18 || into you

330 102 94
                                    

Langit kelabu dengan bulan terang benderang, bulat sempurna yang menemani malam gadis manis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Langit kelabu dengan bulan terang benderang, bulat sempurna yang menemani malam gadis manis. Hatinya tak cukup hangat karena ditemani bulan, beserta minungan hangat berkafein yang membuat malamnya menjadi panjang. Gadis tak membutuhkan kehangantan seperti selimut yang mampu menghangatkan badannya dari musim dingin, ataupun jaket tebal musim dingin, tetapi lebih dari itu. Gadis ini membutuhkan kehangatan rumahnya.

Jiela ingin hidupnya kembali seperti semula, dimana saat dirinya menanyakan hal-hal random seperti kenapa bintang terlihat kecil, dan Papanya selalu menjawabnya dengan senang hati. Atau, protes pada Mamanya karena makanannya terlalu banyak micin, juga karena tingkah sederhana adiknya yang membuatnya tertawa tak henti-henti.

Jujur, hatinya menghangat mengingat itu semua, tetapi di satu sisi ada sesak dalam dada yang sulit di deksripsikan oleh kata-kata.

Kini, semua tinggal kenangan. Jika di ibaratkan saat meminum kopi, kini Jiela tinggal meminum ampas nya saja. Manisnya tidak ada.

Kapan kedua orang tuanya pulang. Satu pertanyaan yang sederhana, tetapi sulit untuk di jawab bahkan berbulan-bulan lamanya tak kunjung mendapat jawaban yang pasti. Seolah menjawab pertanyaan tersebut harus memakai rumus logaritma, trigonometri, atau mungkin intergral. Karena memang sesulit itu.

Mau merengek meminta pulang pun rasanya seperti sia-sia. Jiela merasa dirinya tak pantas melakukan itu, atau sekedar mengeluh pada orang tuanya tentang apa yang menjadi problem kehidupannya, seolah Jiela harus kuat dan terus kuat layaknya karang di terpa ombak. Rasanya sudah tidak memiliki hak sebagai anak untuk mendapat perhatian dari orang tuanya, bertahun-tahun Jiela bertanya-tanya ada apa dengan kedua orang tuanya ini sampai tak ada waktu untuk sekedar bertemu walau satu menit pun.

Dan sekarang Jiela sedang di rundung kebingungan. Besok, pembagian rapot, yang mengambilnya harus orang tua. Sementara orang tuanya tak peduli dengan agenda pembagain rapot anaknya sendiri.

Sesak, sedih, kesal, marah, campur aduk menjadi satu, semuanya lebur tak ada perasaan diantara itu semua yang menjadi dominan.

Baru saja, Jiela menelpon kedua orang tuanya bergantian, seperti biasa responnya tidak mengenakkan. Papanya, selalu mematikan telpon setelah mengucap kalimat "Jie, coba kamu telpon mama mu, ya?" Dan Mamanya selalu bertele-tele sampai pada kalimat, "Sudah dulu ya, setelah ini kamu telpon Papa mu, ya?" Dua-duanya menyarankan hal yang sama. Papa meminta mama yang mengambil rapot, dan Mama pun sama. Lalu Jiela harus bagaimana, tak ada salah satu yang mau menghadiri acara pembagian rapot.

Salah satu orang yang bisa diandalkan yaitu, tantenya. Jiela hanya bisa berharap tantenya sedang tidak sibuk.

Ya, semoga.

***

Seperti biasa, sambil menunggu para orang tuanya selesai mengambil rapot, Jiela dan ketiga temannya memilih untuk diam di kantin. Membahas seputar liburan, ataupun agenda apa yang akan dilakukan selama mengisi hari-hari libur. Dan, sepertinya tahun ini tidak seperti tahun sebelumnya. Tahun sebelumnya, Jiela dan ketiga temannya berlibur bersama selama empat hari ke sabang dan beberapa kota lainnya.

Titik Koordinat Takdir [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang