Ratna melongokkan kepala ke dalam ruang bagian keuangan. Tadi Gian menyuruhnya datang kemari. Katanya ada kabar baik.
"Eh, Miss Ratna," sambut Mbak Asih, salah satu staf keuangan di Prime English. "Masuk, Miss."
Ada tiga orang yang mengurusi finansial lembaga kursus bahasa Inggris ini. Mbak Asih yang paling senior. Wanita empat puluh tahun itu dibantu dua orang personel: Raja dan Gayatri. Berbeda dengan Raja yang berstatus part-timer, Gayatri merupakan karyawan full time.
"Denger-denger ada kabar bagus nih, Mbak," seloroh Ratna setelah memasuki ruangan berukuran 10 x 5 meter itu.
"Lha iyo. Cair, Miss." Mbak Asih menanggapi dengan ceria. "Habis ini ada traktiran, dong."
"Alhamdulillah. Proyek yang mana, Mbak?"
"Yang di UPH."
"Cepat ya."
"UPH enak banget diajak kerja sama, Miss. DP langsung dibayar, pelunasan sisanya juga nggak ditunda-tunda."
Ini baru namanya kabar baik. Ratna teramat lega mengetahui kewajibannya mengajar di UPH, kampus Bayu, telah usai. Untunglah pelatihan TOEFL di sana hanya enam pertemuan dan selesai dalam kurun waktu dua minggu.
"Langsung sama Raja, Miss. Monggo." Mbak Asih mempersilakan.
"Hai, Ja." Langkah Ratna terayun ringan, menghampiri meja kerja Raja. Pemuda itu tersenyum ketika Ratna sudah duduk di depan mejanya. Raja membuka laci dan mengeluarkan sebuah amplop putih yang cukup tebal. "Cash?" tanya Ratna.
"Iya, Mbak."
Sekarang Raja menyodorkan amplop tersebut, beserta selembar bukti penerimaan yang harus ditandatangani. Ratna membubuhkan tanda tangan dengan bersemangat. Suasana hatinya seketika ceria mengingat dirinya tak perlu lagi meladeni polah tingkah Bayu setiap kali dia mengajar.
Seperti pada pertemuan terakhir minggu lalu, Bayu dengan mimik serius mengajukan pertanyaan yang amat sangat tidak penting. "Kenapa ya, Miss ... sepandai-pandainya orang berbahasa Inggris, kalau ditanya arti kata 'confused' pasti dia jawabnya bingung?"
Ratna mati-matian menahan diri dan menanggapi dengan tegas. "Be serious or I will ask you to quit my class."
Bayu pun mengangkat tangan dramatis, seolah-olah menyerah dan takut dengan ancaman Ratna. "I see, Miss," ujarnya.
Saat Ratna mengembuskan napas lega, Bayu justru menambahkan, "I see my future in your eyes." Dan meledaklah tawa dari seisi kelas.
Bayu selalu begitu. Tidak ada kapoknya bikin Ratna baper.
"Gimana rasanya ngajar di kampus Mas Bayu, Mbak?"
Ratna mengembalikan fokusnya pada Raja. Matanya menyipit ketika dirasa pertanyaan pria itu sedikit janggal. "Hah? Gimana apanya? Ya biasa aja. Kenapa sih? Kamu curiga aku ngapa-ngapain?"
Raja menggeleng dan tersenyum misterius. "Nggak. Mbak Ratna su'udzon."
Ratna menyimpan amplop ke dalam tas, lalu mengutak-atik ponsel. "Mbak Asih, udah aku pesenin kopi sama nugget pisang buat kalian bertiga. GoFood."
"Asyik. Miss Ratna emang terbaik," sahut Mbak Asih dari balik mejanya. Wanita itu bahkan menggeser kursi berodanya lu beradu tos dengan Gayatri.
Sudah menjadi kebiasaan Ratna untuk mentraktir staf administrasi jika ada honor sampingan di luar gaji pokoknya tiap bulan. Anggap saja berbagi rezeki. "Ya udah, aku pamit kalau gitu."
"Eh, Mbak, tunggu dulu." Raja menahan tangannya saat Ratna hendak bangkit. "Malam Minggu free nggak?" tanya pria itu. Tangkupan tangannya sudah diangkat dari punggung tangan Ratna.

KAMU SEDANG MEMBACA
Tiga Sisi
Roman d'amourCinta sejati bukan berarti dia yang datang pertama. Begitulah Bayu berdalih saat mendapati dirinya jatuh cinta pada Ratna, di saat sudah memiliki Ayu sebagai kekasih. Cinta pertama akan abadi selamanya, tetapi cinta pertama itu sering kali jatuh pa...