Sebelum Memasuki Mobilnya Bagus melirik rumah yang terparkir mobil putih tersebut. Dengan Langkag gontai Bagus memasuki Mobilnya, sebelum pergi Bagus terdiam mengingat kejadian yang baru saja terjadi.
Antara Menyesal dan tidak enak, Ia memukul stir mobilnya kesal. Beberapa tahun yang lalu Nindya menghilang dan pergi dari nya setelah ia membentak Nindya. Cukup sekali saja, Bagus tidak mau sampai terjadi untuk kedua kalinya.
Dengan Cepat Bagus membuka kembali pintu mobilnya lalu berlari menuju Rumah Nindya, Bagus mengetuknya pelan karena sudah terlalu malam ia takut malah menganggu tetangga lain nya walaupun rumah mereka tembok semua.
"Asallamualaikum" Salam Bagus lalu mengetuk kembali Pintu bercet Hijau tua tersebut, tidak lama seorang wanita keluar "Ada apa bang?" Dia Adista.
"Nindya sudah tidur?" Adista menatap Kesal "Bukan cuma tidur, Nindya nggak keluar kamar setelah abang bentak dia" Bagus Diam di tempat "Tolong panggilin bisa? saya mau ngomong sebentar"
"nggak bang, biarin aja dulu bang. Kasian dia cape juga" Bagus mengangguk pelan "Yasudah, makasih ya " Lalu Bagus berbalik, menarik nafas panjang.
Tanpa Bagus sadari, Nindya mengintip dari balik Horden sambil menangis. Mungkin besok ia harus menemui Nindya lagi, ia tidak ingin kejadian beberapa tahun lalu terulang kembali.
Bagus Kembali kerumahnya dengan Malas, tanpa cuci muka dan menganti Baju Bagus langsung memasuki kamarnya. Ia memikirkan kembali ucapan Nindya, apakah betul Suci seperti itu? Bagus Mengaruk kepalanya kasar.
Dengan kesal Bagus langsung merebahkan tubuhnya di kasur panjang tersebut. Bagaimana bisa ia lebih percaya kepada Nindya wanita masa lalunya datang lalu memburukan Suci Wanita yang telah menemaninya.
--------
pagi ini semua orang berkumpul di lapangan kodam untuk kegiatan senam Pagi, Nindya mengunakan kacamata anti radiasinya karena matanya yang sembab. Awalnya ia ingin ijin saja, tetapi ia juga bosan kalau hanya dirumah.
Mereka berfoto-foto sesama Letting kowad sesekali letting dan abang letting cowok mereka ikut menyelip. Untung saja Nindya turun jika hanya di rumah saja, mungkin ia akan menjadi zombie.
"Makan dimana let?" Tanya Adista Pada wanita berhijab di depan nya "Situ aja yok mba, kantin deket kolam renang" Ajak mereka
Setelah Selesai kegiatan, mereka memutuskan untuk makan di kantin. Saat mereka melewati kolam renang, Banyak para prajut yang selepas olah raga langsung berenang. Mata Nindya terpanah pada Seorang lelaki yang sudah memarahi nya tadi malam. Lelaki dengan kolor renang dan menunjukan perut rata nya.
"Astagfirullah, Letda Bagus bikin Zina mata aja ha..ha" Mereka tertawa Kecuali Nindya yang jalan terlebih dahulu "Cepet banget buk" Panggil Kowad berlesung pipi kepada Nindya.
Mengambil tempat paling pojok agar kena kipas dan bisa men charger handpone, para kowad-kowad itu memesan lalu duduk kembali "Asoyy ni Noni mau dilamar tah?" Kowad Berhijab membuka percakapan.
"Doakan saja ya mbak-mbak ku ha..ha, Saya pindah loh kalau udah sah" jawab wanita berlesung pipi -Noni-
Nindya Membetulkan kacamatanya "Pindah kemana dek?" Walaupun mereka seletting tetapi Umur Noni lah yang paling muda di antara yang lain "Ke palembang mbak, Mas Bowo kan dinas di palembang. tapi si belum tau juga ya" Nindya mengangguk paham.
"Suara mu kenapa Nin? Serak banget" Tegur Bunga Kowad yang duduk pas di samping Noni "Ohh, iyaa dari tadi malam ini. sakit tenggorokan saya he..he kurang minun kayanya" Jawab Nindya asal, mereka tidak tau saja Nindya hampir tidak tidur semalam an
Cantik Dan Berwibawa, itulah mereka. Kekompakan, selalu mereka jaga. Tetapi, semakin hari Mereka terus terpisah karena tugas. lihat saja sekarang, letting Nindya sisa empat yang bersamanya, sisanya pindah karena dinas dan Karena ikut suami.
kemungkinan besar Adista pun begitu di tahun depan, ntah bagaimana Nasib Nindya. Semenjak berpisah dari Noel ia masih tidak bisa menemukan pengganti Noel kecuali Bagus tetapi itu tidak mungkin.
--------
Dengan santai Nindya jalan membawa Susu kotak yang baru saja ia beli, Nindya sendirian. Adista sedang ikut rapat, tiba-tiba saja tangan Nindya ditarik oleh seseorang.
"Apa..." Nindya diam saat melihat Bagus di depan nya "Kita harus bicara sebentar" Ujar Bagus.
Nindya masih diam tak berniat menjawab "Nin Sebentar aja" Ajak Bagus lagi "Disini aja bisa" Jawab Nindya datar "Maaf, Maaf Buat tadi malam. Gue nggak maksud bu..."
"nggak apa-apa, saya pantas untuk di bentak dan dimarahi kok karena telah menjelek-jelekan Pacar abang. ada lagi?" Nindya melirik Rambut bagus yang masih Basah kerena Air di kolam renang
"Nin, jangan pergi lagi. Kemaren setelah gue kasar sama lo, tiba-tiba lo hilang ntah kemana. gue nyesal Nin udah marah sama lo" Lalu Nindya memberi Hormat dan pergi, Nindya menahan Air matanya. Ah sial, kenapa harus sekarang Batin Nindya.
Bagus masih berdiam diri ditempat nya lalu mengacak Rambutnya. Mungkin tidak Sekarang, besok pun masih bisa bertemu kembali. Setidaknya inti dari ucapan nya telah tersampaikan.
Nindya Berlari menuju ruangan nya, ternyata Adista sudaha balik "Loh Nin, lo kenapa?" Tanya Adista terkejut "nggak Apa-apa he..he udah selesai? yok balik"
"Bagus lagi?" Tanya Adista to the point, "Pusing banget si sama tu orang, datang tiba-tiba terus marah-marah nggak jelas banget mana dia biar gue kasih tau" Nindya Tersenyum melihat sahabat nya bertingkah Aneh "Biarin aja, paling besok-besok nggak ketemu lagi"
"Lah kenapa?"
"Gue nggak mau aja ketemu dia lagi, biar deh gue bawa bekal dari rumah terus di kantor aja" Adista Tertawa "Lawak banget lo, gue kira lo mau pindah kemana gitu"
"lo kira ayah gue jendral, pindah-pindah semau omongan lo" Mereka keluar Bersamaan
"Mata gue kentara banget ya habis nangis? Tadi sampe di tanyain sama Buk titi" Adista Melihat-lihat mata Nindya "Hooh, keliatan banget. salah lo pake kacamata bening, kan kacamata lari gue ada" Nindya tertawa "Miring kali lo, Bisa-bisa dikira bisulan mata gue"
Kali ini Adista yang membawa mobil, Karena Nindya sedang tidak enak Badan. lagi pula Adista sudah lama tidak mengendarai Mobil sendiri.
Nindya menatap keluar Kaca mobil, ia mengingat kejadian tadi. Kesal, senang semua menjadi satu, ia kesal karena Bagus dengan mudah nya meminta maaf setelah memarahinya. senang karena Bagus merasa Nindya pergi karena ia memarahi Nindya.
Padahal Tidak, Nindya pergi karena Cita-citanya. Nindya pergi Untuk menjadi seorang tentara, walaupun Nindya harus kehilangan semua cerita tentang Bagus selama ini.
==========
Seperti biasa, jangan lupa vote ya guys!❤
Maap kalau ada salah dalam penulisan dan salah kata!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Karena Cinta (Akan ada revisi cerita)
Romance#1 Akmil dari 286 Cerita 09032020 #1 Nindya Dari 43 Cerita 09032020 #2 Bintara Dari 28 Cerita 09032020 #1 Kowad Dari 50 Cerita 09052020 Part 1 Bukan dia yang menunggu di puncak yang pantas untuk di perjuangkan, melainkan dia yang tetap menunggu wala...