1|| Awalan yang salah

1.2K 394 383
                                    

Kelas yang mulanya sepi, kini mulai di isi oleh beberapa murid yang berdatangan silih berganti

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kelas yang mulanya sepi, kini mulai di isi oleh beberapa murid yang berdatangan silih berganti. Kelas pun kian menjadi sesak, akan gaduh yang di sebabkan pagi yang di awali mata pelajaran sialan, si pembuat cemas penghuni kelas.

Berbeda halnya, dengan cewek manis satu ini, dengan rambut sebahunya, tak lupa jam tangan berwarna pink pastel yang tak pernah absen menemani hari damai di sekolahnya, tampak begitu santai seperti tidak ada beban di pikirannya.

"Guys gue peringatin, siapkan mental kalian!!" Nio, si ketua kelas dengan percaya dirinya berdiri di atas meja guru.

"NIO TURUN LO! ITU MEJA UDAH GUE BERSIHIN. KALAU KOTOR LAGI GUE GAMAU PIKET." Kia menarik tangan Nio kencang supaya cowok itu turun dari meja.

"Iya anjir Kia, galak amat."

"Yeu, bukan galak bego. Tapi ya lo mikir lah anjir, tuh meja kalau kotor. Gue yang capek dua kali. Emang ya semua cowok nyebelin semua." Kia terus saja mendumel, sambil berjalan menuju meja ketiga temannya berada.

Karena takut temannya ini tambah mengamuk, Nio turun dari meja dan berteriak lagi. "Cepet kumpulin laporannya, gua mau kasihin ke Bu Dinar. Kalau lama, nyusul aja ke Ruang guru, gue ada di sana."

Andrianna yang mendengar penuturan dari sang ketua kelas, gerak cepat mengumpulkan laporannya. Setelah mengumpulkan laporannya, Andrianna dapat menghembuskan nafasnya lega.

"Jie, laporan lo cepet kumpulin, gih! Lo mau di marahin, Bu Dinar?" Andrianna bergidik ngeri.

Jiela menggelengkan kepalanya, memikirkan bagaimana jika bu Dinar memarahinya dengan mode maungnya.

"Tapi Na, laporan gue belum di cover." Jiela menggigit bibir bawahnya.

Andrianna dan Kia melotot mendengar ucapan Jiela. Kia langsung bersuara, "Hah? Bisa-bisanya lo belum di cover, gue aja yang murid malesnya kebangetan sama tugas gak akan pernah lupa njir sama tugasnya bu Dinar."

"Ya gue kan manusia, Ki, yang bisa lupa."

"Lo ke koperasi sana, ntar gue sama Ziva nyusul deh kalau sempet." Setelah berucap, Andrianna meninggalkan kedua temannya, untuk ke ruang guru.

Kia mengalihkan pandangannya pada Jiela. "Gue gak bisa nganter lo Jie, mau nyatet nih, lo tau sendiri kan rangkuman gue minggu lalu udah di tagih sama, bu Dinar."

Jiela mengangguk. "Santai, sendiri aja bisa, gue kan mandiri."

"Yeu, mana ada mandiri. Lo tiap ke toilet minta anter mulu."

Jiela berdecak malas, sepertinya bukan dia saja yang tiap ke toilet minta anter ke temen. Karena baginya, pergi ke toilet itu wajib dianter, alasannya sih klasik, biar bisa gossip dulu di toiltet. Apalagi kalau ke toiletnya pas jam pelajaran.

"Lo juga sama, Ki. Kapan mandirinya lo tiap nyokap lo pergi, lo gamau di tinggal sendirian di Rumah."

Kia pasrah jika berhadapan dengan Jiela yang tidak mau kalah berdebat. "Iya udah sana lo anjir ah, kapan lo mau ke koperasi nya Jie? Debat mulu hidup lo."

Titik Koordinat Takdir [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang