Semua murid kelas 12 sedang ada di lapangan, dengan beberapa guru yang berada di hadapan mereka. Untuk memberi tahukan hasil ujian mereka.
"Kalian tau kan untuk alasan apa kalian di kumpulkan hari ini? Di lapangan ini?" Kata kepala sekolah
"Saya tahu dari tadi kalian tuh deg-deg an, jadi saya langsung bagiin amplop nem kalian dan tanda lulus atau tidaknya kalian ya" lanjut kepala sekolahSeluruh murid panik dan penasaran. Kecuali Daren, ia malah santai saja. Karena dia tau dia bakal lulus, hasil mah ya bodo amat, yang penting lulus.
Satu per satu murid membuka amplopnya dan ucapan syukur serta wajah senang mereka. Daren membuka amplopnya di sana tertulis LULUS dengan nilai total 398,8.
Daren tersenyum, lalu menaruh lagi kertas itu ke dalam amplop putih itu.
"Boleh diam sebentar? Ibu akan nyebutin 3 besar nilai tertinggi tahun ini. Yang ketiga ada..., yang kedua ..., dan yang pertama Daren Prandana. Selamat ya" kata ibu kepala sekolah
Setelah beberapa kata, akhirnya mereka semua di nyatakan lulus, setelah itu semua nya masuk ke aula untuk acara kecil atas kelulusan mereka.
"Daren, traktir dong kan lu peringkat pertama" kata Kevin
"Ye bego, gue peringkat pertama juga gak dapet duit, traktir pala lo traktir" kata Daren
"Sst, dengerin tuh lagi ceramah juga" kata Kania
"Motiviasi Kania bukan ceramah" kata Raya
"Yaudah intinya lo semua harus diem" kata AgnesMereka menyimak acara yang berlangsung, mengikuti semua alur acara. Sampai akhirnya mereka di bolehkan pulang.
"Maen kuy?" Tanya Kania
"Gak ah, capek" kata Alisha
"Besok gimana?" Tanya Raisha
"Ayo kalo besok" kata Alisha
"Oke, yok pulang" kata DarenSeperti biasa Alisha dengan Alvin, Daren dengan Kania, Kevin dengan Raisha. Sementara Agnes dengan Raya.
"Eh duluan ya, kalian hati-hati" kata Alisha
Saat Alisha ingin masuk ke mobil Alvin, tiba-tiba suara klakson menghentikan aktivitas mereka.
"Ray, lo pulang sama gue mau gak? Kebetulan mobil gue kosong" kata Fauzan
"Gak, gak usah, ada Agnes kok, mobil Agnes juga kosong" kata Raya
"Yakin gak mau?" Kata Fauzan
"Gak usah, kemaren gak ada lo juga gue bisa" kata Raya
"Ray lo judes amat sih" kata Agnes
"Dah ya, yuk Nes cabut, kata lo nyokap lo nungguin kan? Yuk, gais duluan ya, bye" kata Raya menarik tangan AgnesRaya dan Agnes masuk ke mobil, lalu Agnes melajukan mobilnya, sementara yang lain masih diam.
"Hmm, kita juga duluan ya Fauzan, dah" kata Kania
"Eh duluan gais" kata Alisha
"Sabar bro, duluan" kata KevinFauzan menatap ketiga mobil yang melaju mendahuluinya. Dia membuang nafas kasar.
Sementara Raya diam menatap jendela. Agnes tau sikap Raya.
"Are you oke?" Tanya Agnes
"I'm oke, but not my heart" jawab Raya
"Emang sih ngeselin banget, pas kita sayang dia ngilang, pas kita udah lupa, dia ada" kata Agnes
"Ya emang gitu, gak tau apa gue mati-matian move on? Ah males banget jadinya, mood gue gara-gara dapet nem lumayan, jadi turun gegara die" kata Raya
"Sabar aja udah, nanti lo tidur deh, biar gak kepikiran terus" kata Agnes
"Makasih Agnes, selama 1 tahun ini udah semangatin gue sama Lisha" kata Raya
"Itukan tugasnya sahabat?" Kata AgnesRaya tersenyum kembali menatap jendela. Dan mobil terus melaju sampai ke rumah mereka.
Alisha menatap dinding kamarnya dengan tersenyum lebar. Ia sangat bahagia.
"Yes lulus juga" kata Alisha
"Gak usah pusing lagi, lulus! Hmm, mama belum pulang ya?" Kata AlishaAlisha menuju kamar adiknya, adiknya baru sedang membaca buku cerita. Alisha masuk, dan duduk di tepi kasur adiknya.
"Kakak, gimana? Lulus kan? Bagus gak nilai nya?" Tanya Rafi
"Bagus kok, lulus juga." Kata Alisha
"Rafi mau nanti pinter kayak kakak" kata Rafi
"Harus dong, Rafi harus lebih pinter oke?" Kata Alisha
"Kakak, mama papa belum pulang dari LA? Mama papa sehat kan?" Tanya Rafi
"Mama sama papa bakal cepet pulang kok, sabar aja ya, bentar lagi palingan" kata AlishaJujur Alisha tidak tahu kabar kedua orangtuanya. Mereka terlalu sibuk untuk merespon pesan dan telephone dari Alisha. Maka dari itu Alish tak pernah menghubungi mereka, karena percuma tidak akan di tanggapi.
"Udah tidur siang belum?" Tanya Alisha
"Belum kak hehe," kata Rafi
"Yaudah abis ini tidur ya? Tapi kamu udah makan kan?" Tanya Alisha
"Udah dong sama bibi" tanya Rafi
"Oke, kakak ke kamar dulu ya" kata Alisha
"Oke kak, kakak juga tidur sana" kata Rafi
"Siap" kata AlishaAlisha mengecup kening Rafi, lalu keluar dari kamar Rafi. Menutup pintu dan menuju kamarnya lagi. Alisha mengambil ponselnya, ia bertekad menelephone mamanya.
"Mama" kata Alisha saat mamanya mengangkat telephone
"Ya Lis? Kenapa?" Tanya mama
"Harusnya aku yang nanya kenapa? Kenapa ma? Kenapa mama gak pernah telephone dan kabarin aku?" Kata Alisha
"Kamu tau kan, mama sibuk banget sayang, ini 10 menit lagi mama ada meeting" kata mama
"Oh, mama gak nanyain nilai Lisha ma?" Tanya Lisha
"Oh nilai ya? Emang kamu udah ujian? Kapan sayang kok gak kabarin?" Tanya mamaAlisha menarik nafas, dan membawa ponselnya menjauh dari telinganya.
"Emangnya kalo aku kabarin mama peduli?" Tanya Alisha pelan dan penuh penekanan
Alisha menaruh kembali ponselnya di telinga, menahan air mata yang tak bisa ia bendung seperti rindu.
"Apa sayang? Mama gak denger. Ah bentar ya, sekertaris mama udah manggil, mau rapat, nanti mama telephone lagi. Bye sayang i love you" kata mama
"I love you too ma" kata AlishaAlisha menutup sambungan telephone nya, ponselnya ia lempar pelan ke kasur. Sementara air matanya sudah mengalir deras. Ia benci keadaan ini, untuk apa banyak harta tapi kurang cinta? Huh, bahkan soal kelulusan hari ini pun mamanya tidak tahu, atau ia tak tahu nanti apakah mamanya akan menelephone lagi, atau sibuk akan ia jadikan alasan yang sama untuk kesekian kali.
"Ma, pa, aku kangen banget. Aku mau kalian ada di sini, terus aku cerita tentang hari ini, tentang nilai aku, pacar aku, persahabatan aku, tapi kalian gak ada kan? Apa kalo aku tidur aku akan ketemu kalian?" Tanya Alisha
Alisha merebahkan tubuhnya ke kasur. Ia mencoba untuk terlelap. Barangkali ia bisa memeluk tubuh orang tua nya, walau hanya dalam mimpi. Tak apa lah, yang terpenting rindu sudah tak lagi menghantui.
Di luar jadwal lagi. Jangan lupa vote sama komen oke? Makasih semua...
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Friend
Teen FictionHanya tentang aku yang ingin aku dan kamu menjadi kita. Mengubah hubungan yang sebelumnya teman saja. Aku tak tahu keinginan ku akankah jadi nyata. Tapi aku berharap nyaman sebagai teman tak membuatku putus asa. Aku akan memperjuangkan apa itu yang...