Maaf jika Typo bertebaran.
Maklum... Masih Pemula.Leo membuka mata lalu mengerjapkan mata berulang kali bingung, matanya menyapu ruangan gelap. Sejak kapan tubuhnya berbaring di lantai dingin berkeramik? Tak lama pintu terbuka, ia menoleh dan menyipitkan mata silau karna cahaya terang masuk dari celah-celah luar ruang. Mengangkat telapak tangan sejajar matanya guna menghalau cahaya terang yang masuk ke retinanya.
Bayangan beberapa orang menutupinya, ia menggeleng tak faham. Siapa mereka?
Seorang dari mereka lantas menyalakan lampu. Terang, membuat Leo dapat jelas mengenali wajah mereka. Heran? kenapa semua orang berkumpul, mulai dari Papa, Mama Serin, Gita, Randi, Jeni, Riska, Vina semuanya melempar tatapan seolah menghujat.
"Kenapa?," Leo tiba-tiba bertanya bingung lalu beringsut berdiri.
Sreek...Mata Leo lalu berarah ke arah kaki kanannya yang ternyata telah dirantai. Rantai panjang.
"Ada apa ini?"
Leo mengerutkan kening tak mengerti, kenapa kakinya di rantai. Dan dimana ini?.
Leo menyapu pandangan ke segala arah ruang yang berukuran 5x4 itu yang hanya ada ranjang kecil dan satu WC duduk. Seperti sel tahanan.
"Apa-apaan ini hah!!" Leo memekik tidak terima.
"Papa gak nyangka kamu pemakai narkoba." Daniel bersuara dengan ekpresi datar. Untuk pertama kalinya Leo melihat ekpresi itu.
Leo mengerjapkan mata gugup, meremas tangannya yang mulai dingin dan berkeringat.
"Mama kira kamu anak baik, ternyata?" Sambung Serin sinis. Ucapan Serin sontak menyulut emosi Leo.
"Ternyata orang yang aku cintai adalah pecandu narkoba, aku gak nyangka. Mulai sekarang kita putus!," kata Randi.
Leo mencoba berbicara, menjelaskan. namun ia tak dapat mengeluarkan suara. Ia seperti orang bisu.
"Gue gak nyanka Le," cibir Jeni di angguki Riska.
"Hahaha akhirnya si muka pucet berakhir di sini," nyinyi Vina lalu sambil memutar bola mata menyapu tempat sempit itu.
Leo semakin mengepalkan tangannya, rasanya ingin sekali ia merobek mulut Vina.
"Maaf...." tutur Gita tiba-tiba.
Dari semua orang yang ada hanya Gitalah yang menangis. Apa maksud dari tangisnya. Jangan-jangan?
"Maaf Le, karna aku semua tau," jujur Gita seolah mengerti pertanyaan yang ada di kepala Leo.
Leo mengeram marah, matanya merah melebar, otot otot lehernya nampak seolah ingin keluar dari bawah kulitnya.
Berbalik, Satu persatu semuanya berbalik pergi meninggalkan Leo seorang diri.
Leo histeris, berusaha mengejar namun kakinya dirantai. Leo berteriak kesal namun tidak dapat bersuara seperti orang bisu. Kesal yang tak tersalurkan.Leo terduduk dengan lutut sebagai penopang tubuhnya, menunduk menatapi kedua telapak tangannya yang keriput. Matanya terbelalak, tidak mungkin ia menua sedangkan umurnya masih belasan tahun. Lalu ia mengusap wajahnya yang lembek. Leo menangisi dirinya sendiri.
Terisak, lalu tubuhnya tertutup bayangan seorang berdiri di ambang pintu, ia mendongak lalu melebarkan matanya menatap sosok wanita yang ia kenal mendekat.
"Bunda....." pangil Leo lirih.
Dan kali ini suaranya terdengar.
"Bunda, maafin Sandra." sesalnya.
Hanya kepada bundanyalah, Leo memangil namanya sendiri dengan benar, Sandra.
Bundanya mendekat, mengangkat dagu Leo dengan telunjuknya. Pandangan mereka bertemu. Bunda Leo tersenyum dan...
"DASAR ANAK TAK BERGUNA!"
Leo tersentak kaget.
"Dasar anak tak tau diri!"
"Bu-bunda" Leo terbata. Kata itu sangat menyakitkan buatnya.
"Aku menyesal pernah melahirkan anak pecandu narkoba sepertimu," ucapnya lalu menghempaskan wajah Leo.
Tes... Air mata Leo jatuh. Bunda Leo lalu berdiri, Leo mendongak.
"Ma-af"
"Kamu bilang maaf? semudah itu? sia sia Bunda korban nyawa jika kamu seperti ini."
Setelah itu bunda Leo berjalan ke arah pintu dan hilang di telan cahaya terang.
"Le..."
"Le..."
Leo tersentak kaget.
"Kamu kenapa nangis?" tanya Bu Endah penjaga perpustakaan yang membangunkan Leo dari tidur.
Leo menyentuh pipinya yang basah.
"Kamu mimpi buruk?"
Menghela nafas, Leo menyapu pandang ke seluruh ruang, sepi. Perpustakaan, sadar dengan tempat ini adalah perpus ia agak sedikit lega.
"Lee, kamu gak bermaksut bolos pelajaran kan? sudah bel masuk soalnya"
Leo menoleh ke arah bu Endah yang sedari tadi bertanya.
"Iya, aku-- ehem, aku akan ke kelas"
Setelah sedikit tenang ia berdiri lalu pergi, sebelum melangkah keluar ia menoleh ke arah bu Endah. Merasa pandangan Leo ke arahnya, bu Endah lantas melempar senyum.
**
Leo membanting tubuhnya di kasur, hari ini ia sangat lelah. Rumah nampak sepi mengingat sudah dua hari ini kedua orang tuanya sudah terbang ke Belanda.
Setelah lelahnya berkurang, ia lantas pergi untuk membersihkan diri. Dua puluh menit setelah itu ia keluar dari kamar mandi.
Kaget, ketika mendapati Jeni yang duduk di meja belajarnya sambil menatap ponselnya.
"Ngapain lo?," tanya Leo yang sedang mengeringkan rambutnya menggunakan handuk.
"Gue lagi lagi baca novel di wattpad ," balasnya nyengir.
"sejak kapan lo di rumah gue?"
"Baru aja Lee, gue kesini ama Riska dan...." Jeni mengantungkan kalimatnya.
"Siapa?"
"Gita."
Jeni fikir, menyebutkan nama itu Leo akan marah. Namun Leo biasa saja.
"Oh."
"Oh ya Lee, Lo gak keberatan kan kalau Gita, gue ajak ke sini? Apa lagi kan lo dan dia gak teguran selama seming---"
"Karna lo kan, dia ngejauhin gue?"
Jeni meletakkan ponselnya.
"Maafin gue, Lee. Gue ngerasa aja kalau semenjak lo kenal tuh anak, lo malah dapet masalah terus. Dan sejak lo kenal dia, lo makin jauh ama kita. Kita ngerasa kehilangan lo, Lee," terang Jeni dan masih menatap gerak gerik Leo.
"Udah lupain aja lah. Gue udah gak mau ambil pusing"
"Maaf Lee,"
"Di maafin."
Leo lalu berjalan ke arah tempat dimana ia meletakkan handuk, namun saat ia berbalik, ia terkejut. Astaga, apa yang di lakukan jeni sekarang. Jeni membuka laci milik Leo, dimana merupakan tempat ia menaruh barang haramnya. Leo mendelik panik.
"Lee, ini..."
"Apa yang lo lakuin Jen!! Lancang!"
****
Bersambung...
Kira2 ketauan gak ya??
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku si pecandu [END]
Teen Fiction😁Follow dulu sebelum membaca😀 Leo adalah seorang gadis pecandu Narkoba dan sosok yang TEMPRAMEN suka main pukul. "Kamu sangat menakutkan Leo? kamu sangat mengerikan!! berhentilah bersikap kasar."