Terkejut, satu kata yang dapat menggambarkan suasana hati Andrian saat ini. Baru pulang sekolah, sudah di suguhi kejutan yang terjadi pada motornya.
"Waduh, siapa si bangsat yang udah kempesin motor gue." Andrian berjongkok sambil melihat keadaan ban motornya yang benar-benar kempes.
Andrian kelimpungan, siapa yang beraninya mengepeskan ban motornya. Ia rasa, selama bersekolah di Arcturus, ia tidak mempunyai musuh. Bahkan, di sekolah lain pun tidak ada. Andrian, berteman baik dengan siapa pun.
Andrian berkacak pinggang, sambil memikirkan siapa yang kemungkinan besar yang menjadi tersangka.
"Arghh sialan, anjing. Bangsat banget yang main-main sama gue, baru ngerjain kimia, masa otak gue harus di pake mikir siapa pelakunya." Andrian berdecak kesal, saking kesalnya Andrian reflek menendang ban motor di sampingnya.
"Weh bro, santai-santai. Ini motor gue jangan di jadiin pelampiasan." Andrian menoleh ke samping, ternyata sudah ada pemiliknya.
"Sorry-sorry, gak sengaja, men. Ini gue lagi kalut, jadinya begini."
Cowok itu terkekeh, mengangkat jempolnya. "Santai, ban lo kempes banget itu."
"Iya, ada bangsat di sekolah ini yang gak suka sama gue kayanya."
"Sabar bro, gue duluan."
Setelah cowok itu pergi, Andrian memilih untuk menelpon supirnya supaya membawa motornya ke bengkel. Dan tidak membiarkan supirnya memberi tahu maminya. Bisa habis nyawa Andrian.
Belum habis penderitaannya, temannya datang dan menertawakannya.
"Widih ban lo minta di ganti, Yan." Reyyen berucap seraya terkekeh.
"Ini kempes anjir, kayanya ada yang sengaja ngempesin. Berani-berani nya tuh orang, ngajak gelud si bangsat."
Reyyen terbahak. "Mampus!"
Andrian mengacak rambutnya, frustasi. Belum sempat menjawab ejekan temannya yang satu ini, Dareen datang dan langsung menertawakannya heboh.
"Mampus, Yan, mampus! Asli buat lo yang kempesin motor si Iyan, gue makasih banget. Kagak perlu gue capek-capek buat lo menderita, Yan. Sekali lagi, Mampusin, Yan!" Dareen masih tertawa terbahak-bahak.
"Anjing lo berdua! Sialan, bukannya kasih solusi malah ngetawain. Gue doain juga nih, biar kedapetan sial kaya gue. Katanya kan doa orang yang terdzolimi cepet terkabul."
Reyyen terkekeh. "Dih, sial kok dibagi, njing. Yang di bagi tuh duit, Yan! Utang lo bayar, kapan lo bayar?"
Andrian berdecak kesal. "Ck, Rey lo ah dasar babi punya temen. Lagi kaya gini libur dulu kek nagih hutangnya."
"Biar nambah kesialan lo, Yan," kata Dareen.
"Palamu, goblok!"
Reyyen berkata, "Ngumpat terus lo, njirr."
KAMU SEDANG MEMBACA
Titik Koordinat Takdir [COMPLETED]
Teen FictionKesialan hidupnya di Sekolah dan tingkat emosinya meninggi, berawal dari laporan praktikum Biologi. *** Kalau bukan karena cowok sialan yang menumpahkan air pada laporannya. Kalau bukan karena Bu Dinar yang menyuruhnya untuk mengganti ulang judul p...