Teman Lama

508 54 3
                                    

📖 Happy Reading....

🌺🌺🌺🌺🌺

Daniel masuk ke kemar Leo, ia mendekati putrinya yang sedang belajar di meja belajar. Daniel tersenyum lantas mengelus puncak kepala Leo. Leo mendongak tersenyum. Daniel lantas duduk di pinggir ranjang yang berjarak dua meter dari tempat meja belajar Leo.

"Papa marah ama Leo?" nadanya sesal dan rendah. Leo lantas memutar kursinya menghadap Daniel, pandangan mereka bertemu.

"Enggak." Danie mengulas senyum. Mencoba menenangkan putrinya.

"Papa tau kamu enggak salah. Gak mungkin anak papa, baik kamu atau Teo berkelahi tanpa alasan. Karna waktu kamu telpon papa tadi siang, papa langsung telpon Edo, dan paman kamu udah jelasin semuanya. Masalah motor, kamu bisa tetep pakai." tutur Daniel lembut.

"Tapi Mama..."

"Masalah Mamamu biar papa yang urus. Sekarang udah malem. Kamu tidur. Papa temenin." Leo menganguk dan beringsut menuju tempat tidurnya lalu menempatkan dirinya di bawah selimut.

******

Terdengar isakan tangis gadis kecil yang di seret seperti karung.
Diseret tangan kananya sedang tangan kirinya tak berdaya. Begitupun dengan kedua lututnya yang luka beradu dengan lantai. Tangisnya sampai tidak mengeluarkan air mata. Gaun putih indahnya koyak. Terdapat bercak darah yang menghitam.

Tubuhnya penuh lebam kebiruan, tenaganya habis. Ia sudah lemas tak berdaya.

Seretan itu berhenti di depan pintu. Gadis itu ketakutan. Berulang kali ia memohon belas kasihan, namun yang ia dapatkan justru pukulan.

Tubuhnya di lempar begitu saja bagai benda tak bernyawa ke ruangan gelap nan sempit berukuran 2x3 meter dan kotor. Ia berteriak karna tubuhnya menghantam tembok. Berteriak tanpa suara dan meringkuk menahan kesakitan.

Berdoa, hanya itu yang dapat ia lakukan agar segera bebas. Matanya merah ketakutan, tubuhnya menggigil.

"Tuhan tolong Sandra, Sandra takut.." batinnya hanya dapat berteriak. Namun bibirnya tak mampu berucap.

Selama 5 hari, Sandra di siksa, di cambuk, di tendang, di cekik bahkan di banting. Dia pasrah, dan ingin mati saja dari pada harus di siksa di tempat gelap nan sempit.

Malam, hanya itu yang ia tau.

Pintu terbuka, seorang pria tinggi mengenakan topeng datang, membawa cemeti lalu memukulkan ditubuh mungil Sandra,

Satu pukulan, dia meringis ampun.
Dua pukulan, dia menangis.
Tiga pukulan, dia.....

"JANGAN!!...." Leo berteriak terjaga dari tidurnya, nafasnya terengah-engah.

Diusapnya wajahnya gusar, keringatnya bercucuran. Ia mendudukkan tubuhnya. Ia ketakutan. Leo menatap jam yang ada di tembok atas tv, pukul 00.15 malam.

"Mimpi yang sama lagi." gumannya.

Lantas Leo beranjak duduk di meja belajarnya. Leo termangu duduk. Menenangkan fikirannya saat ini.

Leo membuka laci belajar paling bawah, di ambilnya botol kecil terpasang dua sedotan kecil, lantas di letakan di atas meja.

Ia membuka laci atas yang Ia kunci sebelumnya lantas mengambil bungkusan plastik kecil berisi butiran kristal dan korek api.

Leo memulai aksinya mengisap narkoba. Penenangnya saat ini. Penenang setelah mimpi buruk. Leo pecandu narkoba.

Leo menghentikan laju motornya di tengah jalan sepi, tiga motor ninja berwana putih, hijau dan hitam mengitarinya sambil memainkan gas tangan. Leo membuka kaca helmnya, di amatinya tiga pengendara yang tengah mengitarinya dapat dia lihat bahwa mereka laki-laki. Tak lama ketiganya berhenti mensejajarkan motor mereka. Mereka membuka helm dan turun dari motornya. Begitu pun Leo yang juga turun dari motornya.

"Apa ini cara kalian menyambut teman lama?" tutur Leo lantas tersenyum manis.

Ya, Leo tersenyum manis, sangat manis. Senyum yang tulus.

"Kejutan Lee." Balas seorang yang berkacamata berkulit sawo matang yang bernama Dika. Memeluk Leo.

"Lama gak jumpa ya Lee?" sapa seorang rambut gondrong, berkulit putih, gigi berbehel, dia Adi. Memeluk Leo bergantian setelah Dika.

Setelah memeluk Adi dan Dika, tatapan Leo beralih ke cowok yang ada di belakang mereka, senyum keduanya terbit.

"Lo gak mau ucapin sesuatu gitu ke gue?" cibir Leo.

Dia adalah Randi, teman semasa kecil Leo.

"Peluk gue gitu..."

Tanpa berlama-lama Randi memeluk Leo.

"Gue kangen Lo, Lee," keempatnya tertawa berbarengan.

"Ngomong-ngomong pagi ini lo mau kemana?" tanya Dika sambil memperhatikan penampilan Leo.

"Sekolah."

"Masa? masa sekolah pakek jaket dan celana jeans robek-robek?" sambung Adi.

"Kalau nggak pakek Jeans gimana gue naik motor?"

Lagi-lagi ketiga cowok itu tersenyum mendengar penuturan Leo.

"Udah, nanti di sambung lagi ceritanya, kita anter Prince Leo ke sekolahnya." ajak Randi sambil merangkul ke dua sahabatnya.

Benar saja, Leo di antar sampai ia depan gerbang oleh ketiganya. Setelah itu mereka pergi entah kemana. Semoga tidak mencari masalah di jalanan.

Lantai dua, Leo berjalan di koridor lantai dua setelah selesai makan siang di kantin. Ia duduk di bangku yang kosong, Jeni dan Riska menghampiri. Keduanya cerita tentang hal-hal yang terjadi di kelasnya hari ini. Leo terdiam, sesekali ia membuang pandang. Tak jauh dari ia duduk terjdi kegaduhan. Bisa di tebak olehnya, di mana ada Vina memaki, pasti disanalah ada Gita.

Benar. Gita di tampar. Dan suaranya terdengar sampai di telinga Leo yang berjarak 10 meter jauhnya.

Leo berdiri begitu juga kedua sahabatnya,

"Lee, jangan ikut campur" bisik Jeni.

Tak perduli Leo menghampiri Gita yang di tinggal begitu saja oleh Vina. Tangan kanannya setia memegangi pipi kanannya. Perih dan panas, mungkin itu yang dia rasa.

Gita menyeka air matanya, dia mendongak kala Leo tengah berdiri di depannya. Ketahui lah ekspresi Leo sangat mengerikan saat ini. Matanya merah seakan mau keluar dari tempatnya. Belum lagi kantung matanya menghitam serta tatapan yang menyelidik. Tatapan ingin tau apa yang terjadi. Belum lagi wajah datarnya susah untuk di tebak.

Gita masih sesegukan, ia melirik sekitar. Banyak yang berbicara tentang Leo, berbicara kebrutalan Leo tempo hari menghajar Panji. Bulu kuduk Gita meremang. Apa dia akan jadi bulan-bulanan Leo? Tuhan tolong Gita.

"Lee, ayo pergi," Leo menoleh kekiri saat Jeni memegang bahu kirinya dan di angguki olehnya.

"Ayo Lee..." tambah Riska dengan nada pelan.

"Udah nangisnya?" ucapnya sarkas kepada Gita.

Gita tertunduk.

"BODOH!!'' cibir Leo dan pergi begitu saja.

.
.
.
.

Nah sekarang udah pada tau kan kenapa Leo mentalnya Rada-rada?

Dan udah tau kan kenapa Leo jarang tidur dan muka pucet serta mata Panda🐼 ??

Karna dia trauma di masa kecil dulu.

Disini aku kenalin tokoh baru, namanya RANDI.

Semoga kalian syuka ama karakter dia nanti..

jangan lupa tinggalkan jejak ya Vote dan Komen.

Trus follow WP @Ran_AP biar tambah semangat.

Met ketemu di bab selanjutnya.

See you😍😍😘😘...

Aku si pecandu [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang