13 || Rasa ketertarikan?

342 134 51
                                    

Reyyen terkekeh, melihat raut muka Jiela penuh dengan amarah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Reyyen terkekeh, melihat raut muka Jiela penuh dengan amarah. Tangannya bergerak mengambil buku bersampul biru langit di dalam tas nya. Reyyen memperlihatkan buku itu pada Jiela, "Ini buku lo?"

Jiela menatap tajam Reyyen, dengan gerakan cepat Jiela mengambil buku itu, tapi sayangnya gerakan itu kalah cepat dengan tangan Reyyen yang langsung menghindar.

"Balikin dong woy!" Jiela geram, berusaha mengambil buku yang berada di tangan Reyyen.

"Ambil aja kalau bisa." Reyyen berdiri, menjauh dari Jiela yang mulai gencar mengambil bukunya. Tak tinggal diam, Jiela mengejar Reyyen dan menahan tangan kirinya yang kosong supaya cowok itu tidak bisa lari.

Reyyen mengangkat buku biru itu tinggi-tinggi dengan tangan kanannya supaya Jiela tidak mudah mengambilnya. "Ambil ayo ambil."

"Anjir kesel ih. Jangan main main deh!" Jiela berusaha semaksimal mungkin dengan loncat-loncat seperti orang bego demi mengambil bukunya.

Teman-temannya yang menyaksikan itu semua hanya bisa melongo, dan malas ikut campur. Apalagi Andrianna sudah capek lari-lari di sekolah mengejar kembarannya.

Kia berdehem keras, berpura-pura batuk supaya Jiela dan Reyyen menyadari mereka menjadi pusat tontonan. Tapi, keduanya masih sibuk dengan Reyyen yang berusaha menghindar dan Jiela yang gencar mengambil.

"Berasa milik berdua ya, temen-temen," sindir Ziva dengan suara yang keras.

"Iya njir, mana tempat nya di rumah gue lagi." Andrian menggelengkan kepalanya.

Kia terkikik geli, ikut duduk di sofa karena pegal menonton sambil berdiri. "Sambil duduk atuh temen-temen, biar gak pegel nontonnya."

Andrianna dan Ziva ikut duduk di samping kanan kiri Kia. Ziva nyeletuk, "Yan, boleh deh sambil makan popcorn. Lagi seru-seru nya ini mah."

"Yeu kagak modal lo! Na, kasih Na, temen lo tuh." Andrian hanya memberi botol mineral pada Ziva.

"Duh ini dua pasangan geblek, debatnya kapan selesai sih. Adu jatos kagak, malah adu mulut kaya burung beo." Andrianna menyandarkan punggungnya di sofa, bosan menunggu.

"Pisahin aja, Na. Ntar malah berantem." Ziva berucap, tetapi ucapan Ziva di sanggah mentah-mentah oleh Andrian dan Kia.

"Jangan woi jangan, udah biarin aja. Gue pengen liat si Reyyen kalau berantem sama cewek kaya gimana. Jarang-jarang nih."

Andrianna menoyor kepala Andrian keras, sehingga tubuhnya sedikit oleng. "Bego lo!"

"Tapi beneran deh ini tuh seru banget." Kia memang sedikit tidak waras sepertinya, bagaimana bisa pertengkaran temannya di sebut menyanangkan.

Reyyen masih menanggapi ucapan Jiela dengan santai, sementara Jiela sudah ingin meluncurkan ledakan emosinya yang sejak tadi Ia tahan.

"BALIKIN IH ANJIR!" Jiela memukul lengan Reyyen.

Titik Koordinat Takdir [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang