siapa

220 16 10
                                    

"BODOH!! TOLOL!!

Gita meringis kaget saat pergelangan tangan kirinya hendak di tarik keatas oleh seseorang bersamaan dengan makian kasar yang terdengar keras. Ia lalu membuka mata dan mendongak. Disana ada Leo yang sedang menahan tubuh Gita yang menggantung agar tidak jatuh, nampak jelas raut wajah Leo yang menahan berat tubuh Gita yang menggantung. Dan Gita menunduk kebawah, nyalinya lalu menciut ketika melihat tempatnya mendarat jika nanti dia jatuh. Mengerikan ternyata jika ia terjatuh.

"Tangan gue udah nggak kuat TOLOL!!"

Dan akhirnya Gita bisa di selamatkan. Leo menyandarkan tubuhnya di dinding pembatas. Napasnya memburu kelelahan.

Berbeda dengan Gita yang masih shok. Degub jantungnya berdetak tak karuan. Di tambah lagi di hadapannya ada Leo yang menatapnya bengis. Gadis itu menjadi gugup. Dapat di lihatnya Leo tengah murka.

"Lo mau mati atau apa!?" sentak Leo bersuara.

"Gak ada guna lo mati di tempat  kek ini. Yang ada lo nanti jadi hantu bangku kosong sekolah."

"Ak--"

"Dan belum tentu juga lo lompat dari sini langsung mati. Bisa aja kan, nanti kaki atau tangan lo patah dan akhirnya di amputasi karna busuk. Lo gak dapet apa-apa." Leo mengatur napasnya kembali.

"Kalau lo mau mati, lo berdiri aja di atas rel di waktu kereta api yang lagi jalan. Otomatis lo mati. Gak pakek gagal bunuh diri. Kalaupun lo mati, lo pasti dapet uang Jasa Raharja. Kan lumayan buat modal selametan dari 7 hari sampek 100 hari," nyinyir Leo panjang lebar. Kali ini ucapan Leo ada benarnya.

Gita masih terdiam seribu bahasa.

"Dasar tolol!" hardik Leo lalu beranjak dari duduknya. Ia melangkah pergi.

"Kenapa kamu gak biarin aku mati?"

Langkah Leo terhenti saat Gita bersuara. Leo berbalik.

"Karna lo gak bakal mati kalau jatuh dari sini," ucapnya lalu pergi meninggalkan Gita seorang.

*****

Terdengar suara dencitan kursi kelas bergeser kasar dan Plak!!

Semuanya menatap Leo. Kini dirinya berada di kelas Gita. Dapat di lihat sekarang Leo mencengkram dagu Vina kasar dan mengunci pergerakan gadis itu.

"Ma-mau lo apa?"

"Mau gue nyiksa lo," tajam Leo.

"Le..."

"Diam!! Gue nggak ngomong ke lo,"

Dhea dan yang lainnya seketika terdiam ketika akan membantu Vina. Bahkan tak ada satupun yang mendekat. Santer kabar Leo menganiaya Vina terdengar. Sampai Jeni, Riska, Marcel dan Pak Edo datang melerai.

"Lepas! Sandra!" Pak Edo memisahkan. Jarak Leo dan Vina jauh. Dhea dan lainnya membantu Vina berdiri.

Sementara Jeni dan Riska menenangkan Leo.

"Kamu ini apa-apaan?"

"Bapak Edo yang terhormat, sekaligus Paman Edo! Apa selama ini tidak tahu kah perbuatan Vina terhadap Gita?" tunjuk Vina dengan dagu Leo.

"..."

"Tidak tahu kan? Tidak tahu kan kalau selama ini perempuan itu suka membully Gita?!"

Pak Edo terdiam seribu bahasa. Sementara Vina mengatur napasnya.

"Sandra--"

"SAYA BELUM SELESAI BICARA!!" sontak kalimat Leo membuat seisi kelas siang itu terdiam termasuk Edo.

"Apa! Hah! Dan KALIAN!! jelas-jelas kalian tahu apa yang Vina perbuat. Tapi mana? Mana solidaritas kalian? Nggak ada kan? Yang ada kalian diem aja. Malah sebagian menikmati pemandangan Vina membully Gita!" semua terdiam.

"Sandra cukup!"

"Apanya yang cukup Paman? Kali ini saya bicara bukan sebagai murid. Namun sebagai ponakan. Dan lagi pula saya juga bukan murid SHS lagi semenjak saya masuk panti rehab. Saya sudah mengundurkan diri." ucap Leo penuh dengan penekanan.

Terdengar semua murid saling berbisik. Mengingat selama ini tidak ada informasi mengenai Leo yang masuk panti rehab.

"Le... Sudah." suara Gita terdengar parau di ambang pintu berharap dapat menghentikan kemarahan Leo.

Leo menghampiri Gita. Di tariknya Gita kasar ke tengah keramaian dalam kelas.

"Lihat!" Leo memperlihatkan wajah cacat Gita. Semuanya dapat melihat jelas.

"Hanya karna di cacat kalian memperlakukan dia seenaknya? Lo semua manusia, tapi gue nggak lihat jiwa kemanusiaan di sini!"

"Dia cacat, tapi bukan cacat dari lahir. Hanya karna ini," Leo mengambil uang di sakunya dan menghamburkan uang ke wajah Vina, "Karena itu, karena tidak ada biaya buat mulihin wajahnya. Jadi seperti ini lah. Seperti inilah wajah dia. Cacat!" lanjut Leo.

Semua orang terdiam, bahkan ada yang menangis terharu.

"Kenapa menangis? Terharu? Atau baru sadar?! Nggak perlu. Anak yatim piatu kayak Gita gak perlu di tangisi jika sudah tahu tentang dirinya. Tapi enggak ada support dia." sindir Leo pedas.

Pak Edo menghela napas panjang. Kali ini memang dirinya juga ikut bersalah. Karna selama ini dirinya tidak tahu menahu akan hal ini. Pertanyaannya mengapa dia sampai tidak tahu masalah ini?

Leo mendekati Vina. Vina siaga.

"Kenapa hah! Mana ponsel lo," Leo menggeledah paksa sakunya. Di temukan ponsel yang di cari.

Leo membuka galeri, dan merasa apa yang di cari sudah di temukan dirinya semakin murka.

Brak!!

Bersamaan dengan ponsel Vina yang di banting semua siswi berteriak histeris.

"Gue tahu, lo kan yang ngeviralin vidio naked Gita. Dasar nggak punya otak. Binatang lo Vin!"

******

Bersambung...

Aku si pecandu [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang