Fitnah

370 27 12
                                    

Sebenarnya bahu kiri Gita pegal semenjak dua jam terakhir menahan kepala Leo bersandar. Setelah Leo menyuntikan obat ia tertidur pulas di bahu Gita. Gita menoleh ke kiri, di sana ia melihat guratan tenang di wajah Leo tertidur.

Sekali lagi Gita tidak menyangka jika gadis yang bersamanya adalah seorang pemakai narkoba. Ternyata itulah fakta Leo yang sebenarnya. Dan dia melihat dengan mata kepalanya langsung. Gita menjadi sedih akan kebenaran itu, tenyata orang yang setenang Leo adalah pecandu narkoba.

Ingatan Gita kembali ke awal pertama ia bertemu Leo di taman belakang, kesan pertama dari Leo adalah sosok yang mengerikan serta kasar. Buktinya waktu ia memberikan seragam sekolah, justu dengan cara di lempar ke arah wajahnya. Benar-benar gadis kasar. Itulah yang dia tau dari gadis yang tiga minggu ini dia kenal. Gita benar-benar lelah dan membuat pergerakan sedikit tentu saja membuat Leo sedikit terusik dan bangun.

"Eh!..." Gita terpelonjat kaget

"Harusnya lo bilang kalau bahu kirimu pegel! Jangan diem aja! Dasar goblok!!"  kesal Leo marah

"Ma-afin aku." cicit Gita

Leo beringsut berdiri meregangkan ototnya dengan cara kedua tangannya dia angakat keatas sambil mengepal erat.

"Itu... Bekas sun-- suntikanya gak pa-p a Lee?" tanya Gita kuatir.

"Biasa aja," sautnya datar. Sifat dingin gadis itu sangat jelas, tatapannya kembali datar dan ekspresi wajahnya susah di mengerti.

Padahal bekas suntikan di lengan kirinya sudah berwarna kebiruan.
Mungkin Leo sudah terbiasa, apa lagi dia tadi bilang sudah jadi pemakai selama dua setengah tahun. Waktu yang lama. Pantas saja di kurus, pucat dan.... Yah seperti itulah.

Leo memungut suntikan dan membuangnya asal ke arah jalan raya yang ada di bawah rooftop. Ia tidak mau meninggalkan benda itu di sini.

Bel istraht ke dua berbunyi. Leo turun dari rooftop di ikuti Gita. Agak sedikit heran, mengapa Leo sebegitu tenang. Apa dia tidak memikirkan masa depannya. Dan lagi? apa orang tuanya tau? dan.... Terlalu jauh Gita memikirkan gadis yang ada di depannya ini. Fikiran Gita bercabang tentang gadis itu. Gita menggeleng.

Leo masuk kelas begitu saja, dan Gita? sudah pasti dia juga ke kelasnya. Ada sesuatu yang berbeda kali ini ketika ia menuju kelasnya. Gita akui ia sering jadi bahan gunjingan karna sering di bully oleh Vina. Namun untuk kali ini berbeda, banyak siswa menatap layar ponsel dan Gita secara bergantian. Ada apa? Gita tak mengerti. Apa ada yang salah dengannya?

*

Berbeda dengan Leo yang memang sudah di tunggu di kelas oleh Riska dan Jeni. Leo menuju mejanya dan menatap keduanya datar, tapi yang di tatap justru menunjukan raut cemas. Leo duduk di bangkunya, dimana keduanya berdiri di sana sambil menggengam ponsel yang sedari tadi mereka pelototi, Leo melirik ke siswa lain. Ada apa? kenapa mereka menatapnya horor seperti melihat hantu. Abaikan saja, ia tak perduli.

"Apa!?" tanya Leo dengan kesal kepada Jeni dan Riska yang menatap Leo tajam.

"Lo gilak njir," nyinyir Riska marah

"Lo udah gak normal. Apa nggak ada laki-laki lagi Le! Cinta lo abnormal njir!" cibir Jeni lalu menggelengkan kepala tidak percaya sembari mendecak.

Leo mendengus kesal, lalu menautkan alisnya, ia tidak faham. Tindakan mereka membuat Leo mulai tersulut emosi.

"Kalian kenapa sih?" tanya Leo.

Leo semakin naik pitam, sesekali ia melirik ke sekitar, menatap penghuni kelas yang menatapnya... jijik.

"Lo beneran les...biola, Lee?" ujar Jeni, dan di tanggapi Leo dengar mengernyitkan kening tidak paham.

"Udah mending lo liat ini aja."

Tanpa basa-basi Riska memberikan ponselnya, Leo tercengang melihat tga foto dirinya dan Gita berpelukan, serta Vidio berdurasi 29 detik mereka di rooftop. Leo meremat ponsel Riska. Kali ini Leo nampak cemas, bukan mencemaskan dirinya, namun Gita.

"I-itu..." Beo Jeni

"Heh!"

"Jangan!"

Keduanya berteriak ketika Leo hendak mengayunkan ponsel Riska, lebih tepatnya akan membanting ponsel Riska. Wajah Leo merah padam. Siapa? siapa yang sudah menyebarkan fitnah tentang hal itu.

Leo mulai merasakan otaknya mendidih.

"Itu vidio dan foto nyebar di grub Chat." jelas Jeni.

"Siapa?"

"Vina Lee, vina yang post di grub chat. Sekolah kita ada grub gosip di Whatsapp."

Braak!!

Meja adalah pelampisan Leo saat ini sampai ia keluar kelas mencari si pembuat onar.

*
Langkah Gita terhenti dan tercekat akan masuk kelas, lalu ia mundur saat Ayu dan Ghea mendorong bahunya, mereka tertawa mendapati Gita yang hanya diam menunduk tak membalas sampai akhirnya posisinya sekarang berdiri di koridor.

"Woah,,, mana si muka pucet pasangan lesbi lo!?" Ucap Vina sarkas dari belakang Ayu dan Ghea.

Gita tak mengerti maksud Vina.

Vina mendekati dan mengitari Gita, menjambak rambut belakangnya hingga Gita mendongak.
Sakit, pedih dan perih itu yang ia rasa nampak jelas di ringisannya.

"Ampun Vin, Ampun..."ucap Gita gemetar memohon.

Vina tidak perduli.

"Lo minta Ampun!?" sergah Vina.

"Gue nggak bakalan ampuni mangsa gue, lo tau kan siapa gue?"

Brugk!

Gita ambruk di lantai akibat dorongan Vina. Vina berjongkok mencekram rahang Gita erat. Wajah Gita memerah menahan sakit dan juga, nampak jelas bekas luka di wajah Gita.

"Liat! liat wajah cacatnya, wajar dia ada maen dengan si muka pucet. Karena apa? Nggak ada laki-laki yang mau ama dia!" hina Vina, dan sampai sekarang Gita tidak faham apa yang Vina maksut.

semua anak mengerumuni mereka, herannya kenapa tidak ada yang menolong, dan di mana gura dan Staf saat ini. Suasananya seperti sudah di setting sedemikian.

Gita menangis. Justru tangisan Gita menjadi tawa Vina. Vina berdiri.

"Semua orang tau, kalau lo dan Leo main api. Kalian Lesbi kan?!" tuduh Vina.

Gita baru faham kenapa ia dari tadi di tatap siswa siswi aneh, ternyata itu alasannya. Gita menggeleng dalam tangisnya, tubuhnya gemetar, belum lagi cengkraman Vina meninggalkan jejak merah di rahang Gita, bekas kuku. Sakit dan pedih, sudah pasti. Kulit Gita lecet karna kuku Vina.

"Liat si muka cacat ini, gak nor---"

Brugkh!!

Vina urung melanjutkan kalimatnya

"Ekh,,,, le-le-lepas-sin gu-gu-e...." suara Vina kacau, matanya terbelalak merah, Vina terkejut setengah mati tiba-tiba Leo menyerangnya mendadak dari belakang.

Leo datang mendorong Vina di tembok, lengan kiri Leo mengunci Leher Vina, sedang tangan kanan Leo mengunci tangan kiri Vina.

Ditatapnya Vina tajam.

"ANJING LO VIN, LO SAMA KAYAK BOKAP LO, SAMA-SAMA BANGSAT!!" terik Leo di telinga kiri Vina.

Leo menekan lengannya ke leher Vina. Wajah Leo merah, matanya melotot, memperlihatkan jelas urat-urat merah di bola matanya. Belum lagi rahangnya yang tegas. Jarak wajah Vina dan Leo sangat dekat. Wajah Leo merah marah. Sangat mengerikan belum lagi ia masih di bawah pengaruh narkoba.

"Lee..."

"LO NDEKET GUE BUNUH DIA!" tajam Leo, ketika Ayu dan Ghea hendak melerai.

"Lo nyebarin foto gue dan Gita, dan Lo bilang gue nggak normal, huh! Lo yang punya otak gak normal! Lo ngefitnah gue kayak gitu. Emang bangsat lo ya!"

Leo menekan lengan kirinya lagi. Vina kehabisan nafas terlihat dari nafasnya yang tersengal, wajahnya merah.

              

Bersambung....

Aku si pecandu [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang