Perasaannya tidak karuan sekarang. Cemas dan emosi, mendominasi hatinya.
Reyyen tidak mau membayangkan, bagaimana jadinya jika gadis itu menjauhinya. Ini semua hanya kesalahpahaman.
Tadi pagi, Reyyen sudah menawarkan diri untuk menjemput Jiela terlebih dahulu, tetapi gadis itu menolaknya, memilih pergi sendirian. Bukan di sengaja pula dirinya pergi bersama dengan Maudi, ini hanya masalah kebetulan. Driver online yang di tumpangi Maudi, mobilnya mogok, dan Reyyen berbaik hati memberi tumpangan.
Posisi Reyyen sekarang berada di depan Rumah Jiela. Tetapi masalahnya, ART-nya mengatakan bahwa Jiela baru keluar rumah lima belas menit yang lalu. Yang menjadi kecurigaannya, mobil gadis itu ada di garasinya.
Sudah tidak sabar lagi, Reyyen segera menelpon Andrian. Ia membutuhkan titik terang.
"Kenapa lagi? Kalau lupa, lo udah telfon gue tujuh kali tolol!"
"Tanyain ke Anna, Yan. Dimana Jie?" desak Reyyen.
"Lo datang lah ke Rumahnya."
Reyyen berdecak. "Ini gue udah di lokasi. Katanya, Jie pergi, tapi gue curiga. Karena mobilnya ada."
"Kalau gitu ceritanya, berarti si Jie kagak mau ketemu sama lo."
"Tapi kenapa, Yan?"
Andrian mengumpat beberapa kali. Kesal dengan sobatnya yang satu ini.
"Si bangsat pake nanya ke gue, emangnya gue bapaknya? Cari tau sendiri dah lo, gue lagi diajarin kimia sama bokap. Ngeri-ngeri sedep anjir."
Dengan cepat Reyyen memutuskan panggilannya dengan Andrian. Karena sama sekali tidak membantunya.
Reyyen menghela nafas dalam, dilihatnya jam yang berada di lingkar tangan kanannya. Sudah, satu jam berada di sini, tapi tidak ada kepastian. Hujan pun sudah mengguyur siang ini, solusi paling tepat ialah putar balik.
Bukan karena dirinya menyerah. Tetapi kondisinya tidak memungkinkan. Sepertinya Jiela juga perlu ruang untuk menghindar darinya. Reyyen harap hanya sementara.
Reyyen mengerem mendadak, untung saja dirinya sedang tidak membawa penumpang. Ia tidak bisa keluar dari mobil, hujan terlalu deras di luar, jadi Reyyen hanya bisa menurunkan kaca sebrang kemudinya.
"Jie." Reyyen berteriak.
Rasanya bersyukur sekali dapat menemukan Jiela di sini. Diam-diam meminta maaf pada ART Jiela karena dirinya sudah menaruh kecurigaan.
"Ngapain? Lagi hujan deras. Sini masuk."
Jiela menoleh, mendekat pada mobil Reyyen sambil kesusahan membawa anak kucing sekaligus payung bergambar totoro. Terlihat gemas sekali di mata Reyyen.
"Kamu ngapain diem di situ? Aku khawatir nyariin kamu."
Jiela tidak menjawab pertanyaan Reyyen, melainkan bertanya dengan topik yang berbeda. "Boleh aku bawa masuk kucingnya ke dalam mobil, gak?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Titik Koordinat Takdir [COMPLETED]
Teen FictionKesialan hidupnya di Sekolah dan tingkat emosinya meninggi, berawal dari laporan praktikum Biologi. *** Kalau bukan karena cowok sialan yang menumpahkan air pada laporannya. Kalau bukan karena Bu Dinar yang menyuruhnya untuk mengganti ulang judul p...