Karena waktu bel sudah berbunyi, Andrianna buru-buru melepaskan tali yang melilit tangan Andrian. Karena ini juga, keempat cewek ini memilih bolos, itu pun sudah kesepakatan bersama untuk menghindari mata pelajaran paling fenomenal setalah biologi di Arcturus, yaitu fisika.
Bukan rahasia umum lagi, guru-guru fisika di Arcturus killer semua. Tak heran, banyak murid yang tak menyukainya. Tapi sisi positifnya, Arcturus mampu mencetak murid-murid yang berprestasi dalam mata pelajaran fisika. Sering kali, berkompetisi selalu unggul di fisika.
"Bye girls, thank ngopi-ngopi cantiknya." Andrian berjalan pergi mendahului keempat cewek itu.
Sedari tadi, sambil menunggu waktu pulang mereka membuat suasana ala-ala piknik di taman, dengan membeli banyak makanan, dan berbincang-bincang hal-hal yang random.
Saat memasuki kelas, hanya tersisa beberapa kantong saja. Yang lainnya sudah pulang, dan pastinya parkiran sudah di penuhi lautan manusia.
"Kalian dari mana aja, si kampret nyusahin. Gue harus izinin kalian berempat sekaligus, puyeng gue mikir alasan yang beda-beda." Nio mendumel kesal, tengah merapihkan beberapa buku.
Beginilah Nio, ketua kelas menyebalkan sekaligus paling pengertian terhadap anggota murid lainnya. Jika tidak ada konfirmasi, Nio seringkali membuat alasan, bekerja sama dengan seksi absensi.
Kia menghampiri Nio, dengan wajah senangnya. "Makasih banyak, ketua kelas gue yang paling ganteng. Sayang banget deh gue."
"Makasi Nio," ucap Andrianna.
"Makasi juga Nio." Ziva ikut berterima kasih.
Nio hanya menanggapi sewajarnya, lalu beralih pada Kia. "Ki, ayo sabtu jalan sama gue."
"Apaan sih anjir? Dadakan banget." Kia tahu, Nio ini tengah gencar mendekatinya.
"JIAKHHH!!! CIE KIAAAA." Jiela berteriak kencang, menghampiri Nio dan Kia. "Nio, makasih banyak yaaa."
"Yoi."
"Ih ini buku apaan?" Ziva melihat buku yang sedang di rapihkan Nio.
"Buku matematika peminatan, yang kalian ambil noh. Udah di nilai semuanya."
Silih berganti, mengambil bukunya masing-masing, tetapi saat giliran Jiela bukunya tidak ada. Sehingga, Jiela mengutarakan protesnya pada Nio, "Kok buku gue gak ada?"
"Cari yang bener, keselip buku yang lain kali."
Jiela kembali mencari bukunya di antara selipan buku-buku, tetapi hasilnya nihil, membuat Jiela bingung dimana bukunya berada. "Gak ada Nio. Mungkin ketinggalan di meja ibu."
Nio terdiam sebentar sedang berpikir. "Gak, gue sendiri yang konfirmasi hasil rekapan nilainya, gak ada sama sekali tumpukan buku di meja ibu. Kayanya buku lo ketinggalan di kelas sebelah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Titik Koordinat Takdir [COMPLETED]
Teen FictionKesialan hidupnya di Sekolah dan tingkat emosinya meninggi, berawal dari laporan praktikum Biologi. *** Kalau bukan karena cowok sialan yang menumpahkan air pada laporannya. Kalau bukan karena Bu Dinar yang menyuruhnya untuk mengganti ulang judul p...