"Halo, Kania, gue kerumah lo bentar ya, nyokap baru pulang dari Singapur, bawain oleh-oleh banyak, sekalian kasih temen lo yang lain" kata seorang pria di seberang sana
"Tapi Bas, kenapa gak dikasih ke temen lo aja?" Kata Kania yang sebenarnya tak terbiasa berbicara dengan panggilan lo-gue sama Bastian
"Temen gue udah kebagian kok, banyak banget bawanya, nanti gue kirim langsung ke rumah lo deh" kata Bastian
"Yaudah iya, gue tunggu, gak pake lama" kata Kania menutup telephonenya.🌻🌻🌻
Ini sudah tepat 1 bulan mereka taruhan, dan Daren menatap dirinya yang masih menggunakan baju rumah sakit. Daren memejamkan matanya. Memikirkan apa yang harus ia lakukan.
"Gue cowok, dan gak seharusnya gue menghindar dari janji kayak gini" Daren berdialog pada dirinya sendiri,
Kemudian menarik paksa segala sesuatu yang ada di tubuhnya. Berjalan ke luar ruangan, dan pergi untuk mengambil keputusannya, tekadnya sudah bulat, dan tak ada yang bisa melarangnya termasuk sakit di sekitar area hatinya.
Daren memberhentikan taksi yang melintas di hadapannya, menaiki taksi dan menyebutkan kemana ia akan pergi.
"Mas kabur ya?" Tanya supir taksi itu melihat baju biru kas rumah sakit melekat di tubuh Daren
"Enggak, saya lupa bawa baju, terus orang tua saya dirumah, mangkanya mau ngambil baju, udah di kasih izin juga sama dokter" jelas Daren dan tentu saja berbohongDaren membayar taksi dengan uang yang ibunya selipkan di bawah nampan sarapan buburnya tadi pagi. Lalu keluar dari mobil itu.
Ia melangkahkan kakinya, namun ia kalah cepat, seorang pria yang Daren kenal, pria yang meninggalkan sahabatnya demi orang lain, dan menyakiti perasaan sahabatnya mendahuluinya sambil memeluk tubuh gadis di hadapannya. Ia membawa beberapa bingkisan. Dan menyerahkan bingkisan itu pada gadis di hadapannya.
Daren hanya menatap kejadian yang cukup membuat dadanya sesak ini dengan datar. Rasa kesal, amarah, sakit, kecewa menjadi satu di kepalanya. Cinta selalu datang terlambat, itu yang ada di fikirannya. Tanpa membuang waktu lagi, Daren membalikan tubuhnya lalu berjalan menuju rumah Alisha yang tak jauh dari rumah tujuan ia kesini.
"Daren? Lo kabur? Masuk dulu sebelum ketauan, cepet!" Alisha panik saat melihat Daren sangat pucat dan tanpa ekspresi itu.
Alisha menyandarkan tubuh Daren di soffa ruang tamunya.
"Lo ngapain?" Tanya Alisha
"Lo tau kan ini tanggal berapa?" Tanya balik Daren dengan nada cool namun penuh dengan kekecewaan
"Satu bulan setelah lo taruhan sama Kania. Terus lo kenapa kesini? Bukan ke rumah Kania?" Tanya Alisha setelah berfikir beberapa saat
"Udah, cuma gue gak percaya apa yang gue liat" kata Daren
"Lo liat apa?" Tanya AlishaAlisha tak tinggal diam, ia keluar rumah, melihat apa yang terjadi di rumah Kania. Dia melihat Bastian sedang melambaikan tangannya, lalu memasuku mobilnya. Alisha berniat untuk memanggil, tapi ia urungkan. Mungkin mendengar cerita Daren lebih membuktikan kalau ia sahabat yang selalu ada.
"Lo cerita sama gue" perintah Alisha
"Niat gue kabur dari rumah sakit, dan bohongin tukang taksi salah" kata Daren
"Bego, bego, kenapa lo gak bilang gue dulu" kata Alisha
"Salah kalo gue mau perjuangin apa yang gue mau perjuangin Lis. Gue selalu terlambat, " kata Daren
"Itu karena elo yang kelamaan mikir, itu elo yang kelamaan nunggu, jangan salahin apapun kalau semuanya udah terlambat, salahin diri lo, yang terlalu banyak nunda waktu." Kata Alisha
"Gue pengen nembak dia Lis, gue pengen ceritain Kania, kemana gue selama ini" kata DarenAlisha berusaha menenangkan Daren, namun saat ia memeluk tubuh Daren, tubuh Daren terlalu panas sehingga membuat Alisha menghempas tangannya jauh-jauh.
"Lo panas banget, gue anterin ke rumah sakit ya" kata Alisha
Daren mengangguk, lalu pergi ke rumah sakit, dengan Alisha yang mengendarai mobil, walau agak melanggar peraturan, tapi ini wajar untuk Alisha yang hanya belajar tanpa mau menggunakan mobil ke manapun.
"Lis lo gak lulus SIM ya? Mual gue" kata Daren
"Sembarangan, gue punya SIM, cuma nih mobil jarang banget gue pake. Jadi ya gitu, gak biasa" Alisha menggandeng Daren ke ruangannya
"Daren kamu tuh bikin khawatir aja, papa langsung pulang dari tempat kerja pas tau kamu ilang" kata papa Daren
"Kabur bukan ilang" kata Daren santai
"Daren bosen katanya di rumah sakit, mangkanya dia kerumah saya om" kata AlishaWalau Alisha memanggil Bunda Daren dengan sebutan bunda, tetap saja kalau dengan papa Daren dia jarang sekali bertemu dengan papa Daren.
"Syukur deh kamu kaburnya gak jauh-jauh, lain kali jangan gini lagi" kata Bunda sebelum suster masuk ke ruangan dan menyuruh mereka keluar.
Alisha merasa tugasnya sudah selesai, ia memutuskan untuk berpamitan dan pulang ke rumahnya. Siapa yang tau, ternyata Daren secepat itu kalau untuk melupakan, tapi selambat itu kalau untuk mengungkapkan.
Alisha membaringkan tubuhnya di kasur empuk kesayangannya, mencoba terlelap setelah membersihkan dirinya.
"Gue tau lo kecewa Ren, tapi rasa ingin berjuang lo lebih besar dari rasa kecewa itu sendiri" ucap Alisha berharap Daren dapat mendengarnya meski dari kejauhan
Alisha memejamkan matanya, terlelap dalam alam bawah sadarnya, yang menyajikan banyak mimpi indah.
Sementara itu, Daren menatap langit-langit ruangan nya dirawat, kenangan menyakitkan tadi siang terlintas begitu saja.
"Ah! Gue kecewa sama diri gue sendiri, gue kecewa sama Kania, gue kecewa sama Bastian." Daren merasakan sesak didadanya matanya mulai berkaca, tapi tak tumpah.
Daren memejamkan matanya, mencoba mencari ketenangan saat ia memejamkan matanya, perlahan semua tubuhnya sangat tenang dan makin tenang. Sampai akhirnya ia tertidur lelap, dengan persaan kecewa yang ia bawa sampai kedalam alam bawah sadarnya. Bermain dengan mimpi menyakitkannya.
Katanya mimpi selalu lebih indah dari kenyataan, tapi Daren masih bisa merasakan kalau sakit dan sesak didadanya masih terasa dan bahkan mimpinya memunculkan terus kejadian tadi siang. Daren lelah, kemudian alam bawah sadarnya meminta untuk berhenti memperjuangkan cinta. Karena hasilnya sama saja, cinta selalu terlambat, dan berujung dengan memberi luka yang begitu menyakitkan.
Jumat lagi, cepet kan ya rasanya. Dah vote sama komennya jangan lupa
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Friend
Teen FictionHanya tentang aku yang ingin aku dan kamu menjadi kita. Mengubah hubungan yang sebelumnya teman saja. Aku tak tahu keinginan ku akankah jadi nyata. Tapi aku berharap nyaman sebagai teman tak membuatku putus asa. Aku akan memperjuangkan apa itu yang...