pakek acara pergi ketempat kayak gini?
"Masuk." suara Randi terdengar datar.
"Tapi..."
"Masuk."
Leo di tarik paksa masuk bersama Randi. Gelap dan pintu langsung di tutup.
"Kamu gila Ran--"
Klak! Terdengar suara sakelar bersamaan dengan lampu temaram menyala. Namun Leo tercenung ketika pandangannya fokus ke arah lampu yang berwarna warni menyala. Bukan lampunya yang menjadi pusat perhatiannya, namun dekorasi diruangan itu yang terkesan tidak biasa.
"Ayo jawab?" Leo beralih menatap Randi.
"Jawab apa?"
"Kamu bener-bener ya San? Kan udah ada tulisan di sana maukah kamu menikah dengan ku? Masa iya kamu nggak bisa mengartikan maksut ku?" kesal Randi.
"Oh..." balas Leo lalu berjalan menuju meja yang hanya ada dua kursi saling berhadapan.
Leo berjalan membelakangi Randi yang tengah kesal, senyum Leo mengembang tanpa cowok itu tahu. Selain berhasil membuat Randi kesal, dia juga senang mendapati kejutan seperti ini. Lampu warna-warni, kelopak bunga mawar di lantai bertaburan, lilin menyala berbentuk hati, dan tidak lupa makan malam romantis.
"Sandra..." suara Randi mulai mendekat.
"Apa sih?"
"Kamu mau kan nikah dengan ku? Mau ya? Lihat, Marcel aja udah nikah. Matheo udah punya anak dua. Terus aku kapan? Kamu kan sudah jadi Dokter beda---"
"Bulan depan." potong Leo cepat.
Mendengar jawaban Leo, Randi lalu membalikan tubuh Leo. Kedua tangan randi menangkup rahang gadis itu.
Tanpa menunggu lagi Randi mencecap bibir Leo ganas. Terdengar desahan dari mulut Leo bersamaan dengan masuknya lidah Randi ke mulut Leo. Keduanya sama-sama rakus mencecap, menggigit dan menghisap seolah tidak ada hari esok."Aku nggak mau tanya lagi. Takut kamu berubah fikiran," ujar Randi di sela aktifitasnya menghirup oksigen lalu menciumi bibir Leo lagi rakus.
*****
"Duh anak Papa hari ini akad," ucap Daniel sembari menggandeng Leo menuju tempat ijab qobul.
"Papa degdegan loh San?" bisik Daniel ketika mulai masuk ruang akad.
"Ikh... Papa ini. Harusnya Sandra yang bilang kayak gitu."
"Ya Papa juga nggak tahu. Waktu Papa nikahain Matt, Papa nggak kayak gini." kata Daniel lagi.
Sah!!
Semuanya serentak berkata Sah setelah Randi mengucapkan kalimat ijab qobul. Hari ini adalah hari bahagia Leo dengan Randi.
"Akhirnya lo ama gue jadi iparan juga," suara Jeni terdengar membuka obrolan Randi, Marcel, Jeni, Riska dan suami.
"Iya, akhirnya kita bertiga nikah juga. Sama-sama jadi pengantin baru. Tiga pasang pengantin baru." tambah Riska.
Sedikit info, antara Riska dan Leo menikah hanya selisih empat hari.
"Terus kapan punya anak?" ucap Marcel tiba-tiba. Sigap Jeni mencubit pinggang Marcel.
Sontak pandangan mereka beralih kepada keduanya. Ada yang aneh.
"Baru aja akad Cel, udah tanya mom-- kalian?!" Leo mendelik horor. Begitupun Randi yang sedikit...
"Jangan bilang lo udah... Hamil Jen." celetuk Riska tiba-tiba.
"Hehe... Udah jalan tiga bulan." jujur Jeni.
"Astaga... Lo udah tanem saham Cel?!" tanya Randi tidak percaya.
Pasangan gila. Mereka justru tidak malu untuk bercerita pertama kali memproduks Marcel Junior. Leo dan Riska sampai bergidik ngeri menyimak.
"Selamat ya Dok..." ada suara yang menurut Leo tidak asing. Leo berbalik. Bola matanya menatap dari ujung kaki dan naik keatas.
"Selamat ," ucapnya lagi.
"Gita... Aku seneng banget kamu dateng. Kamu cantik banget." puji Jeni heboh.
"Udah lama nggak ketemu Git."
"Ya ampun... Pangling aku." mereka bergantian memeluk Gita.
Dapat di lihat sekarang penampilan Gita nampak jauh lebih cantik. Dirinya sekarang sudah bisa memperlihatkan seluruh wajahnya.
"Ini serius Gita?" tanya Marcel tidak percaya.
Gita mengangguk.
"Pak Randi, selamat ya..."
"Gimana cabang Resto dan Kafe yang di Bali?" tanya Randi tanpa basa-basi.
"Gilak,"
"Nah laki lo, Le... Emang gila di saat kayak gini malah bisnis yang di bahas," timpal Jeni.
"Bukan gitu, Gita ini yang kelolah kafe di sana. Ini aja dia baru balik." jelas Randi.
"Semua udah saya kirim ke email Bapak." Randi mengangguk mengerti.
Semuanya tertawa dan menikmati acara malam ini.
Gita dan Leo pun masih nampak asik mengobrol.
"Kamu kapan menikah Git?"
"Nanti jika sudah ada jodohnya."
Tamat.
Happy ending...
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku si pecandu [END]
Ficção Adolescente😁Follow dulu sebelum membaca😀 Leo adalah seorang gadis pecandu Narkoba dan sosok yang TEMPRAMEN suka main pukul. "Kamu sangat menakutkan Leo? kamu sangat mengerikan!! berhentilah bersikap kasar."