2 || Sial beranak pinak

884 348 264
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Sejak tadi teman-temannya terus saja menerornya terus menerus, dengan spam chat grup, spam chat personal hingga menelponnya berkali-kali. Itu semua teman-temannya lakukan hanya untuk memberi satu informasi.

Bahwa dirinya sudah di tunggu bu Dinar di ruangannya.

Apakah Jiela baik-baik saja? Tentu tidak. Langkah kakinya terus berjalan mendekat ruang guru, tetapi mulutnya terus merapalkan doa-doa supaya bu Dinar mendadak baik hati dalam sekejap, atau bu Dinar kerasukan setan baik hati.

Jiela tidak menduga sebelumnya, bahwa hari ini akan menjadi kesialan yang terus beranak pinak. Dari ketumpahan air hingga harus menghadapi maung betina alias bu Dinar. Entah sial apa lagi yang harus di hadapinya.

Kedua temannya sudah terlihat di depan ruang guru, dengan wajah yang kusut. Terlihat sekali sudah kena amukan maung.

"Eh Jie buruan masuk sana, udah di tunggu. Lo tau nggak? Laporan gue kena komen banyak banget." Ziva menampilkan wajahnya sedihnya dengan sedikit kekesalan.

Heran dengan muka Jiela yang tak bersahabat, Ziva bertanya, "Lo kenapa? Mana laporan lo, Jie?"

Andrianna yang sejak tadi mengecek laporannya yang menurutnya sudah sempurna tapi masih kena hujatan bu Dinar, kini mengalihkan wajahnya pada Jiela. "Seragam lo juga basah? Dari mana sih, nih anak?"

Jiela ingin menangis jika mengingat bagaimana mletoy laporannya saat terkena air, tapi kalau menangis di sini malu. Takut di sangka lebay, terus di hujat kan gawat.

"Laporan gue basah," rengek Jiela.

"Atuh gimana ih takut dimarahin sama bu Dinar." Jiela memegang lengan Andrianna dan Ziva dengan kedua tangannya, menyalurkan segala ketakutannya.

Andrianna dan Ziva terkejut bukan main. Ziva langsung membuka suara, "Ih kok bisa? Lo nyemplung di kolam belakang?"

"Udah Jie lo masuk aja dulu, nanti lo tambah kena marah kalau lama." Sebenarnya Andrianna masih mau bertanya lebih banyak lagi, tapi ia pikir bukan waktu yang tepat untuk bertanya.

Jiela mengangguk, Ada benar nya juga apa yang Andrianna katakan. Setelah berpamitan dengan kedua temannya, Jiela berjalan dengan hati-hati, bak berjalan mengendap-ngendap menuju kandang maung.

Tangannya bergetar menarik knop pintu, sialan memang kecemasannya sulit di control. Belum lagi, saat memasuki ruangannya, Jiela langsung disuguhi muka bu Dinar yang menyeramkan tanpa senyuman. Astaga, Jiela berharap keajaiban segera datang dan menyelamatkannya.

"Selamat pagi, bu Dinar." Jiela menampilkan wajah cerianya beserta senyuman manisnya, padahal hatinya sedang sibuk menghujat orang di depannya.

"Kenapa lama? Tidak disiplin!"

Mata bu Dinar meneliti tubuh Jiela dari atas sampai bawah, seperti mesin scan. "Kamu dari mana? Nyemplung di kolam? Itu juga kaya gembel aja baju kamu di gulung begitu. Rapihkan! Dan kalau basah tuh, segera ganti!"

Titik Koordinat Takdir [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang