3|| Maaf berbentuk coklat

757 329 162
                                    

Hari ini terasa sangat panjang bagi Jiela

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari ini terasa sangat panjang bagi Jiela. Dari pagi hingga sore itu terasa seperti berhari-hari. Sejak pagi, Jiela belum memasuki kelas karena masa hukumannya selesai sampai jam mata pelajaran terakhir. Bayangkan, selama di dalam perpustakaan, Jiela berkutat dengan buku yang sudah berdebu.

Jiela memasuki kelas dengan lesu, energinya sudah habis tersedot. Langsung terduduk lemas, tanpa memperdulikan tatapan aneh dari teman-teman sekelasnya. Mungkin mereka heran, seorang Jiela di hukum.

"Cie Jiela kiw kiw kiw." Seisi kelas menyorakinya, dan terus menggodanya.

Asli, sepertinya dunia sedang gila, sampai teman-temannya juga ikut-ikutan gila.

"Apaan sih? Stress ya lo semua?" Jiela kebingungan, bahkan sahabatnya saja ikut menggodanya. Bingung, apa yang membuat mereka menggila seperti ini.

"Ciee Jie punya pacar anak sebelah."

"Traktir woi traktir."

Siulan, sorakan penuh godaan, juga teman-temannya yang menggodanya sambil mencolek lengannya, membuat Jiela bergidik ngeri dan ingin melarikan diri. Semoga saja ini mimpi.

"Siapa juga yang pacaran? Gue gak punya cowok woi!" Memang benar dirinya jomblo alias lagi kosong. Bahkan gebetan pun tidak ada.

"Dih denial."

"Bohong lo!"

Jiela menghela nafas panjang, memilih membiarkan teman-temannya menyorakinya. Dirinya tidak ada tenaga untuk berdebat.

"Matematika tumben free class? Di kasih tugas gak?" Jiela bertanya pada Kia yang masih sibuk menggodanya.

Kia tersenyum menggoda. "Dih pengalihan isu, nanya free class."

"Terserah lo lah, gue capek nih habis di hukum. Kalian semua malah gila bikin gue makin stress anjir."

Kia terkekeh, "Matematika disuruh buat resume dari video yang ibu kasih kemarin lewat drive. Tapi, ibu nya gak akan masuk kelas."

Jiela mengangguk, syukurlah bu guru tidak akan masuk. Seenggaknya dirinya tidak harus berpikir di saat pikirannya tidak jernih.

Andrianna dan Ziva yang sejak tadi sibuk mencatat, kini mendekat untuk ikut nimbrung dalam percakapan Jiela dan Kia.

"Jie, tadi lo di hukum apa sama bu Dinar?" tanya Ziva.

"Di suruh bersihin buku di perpustakaan. Sumpah capek banget, mana tadi pas di perpustakaan gue ketemu sama cowok yang bikin laporan gue jadi basah. Asli yah tuh cowok nyebelin banget, masa minta maaf aja harus di suruh dulu baru minta maaf, kaya gak punya attitude banget, ewh."

Kia melotot, ikutan kesal mendengar cerita temannya ini. "Wah? Parah sih, terus lo apain tuh cowok nya? Kalau ada gue, pasti gue kasih pelajaran sih. Gue geprek juga sampe hancur."

Titik Koordinat Takdir [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang