Terjaga

310 20 7
                                    

.
..
...
....

Napas Leo memburu, ia sangat gelisah. Berulang kali ia mencari posisi tidur yang nyaman namun tidak dia dapatkan. Dirinya mendadak sakau, beringsut ia duduk menatap laci meja belajar. Leo lalu bangkit menuju meja itu. Di bukanya laci dimana ia menyimpan putau.
Tanpa berlama lama ia menelan benda itu, ia lemas terduduk menyandar sisi ranjang. Duapuluh menit kemudian ia mulai tenang, ia lalu beranjak dan meraih ponselnya di atas nakas. Dinyalakan ponselnya yang sedari tadi mati.

Papaku⭐

|Sandra, besok papa sudah ada di rumah. Kamu baik baik dirumah kan? Mau papa belikan apa?

20.16

Leo tak merespon.

Randi🌏

|Lee, kamu dimana? Aku sudah di depan rumahmu. Kenapa ponselmu tidak aktif?

18.35

Leo terdiam. Sejenak memikirkan perasaan Randi. Mungkin pria itu akan marah padanya.
Menghela napas panjang Leo lalu membaringkan tubuhnya di ranjang.

''Jam dua pagi,'' guman Leo ketika menatap layar ponselnya.

Setelah kembali dari kafe Randi, Leo memang tertidur. Namun ia terjaga, ia sakau.

''Gadis macam apa gue ini?''

Leo memiringkan tubuhnya memeluk guling. Air matanya menetes merutuki dirinya. Ia harus berbuat apa? Ia ingin lepas dari keadaan sekarang namun ia tidak bisa. Semakin ia memaksa maka semakin tersiksa pula dirinya. Dan sekarang tubuhnya sudah kurus dan wajahnya seperti bunga yang layu.

***

Vina terjaga dari tidurnya, ia lalu beringsut duduk bersandar di badan ranjang. Vina merasa pusing memikirkan identitasnya belum lagi dua hari lagi adalah sidang pertama perceraian orang tuanya. Malam ini ia benar benar sangat pusing, kantuknya hilang seketika.

''Kenapa semua ini terjadi dalam hidup gue?''

Vina termenung, diakui memang kedua orang tuanya adalah orang berada, namun jika harus bercerai bagaimana tanggapan orang orang dan teman temannya nanti.

Bepp.

Notif pesan masuk.

Matt_

| Besok siang, pertama kalinya kita ketemu. Gue harap lo mau nemuin gue.

23.50

Vina lalu tersenyum bahagia, semua kesedihannya hilang seketil. Ia akan bertemu Matt, lelaki yang setahun belakangan ini menjadi teman kencannya di sosmed.
Vina sangat ingin ketemu, karena hanya Matt lah tempat ia mencurahkan isi hatinya selama ini.

''Setidaknya sekarang ada tempat buat gue curhat."

Vina merasa haus lalu turun menuju dapur dengan lampu yang masih menyala. Vina kira mamanya lupa mematikan lampu, namun dia salah. Justru papanya sedang duduk di meja makan sambil menyecap kopi.

Dengan acuh tak acuh dia melewati papanya, sorot mata papanya bergerak mengikuti gerak Vina.

"Vin," papanya memanggil. "Duduk sini, temani papa," katanya lalu mengulas senyum.

Vina lalu duduk di kursi seberang papanya. Sebenarnya dia malas, tapi mau bagaimana lagi. Hati gadis itu masih sakit karena ucapan lelaki di depannya ini, "Anak haram."

Untuk beberapa hari ini dua kata itu selalu berputar-putar di kepalanya. Apa lagi menjelang malam seperti ini. Vina sampai sulit memejamkan mata.

Hening.

"Ada apa?"

Vina yang dari tadi hanya diam mulai pembicaraan, lama-lama dia muak melihat wajah orang di depannya ini. Ingin rasanya dia meraih pisau yang ada di Rak piring dan menancapkan di leher papanya itu. Mungkin lebih baik dia mati.

"Kamu tahu kan, papa dan mama lusa ada sidang cerai?"

"Lalu?"

"Kamu nggak marah kan, kalau papa dan mama berpisah?"

Dengan sangat enteng Papanya bertanya. Seolah semuanya akan terjadi begitu saja tanpa memikirkan hati Vina.

"Mengapa harus bertanya? Apa hak anak haram ini untuk marah?"

"Baguslah jika kamu sadar."

"Sangat sadar. Dan juga... Harusnya Anda tidak perlu repot-repot bertanya itu."

"Anda?"

"Kenapa? Ada yang salah?"

"Di dalam diri saya, tidak ada mengalir darah Anda. Jadi? Inilah yang seharusnya terjadi. Kami akan baik-baik saja, terutama mamaku."

Lelaki itu terdiam, mengapa sangat menyakitkan ketika Vina mengganti kata papa menjadi Anda. Apa lagi melihat ekspresi Vina yang nampak tenang dan biasa saja. Seolah dia tidak terbebani dengan perceraian orang tuanya.

"P...pa-"

"Jika tidak ada yang perlu di bicarakan lagi, aku mau tidur."




TBC...

Aku si pecandu [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang