Menuju Pelawangan Sembalun.
Hari mulai larut, matahari sudah terbenam sejak lima menit yang lalu. Pos 2 sudah mulai dipadati pendaki. Sepertinya mereka juga akan bermalam di pos dua.
Jiela dan teman-teman nya masih saja berbicara hal yang tidak penting, semenjak mereka menginjakan kaki di pos 2. Sementara para lelaki sibuk mendirikan tenda. Mereka mendirikan tiga buah tenda.
"Wah? Gila sih, gue kira lo sama Rafael bakal langgeng aja sampai semester akhir, nyatanya kandas juga. Perkara apa dia mutusin lo??"
Andrianna menghela nafas panjang, ini juga salah satu alasan yang membuatnya terdiam sejak tadi. Bagaimana bisa ia bebas cekikikan hahahihi sementara mantannya berada dalam jangkauannya. Andrianna sama seperti cewek pada umumnya, yang sulit move on.
"Kurang tau, gak jelas, bosen kali." Padahal Andrianna tahu Rafael memiliki gebetan baru, hanya saja Andrianna tidak mau menceritakan pada teman-temannya. Biarlah mereka tau sendiri, tanpa di beri tahu pun gossip Rafael dan adik kelasnya itu pasti akan segera terungkap saat masuk sekolah nanti.
Kia memandang Andrianna penuh selidik. "Enggak ada yang lo tutup-tutupin kan, Na?"
"Enggak." Andrianna memandang ke bawah memainkan kukunya.
Ziva mendekati Andrianna, berbisik sesuatu, "Na, lo gak apa-apa kalau susah lupain tuh cowok, apalagi sedih atau nangis itu mah wajar banget. Tapi, saran dari gue, bisa gak lo keliatan baik-baik aja di depan dia? Minimal jangan murung deh, biar Rafael juga gak besar kepala, dan merasa menang."
Jiela setuju dengan Ziva. "Bener Na, bukannya kita ngegampangin kondisi lo. Kita paham banget kok, lo lagi sedih. Tapi Na, lo harus kasih liat ke mantan lo kalau lo itu bahagia tanpa dia. Jadi jangan murung lagi, ya? Masa muncak sedih sih?" Jiela tersenyum.
Benar juga, Andranna terlalu memperlihatkan secara gamblang bahwa ia sedang sedih, merasa kehilangan, kentara sekali sisi lemahnya.
"Thanks, guys." Andrianna sangat berterimakasih dengan teman-temannya yang selalu memberinya solusi dan saran.
Sejak tadi, Ehsan iri dengan keempat cewek yang sedang berkumpul membuat lingkaran, seolah sedang berada di taman tanpa memikirkan siapa yang mendirikan tenda untuk tempat bernaung.
"Enak banget dah, pas nyampe langsung duduk ngopi cantik," sindir Ehsan sambil berjalan menghampiri keempatnya.
"Bilang dong San kalau mau gabung." Jiela melambaikan tangannya pada Ehsan.
Kia menyuruh Ehsan mendekat, Kia berkata pelan, "Tau gak sih, San? Anna di putusin sama Rafael."
"Kok bisa, njir?" Ehsan bertanya bingung, tetapi sedetik kemudian ia mengingat bahwa temannya itu sudah memiliki gebetan baru.
KAMU SEDANG MEMBACA
Titik Koordinat Takdir [COMPLETED]
Teen FictionKesialan hidupnya di Sekolah dan tingkat emosinya meninggi, berawal dari laporan praktikum Biologi. *** Kalau bukan karena cowok sialan yang menumpahkan air pada laporannya. Kalau bukan karena Bu Dinar yang menyuruhnya untuk mengganti ulang judul p...