ENAM

8.8K 997 83
                                    

"Masa tadi Pak Abdullah guyon*, minta supaya mahasiswa KKN nyumbang satu laptop," celetuk Fattan di suatu sore. (Guyon = bergurau)

Mereka semua tengah berkumpul, mengevaluasi proker yang sudah terlaksana serta menetapkan proker selanjutnya. Bukan rapat formal, hanya bincang-bincang santai tetapi serius.

"Guyon ya dibalas guyon aja," respons Indra singkat.

"Tadi balik tak guyoni. (Tadi aku balas gurauannya). Aku bilang 'Gampang, Pak. Saya cari kantong ajaib Doraemon atau topi sulap Pak Tarno dulu. Bapak minta laptop sepuluh biji juga pasti diijabah.'"

Ratna tersenyum simpul. Fattan ini memang paling bisa melucu di antara para lelaki di kelompok KKN-nya. Sifatnya berkebalikan dengan kawan karib sekaligus teman satu kelasnya, Ardi yang pendiam.

"Dikiranya mahasiswa KKN itu sumber duit, kali ya," sahut Indra sambil geleng-geleng. "Kita nyumbang program yang ke depannya kita harapkan bisa berguna untuk masyarakat desa. Bukan nyumbang uang. Memangnya kita Bank Bukopin apa?"

"Lha terus ini ibu-ibu PKK gimana, Ndra?" tanya Nanda.

"Kenapa memangnya?" selidik Indra.

Ratna merasakan ponselnya bergetar. Ada chat dari Fifi. Sahabatnya sejak SMA itu sedang KKN juga di Purworejo. Ratna sempat iri karena lokasi KKN Fifi dekat dengan kampung halaman mereka.

Fifi
Jangan lupa rampung KKN ganti status.

Fifi ini ... selalu saja mendesak Ratna untuk mencari pacar. Memangnya cari pacar itu segampang cari jajanan pasar di Pasar Demangan? Stok melimpah.

Jemari Ratna lincah mengetik balasan.

Ratna
Heleh. Nggak penting.

Fifi
Jomblo dari orok mau dipelihara sampai kapan?

Bibir Ratna mengerucut sebal. Berbeda dengan Fifi yang sudah tiga kali berpacaran, Ratna sama sekali belum pernah terlibat asmara dengan pria mana pun. Boro-boro pacaran, merasakan jatuh cinta saja Ratna belum pernah.

Tak jarang Fifi menyindirnya dengan ledekan, mempertanyakan kenormalan Ratna sebagai perempuan. Hello? Belum pernah pacaran di usia dua puluh satu bukan berarti Ratna lesbian, kan?

Sebuah pop-up pesan muncul di layar ponselnya. Dari Bayu?

KKN Bayu
Rapat, woy. Jangan hapean.

Ratna mendongak dari layar ponsel dan melihat ke arah Bayu yang duduk bersila di seberangnya. Lelaki itu mengangkat alis dan membuat kode dengan gerakan bola mata yang diarahkan ke tempat Indra duduk. Sedikit bingung, Ratna mengikuti kode Bayu dan mendapati Indra tengah menatapnya.

"Menurutmu gimana, Rat?" tanya Indra.

"Eh? Tadi sampai mana, ya?" Ratna linglung. Rupanya sang ketua KKN sedang menanti jawabannya.

"Ibu-ibu PKK meminta kita mengisi pertemuan PKK minggu depan. Nanda bilang mereka minta supaya diisi dengan praktek bukan teori."

"Kamu kan pinter bikin prakarya, Na. Ajarin ibu-ibu, gih," usul Putri.

Sebenarnya Ratna tidak sepintar itu dalam membuat prakarya. Tidak mungkin Ibu-ibu PKK diajari menggambar kartun dan menempel. "Hmm... praktek masak aja, gimana?" usulnya setelah berpikir sejenak.

"Setuju," sahut Fattan lantang, "kita kasih resep jajanan yang kekinian. Seblak Pedes Dower."

"Donat kentang." Usul lain dari Putri.

"Memangnya di antara kita ada yang bisa bikin donat kentang?" Indra bertanya sangsi.

Ratna meyimpan kembali ponsel ke dalam kantong celana jin. Chat dengan Fifi harus ditunda. Sebagai gantinya dia akan menelepon sahabatnya itu nanti malam.

Tiga Sisi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang