Class meeting biasa diadakan setelah berakhirnya ujian akhir semester. Untuk mengisi agenda kosong, selagi menunggu pembagian rapot tiba.
Bisa di bilang biar enggak gabut amat nungguin bagi rapot.
Hari ini, hari penutupan pelaksanaan class meeting di Arcturus. Rundown acara hari ini lebih padat ketimbang hari-hari sebelumnya. Terdapat pertandingan final futsal, bela diri, dan beberapa unjuk bakat dari perwakilan kelasnya masing-masing.
Tidak hanya itu, masih banyak pertunjukan lainnya dari beberapa ekstrakulikuler, seperti teater, modern dance, tari tradisional, dan ekskul musik.
Sebelum pergi ke kelasnya, Jiela menyempatkan diri untuk mendatangi ruang MD alias modern dance. Teman-temannya sibuk membantu adik kelasnya yang akan tampil dan memberi sedikit arahan.
Jiela hanya memantau saja, karena dirinya sudah kelas dua belas yang sebentar lagi keluar ekskul. Selain itu, jiela belum pulih betul, sehingga teman-teman ekskul nya menyarankan untuk tidak terlibat dalam class meeting kali ini.
"Sya, gimana persiapannya udah berapa persen?" tanya Jiela pada Raisya yang merupakan partner nya selama di ekskul MD. Sekaligus Raisya menjabat sebagai ketua ekskul.
"Belum seratus persen sih, karena gue liat anak-anak juga masih sibuk make up. Terus tadi gue dapet info ada perubahan jadwal, yang asalnya di pertengahan acara jadi di awal."
"Udah dapet jadwal yang baru nya?"
"Ketua Humas nya belum kasih info terbaru, sih, gue jadi harus pantengin email terus."
Jiela mengangguk, lalu menepuk bahu Raisya. "Good luck deh, Sya. Sorry nih gue gak banyak bantuin."
"Enggak apa-apa, elah. Kaya ke siapa aja. Yang penting tuh lo jaga kesehatan, jangan kecapean dulu. Lo duduk aja mending di kelas."
"Makaci Raisya, pengertian banget lo." Jiela melirik jam tangannya sebentar, "Kayanya gue mau samperin temen-temen gue nih. Gue tinggal ya, Sya, titip salam buat temen-temen yang lain. Bye, Sya," lanjutnya.
"See you, Jie."
Jiela menghela napas lega, sudah mengunjungi ruangan MD. Sekarang, dirinya harus mencari keberadaan teman-temannya.
Sudah di hubungi berkali-kali pun tak kunjung di respon. Dari ketiga temannya itu tidak ada yang bisa di hubungi. Ya kali, dirinya harus mencari ke setiap penjuru sekolah.
Di kelas pun tidak ada siapa-siapa, ya jelas siapa yang mau berdiam diri di kelas sementara di luar sana banyak pertunjukkan yang sulit untuk di lewatkan.
Penonton terbagi-bagi menjadi beberapa bagian, ada yang memilih menonton pertandingan futsal, bela diri, tetapi lebih dominan menonton stage karena rundown acara lebih banyak berada di stage.
KAMU SEDANG MEMBACA
Titik Koordinat Takdir [COMPLETED]
Teen FictionKesialan hidupnya di Sekolah dan tingkat emosinya meninggi, berawal dari laporan praktikum Biologi. *** Kalau bukan karena cowok sialan yang menumpahkan air pada laporannya. Kalau bukan karena Bu Dinar yang menyuruhnya untuk mengganti ulang judul p...