Reyyen terkekeh, melihat raut muka Jiela penuh dengan amarah. Tangannya bergerak mengambil buku bersampul biru langit di dalam tas nya. Reyyen memperlihatkan buku itu pada Jiela, "Ini buku lo?"
Jiela menatap tajam Reyyen, dengan gerakan cepat Jiela mengambil buku itu, tapi sayangnya gerakan itu kalah cepat dengan tangan Reyyen yang langsung menghindar.
"Balikin dong woy!" Jiela geram, berusaha mengambil buku yang berada di tangan Reyyen.
"Ambil aja kalau bisa." Reyyen berdiri, menjauh dari Jiela yang mulai gencar mengambil bukunya. Tak tinggal diam, Jiela mengejar Reyyen dan menahan tangan kirinya yang kosong supaya cowok itu tidak bisa lari.
Reyyen mengangkat buku biru itu tinggi-tinggi dengan tangan kanannya supaya Jiela tidak mudah mengambilnya. "Ambil ayo ambil."
"Anjir kesel ih. Jangan main main deh!" Jiela berusaha semaksimal mungkin dengan loncat-loncat seperti orang bego demi mengambil bukunya.
Teman-temannya yang menyaksikan itu semua hanya bisa melongo, dan malas ikut campur. Apalagi Andrianna sudah capek lari-lari di sekolah mengejar kembarannya.
Kia berdehem keras, berpura-pura batuk supaya Jiela dan Reyyen menyadari mereka menjadi pusat tontonan. Tapi, keduanya masih sibuk dengan Reyyen yang berusaha menghindar dan Jiela yang gencar mengambil.
"Berasa milik berdua ya, temen-temen," sindir Ziva dengan suara yang keras.
"Iya njir, mana tempat nya di rumah gue lagi." Andrian menggelengkan kepalanya.
Kia terkikik geli, ikut duduk di sofa karena pegal menonton sambil berdiri. "Sambil duduk atuh temen-temen, biar gak pegel nontonnya."
Andrianna dan Ziva ikut duduk di samping kanan kiri Kia. Ziva nyeletuk, "Yan, boleh deh sambil makan popcorn. Lagi seru-seru nya ini mah."
"Yeu kagak modal lo! Na, kasih Na, temen lo tuh." Andrian hanya memberi botol mineral pada Ziva.
"Duh ini dua pasangan geblek, debatnya kapan selesai sih. Adu jatos kagak, malah adu mulut kaya burung beo." Andrianna menyandarkan punggungnya di sofa, bosan menunggu.
"Pisahin aja, Na. Ntar malah berantem." Ziva berucap, tetapi ucapan Ziva di sanggah mentah-mentah oleh Andrian dan Kia.
"Jangan woi jangan, udah biarin aja. Gue pengen liat si Reyyen kalau berantem sama cewek kaya gimana. Jarang-jarang nih."
Andrianna menoyor kepala Andrian keras, sehingga tubuhnya sedikit oleng. "Bego lo!"
"Tapi beneran deh ini tuh seru banget." Kia memang sedikit tidak waras sepertinya, bagaimana bisa pertengkaran temannya di sebut menyanangkan.
Reyyen masih menanggapi ucapan Jiela dengan santai, sementara Jiela sudah ingin meluncurkan ledakan emosinya yang sejak tadi Ia tahan.
"BALIKIN IH ANJIR!" Jiela memukul lengan Reyyen.
KAMU SEDANG MEMBACA
Titik Koordinat Takdir [COMPLETED]
Teen FictionKesialan hidupnya di Sekolah dan tingkat emosinya meninggi, berawal dari laporan praktikum Biologi. *** Kalau bukan karena cowok sialan yang menumpahkan air pada laporannya. Kalau bukan karena Bu Dinar yang menyuruhnya untuk mengganti ulang judul p...