Tiga Sisi

TIGA PULUH TIGA

Dalam hidup, manusia memang tidak bisa bergerak dalam kecepatan yang konstan. Ada kalanya kita harus memelesat cepat dan ada pula saat di mana kita harus melambatkan laju, lalu berhenti sejenak. Beristirahat.

Saat mengatakan pada Ayu bahwa mereka bertiga membutuhkan jeda, Bayu sama sekali tidak menyangka bahwa hal itu akan berlangsung lama. Hingga kini, terhitung enam bulan telah berlalu. Bayu resmi menyandang gelar single tapi (nggak) happy.

Lalu bagaimana dengan Ratna? Oh, gadis itu bersungguh-sungguh dengan ancamannya. Tak mengizinkan Bayu mendekat barang sejengkal pun. Nomor Bayu bahkan diblokir. Pernah Bayu mengamati dari kejauhan, saat Ratna berada di kontrakan, tetapi Ratna malah mengontak Ketua RT setempat dan melaporkan Bayu sebagai orang mencurigakan yang mungkin saja hendak mencuri pakaian dalam di kos putri. Tak pelak lagi, Bayu kemudian dihampiri hansip dan diminta untuk pergi. Sialan. Ratna bisa jadi sangat keras kepala jika sudah bertekad. Bayu terpaksa harus puas dengan mengikuti kabar pujaan hatinya melalui laporan dari Gian.

Malam Minggu menjadi petaka besar bagi seorang jomlo ngenes macam Bayu. Teman kos yang punya pasangan tentu sibuk berkencan dengan pacar masing-masing, sedangkan yang masih lajang, memilih mudik demi me-recharge isi dompet. Bayu ditinggalkan sebatang kara.

Karena itu, saat mendapat ajakan dari Rafka untuk nongkrong di Up Society Cafe, Bayu serta-merta mengiakan tanpa berpikir panjang. Tentu lebih menyenangkan minum-minum di kafe sambil mengobrol ngalor ngidul, daripada gegulingan main Mobile Legend di kamar. Akan tetapi, nasib sial tampaknya setia mengikuti Bayu sejak menjomlo. Sebab, alih-alih datang sendirian, Rafka justru mengajak tunangannya, Ana, dan Bayu mendapat peran sebagai obat nyamuk.

Ana tipikal wanita kalem yang tak banyak bicara. Sekali pandang, Bayu langsung paham alasan Rafka gagal move on bertahun-tahun. Ana memiliki wajah cantik dengan struktur tulang pipi yang tinggi dan dagu lancip. Rambut lurusnya hitam legam dan diikat ekor kuda. Jenis kecantikan yang mampu membuat pria tak berkedip.

"Tega banget kamu, Mas. Aku kira kamu mau bantuin aku killing time. Ternyata di sini aku disuruh nonton kamu pacaran," gerutu Bayu. "Nggak perlu disindir gini aku juga ingat kalau aku jomlo."

"Tenang. Aku bawa cewek satu lagi kok," kata Rafka sembari mengedipkan mata pada Ana dan dibalas wanita itu dengan seulas senyum penuh makna.

"Zi, sini deh!" Rafka memanggil seseorang yang anehnya sedang mencoret-coret sebidang dinding kafe yang tak jauh dari meja mereka.

Orang itu berbalik dan Bayu kontan melongo lantaran heran. Gadis itu masih sangat muda. Bayu tebak mungkin berusia lima belas tahun. Rafka sudah gila atau bagaimana sih? Masa Bayu dicomblangin sama anak SMP?

"Mas, aku nggak sengenes itu kali. Masa kamu mau jodohin aku sama anak ingusan. Ini bukan cerita wattpad tentang anak SMP yang nikah sama om-om ganteng."

Rafka menoyor kepala Bayu. "Gini nih kalau otak kurang satu ons. Itu keponakanku, Zizi. Dia lagi ada project melukis mural di dinding kafe."

"Ya terus kenapa dikenalin ke aku?"

"Adab sopan santun, Bambang," sahut Rafka gemas. "Zi, sini salim sama teman Om. Namanya Om Bayu."

Gadis bernama Zizi itu menundukkan kepala, meraih tangan Bayu dan menyentuhkan punggung tangan itu ke dahinya dengan takzim. Zizi berwajah manis dengan dekik kecil di dagunya. Unik sekali. Jarang-jarang Bayu temui perempuan dengan dagu belah. Zizi pasti akan tumbuh menjadi gadis dewasa yang rupawan.

"Bu Ana, ayo bantuin aku. Mumpung live music-nya belum mulai," ujar Zizi sambil menarik tangan Ana. Setengah memaksa  wanita itu ke arah tembok yang menjadi project-nya.

"Aku beneran nggak ngerti. Ngapain kamu kencan sambil babysitting anak orang? Kenapa Zizi nggak pergi sama orangtuanya aja?" tanya Bayu seraya mengamati Ana dan Zizi mengaduk cat. Tampak Zizi memberi arahan pada Ana bagian mana yang harus dicat oleh calon istri Rafka.