Selepas memasuki motornya ke dalam Garasi, Reyyen langsung masuk ke dalam Rumah. Karena, hari ini Reyyen merasa tidak baik-baik saja. Ada rasa yang mengganjal di dalam hatinya. Entahlah, Reyyen tidak mengerti.
"Sore Abang, semoga hari Abang baik." Gadis kecil yang baru selesai menuruni tangga, kala melihat Reyyen segera berhambur memeluknya.
Reyyen menghela nafas panjang, menjatuhkan tubuhnya di sofa, capek sekali.
"Sore Kyla."
Kyla tersenyum, memeluk lengan Reyyen dan berucap, "Kyla mau cerita dong."
"Nanti ya, Abang capek." Setelah mendengar jawaban Reyyen, Kyla cemberut tetapi mengerti jika Abangnya baru pulang sekolah.
Reyyen membiarkan adiknya berjalan ke kamarnya. Biarlah, mungkin dia sedang ngambek. Akhir-akhir ini Kyla memang sering bercerita, karena baru saja memasuki sekolah taman kanak-kanak. Seringkali Kyla bercerita tentang seru nya bersekolah.
Bundanya datang membawa beberapa plastik belanjaan, saat melewati Reyyen bundanya menyempatkan menyapa anaknya, "Loh Abang udah pulang."
"Iya bund." Reyyen berdiri dan menghampiri bundanya untuk mengambil alih plastik belanjaan. "Biar Abang aja yang bawa bund."
"Terima kasih anak bunda yang ganteng."
Sambil menunggu Reyyen kembali dari dapur, bunda nya terduduk di sofa ruang keluarga.
"Abang."
Reyyen kembali duduk di sofa, di samping bundanya. "Kenapa?"
"Gimana sekolah barunya? Seru gak? Atau lebih seru sekolah di Melbourne?"
Reyyen memang asli kependudukan Indonesia, hanya saja saat SMP hingga SMA, Reyyen bersekolah di kota Melbourne, tetapi karena tugas ayahnya di pindahkan ke Indonesia kembali, otomatis Reyyen ikut pindah dengan orang tuanya.
"Sama aja, gak ada yang aneh."
Bundanya mengerinyit heran. "Ah masa sih, Bang? Pasti beda lah, masa sama aja."
Reyyen menguap, menutup mulutnya. Kebiasan selalu mengantuk jika pulang sekolah, tetapi tidak diperbolehkan untuk tidur sore oleh bundanya.
"Menurut Abang mah sama aja sih."
Bundanya menilik muka Reyyen. "Kamu kenapa Bang? Ada masalah?"
Reyyen menggeleng, Bundanya ini memang sedikit peka jika ada sesuatu yang terjadi pada anak-anaknya. Seperti ada ikatan batin terhadap ibu dan anak.
"Enggak."
"Cerita aja sih, Bang. Kamu ini dari dulu gak pernah tuh cerita sama Bunda. Kaya Kyla tuh tiap hari cerita, jadi kan Bunda tau Kyla tuh kaya gimana. Atau jangan-jangan kamu lebih pilih cerita ke pacar kamu ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Titik Koordinat Takdir [COMPLETED]
Teen FictionKesialan hidupnya di Sekolah dan tingkat emosinya meninggi, berawal dari laporan praktikum Biologi. *** Kalau bukan karena cowok sialan yang menumpahkan air pada laporannya. Kalau bukan karena Bu Dinar yang menyuruhnya untuk mengganti ulang judul p...