11 || Perspektif

418 180 70
                                    

Menyebalkan sekali, ketika apa yang di inginkannya harus bergantung kepada pencapaian nilai ujian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Menyebalkan sekali, ketika apa yang di inginkannya harus bergantung kepada pencapaian nilai ujian. Seperti Andrian yang sejak dulu malas belajar, susah menyerap mata pelajaran, harus semaksimal mungkin belajar demi mendapatkan nilai yang bagus.

"Lo pada pikir dah, ini otak gue kapasitas ram nya kecil di suruh dapet nilai kimia, fisika, math di atas 80. Ya ngadat lah otak gue anjir, kagak bisa masuk tuh rumus-rumus." Andrian sedang frustasi melihat nilai-nilai nya yang dominan di bawah rata-rata.

Dareen meledek, senang sekali menertawakan temannya yang satu ini. "Upgrade otak lo, Yan. Yakali, jaman udah canggih ram lo masih sekecil biji jeruk."

Andrian mendengus, "Setdah, kalau ada yang jualan otak pun bakal gue beli tuh yang paling jenius. Tolong cariin Ren, siapa tau ada yang jualan otak di shopee atau tokopedia."

Reyyen menggelengkan kepalanya, tertawa kecil menanggapi keluh kesah Andrian. "Periksa otak lo, Yan. Kayanya udah expired di makan rayap."

"Megalodon bunyinya, goblok, goblok, goblok." Memang jika berkeluh kesah dengan teman-temannya ini tidak ada yang benar, solusi yang paling tepat curhat pada cewek. Bagi Andrian, sekalian menyelam, sambil minum air.

"Anjir toxic megalodon nya," ucap Reyyen.

Andrian menjawab, "Dia berani toxic, kagak pernah di kasih cabe kalau ngomong kasar sama emaknya. Jadi bablas aje lah."

"Gak gitu, Yan. Bunyinya, tolol, tolol, tolol. LO TOLOL."

"YHAA HAHAHHAHA."

"Wah berani lo sama gue, lo ngatain gue. Emang si Dareen temen gue paling babi." Andrian sudah melayangkan pukulannya, sedetik kemudian kembali duduk. "Tapi, gue emang tolol kan, lupa gue. Kebiasaan ngerasa paling pinter."

"Ya, itu lah lo, kagak mau belajar karena merasa pinter. Padahal kan lo tolol, Yan."

"Mulut lo, Ren. Pedes banget, tapi bener." Andrian menghela nafas, lebih baik ia akhirkan saja topik ini, dan membiarkan kedua temannya memakan bakmi nya.

Karena bakmi nya, sudah ia habiskan dengan kecepatan kilat. Kini, Andrian jadi gabut planga plongo kaya bebek dongo liatin orang di kantin yang berlalu-lalang. Beginilah, potret ketika handphone lupa di bawa, gabutnya keliatan banget.

Matanya berbinar kala melihat cewek yang sudah di incarnya sejak dua bulan yang lalu. "Woi kawan-kawan, liat tuh calon cewek gue bentar lagi lewat. Cantik banget kan?" Fokus Andrian masih menatap cewek yang sedang mencari meja.

"Baru juga calon, belum resmi, di tikung sama orang nangis lo." Dareen terbahak kencang, selalu ngakak jika mengingat raut wajah Andrian saat beberapa kali gebetannya di ambil cowok lain.

Andrian melepas topinya, melemparnya pada muka Dareen sehingga cowok itu tersedak. "Nah azab nya kilat banget ya, Ren. Mantap."

"Yan, gebetan lo, gue tikung ya?" Reyyen menaik turunkan alis kirinya.

Titik Koordinat Takdir [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang