Rahasia

296 18 1
                                    

''Aww...''

Leo meringis ketika mamanya Vina menutul-nutulkan obat merah ke luka di bibir gadis berwajah pucat itu. Perih

''Sakit ya?'' tanyanya dan di angguki Leo lemah.

''Makanya Lee, jangan apa apa maen pukul. Untung aja ada Bang Matt, kalau gak? Lo udah di jadikan gado- gado ama tuh bodyguard,'' seru Matt yang hendak mencecap teh buatan Vina.

Dan disinilah mereka berada di rumah Mia_mamanya Via_ rumah dua lantai yang lumayan bagus. Mata Leo mengedar mengamati keadaan rumah, namun tatapannya tertuju pada dapur dimana ada Vina yang melakukan aktifitas memasaknya. Semuanya terlihat jelas dari ruang tengah tempat Leo berada sekarang. Ternyata di balik sifat Vina yang di cap tukang bully, dirinya pandai memasak, semua terlihat dari harumnya masakan yang sedang dia kerjakan. Nilai plus buat Vina.

''Dia memang pandai memasak,'' Leo lalu menoleh sebentar ke arah Mia yang ternyata pandangannya mengarah ke dapur.

Di akui memang, di balik kenakalan Vina, Vina adalah seorang yang jago jika mengenai urusan dapur.

''Serius Tante?'' Matt antusias.

Leo memutar bola matanya malas mendapati Abangnya yang bisa di bilang lebay.

''Nasi gorengnya udah mateng! Ayo makan?!'' Vina berteriak dari arah dapur.

Matt dengan cepat beranjak dan berkata, ''Aku datang...''

Setelah selesai mengemasi P3K, Mia mengajak Leo ke arah dapur untuk makan.

''Ayo?'' ajaknya.

Gadis berwajah pucat itu lalu dengan malas melangkahkan kakinya ke arah dapur. Langkah ogah-ogahan.

****

''Sepertinya lo gak suka ama Vina?''

Matt bersuara, dia tak tahan dari tadi hening menyelimuti dirinya dan Leo sepanjang perjalanan pulang dari rumah Mamanya Vina. Pemuda itu penasaran, dari yang dia lihat, Vina dan adiknya seperti tidak akur. Dan Matt ingin mengetahui kebenarannya.

Tapi...

Leo hanya diam, membuat Matt sedikit bingung memulai pembicaraan apa. Akhirnya Matt menyalakan musik di mobilnya sekencang mungkin. Matt mengganguk angguk mengikuti alunan musik rock.

''Kok?''

''Berisik!''

Matt menghela napas pasrah  ketika Leo mematikan musik.

''Lo sekarang berubah Lee. Seperti bukan Leo yang gue kenal dulu,'' ucap Matt hati-hati menatap lurus jalanan di depannya.

''Maksudnya?''

''Gue ngerasa kehilangan sosok adik. Gue kira seharian sama lo bisa buat kita akrab. Tapi gue salah. Maaf Lee, maaf.''

Terdengar suara helaan nafas Leo. Gadis berwajah pucat itu malas berdebat dengan sang kakak. Sangat membosankan.

''Maaf karna gue, Bunda---''

''STOP!!'' pekik Leo lantang memotong kalimat Matt.

Leo menunjukan raut wajah kecewa.

Matt tersenyum getir, susah payah dia menelan salivanya. Matt sadar, ucapannya barusan pasti melukai hati Leo. Mengingat, Bunda Leo mati di tempat karena menyelamatkan Matt yang hendak tertabrak mobil. Dan itu terjadi tepat di depan mata kepala Leo. Leo menjadi saksi kejadian itu. Ingatan itu sangat menyakitkan sepanjang hidupnya. Semua kebahagiannya hilang terbawa masalalu. Rindu sosok bunda. Leo akui, Ibu tirinya sangat menyayanginya, namun tetap saja, bundanya tak kan tergantikan. Bunda...



Leo membuka pintu rumah kasar dan suaranya terdengar sangat keras. Daniel yang terkejut mendengarnya lalukeluar dari ruang kerjanya. Memeriksa apa yang terjadi.

Matt berjalan lemah di belakang Leo. Ia sadar, kesalahanya adalah mengungkit masalalu yang harusnya tak perlu di ungkit. Matt hanya dapat menatap punggung adiknya yang melangkan mendahuluinya menaiki anak tangga menuju kamarnya.

''Matt?'' itu suara Daniel yang memanggilnya matanya menunjukan rasa penasaran dengan apa yang terjadi.

Matt menoleh, matanya berkaca kaca. Matt lantas memeluk Papanya erat dan menangis. Tubuh pemuda itu bergetar hebat.

''Ada apa? Kenapa pulang malam? Dan, dan kenapa kamu menangis?''

Dalam pelukan Daniel, Matt terisak. Daniel menepuk bahu putranya itu lembut. Mengurai pelukan dan mengajaknya duduk di sofa ruang keluarga. Kebetulan malam ini Serin tidak berada dirumah. Membuat Daniel leluasa mengobrol dengan putra sulungnya itu.

''Cerita ama Papa? Apa yang terjadi?''

Setelah beberapa menit, Matt mulai bercerita semuanya. Bercerita apa yang selama ini hanya di ketahui Matt dan Leo. Sampai detik ini Daniel tidak tau persis apa penyebab istrinya meninggal. Yang dia tau, istrinya jadi korban tabrak lari ketika hendak menyebrang.

''Apa!!'' Daniel tidak percaya atas pengakuan putranya.

''Jadi, Bundamu mati karna, karna nyelametin kamu?!'' Matt mengangguk lemah.
''Kenapa kamu gak pernah cerita Matt!! Kamu anggep Papa ini apa??' geram Daniel.

''Maaf Pah, Maaf.''

Matt memeluk kaki Papanya yang sekarang tengah berdiri.

Daniel menitikan air matanya. Sedangkan Matt tetap memeluk kaki Daniel sambil menangis.

''Kenapa Matt?"

"Saat itu Matt takut Pah. Dan Leo juga melihat semuanya, mama mengagantikan posisi Matt yang akan tertabrak mobil.

Dua lelaki itu lalu menangis.

"Maaf, Pah."


******

Bersambung...

Aku si pecandu [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang