"Resign?"
Mata Gian membelalak tak percaya. Pemilik Prime English itu mengempaskan surat permohonan pengunduran diri yang Ratna berikan ke atas meja. Gian mendengkus, menahan marah.
Ratna menarik napas panjang. Sedari awal dia sudah menduga, Gian tidak akan menyambut baik keinginannya mundur dari Prime English. "Sesuai peraturan, saya memasukkan surat permohonan resign satu bulan sebelumnya."
"Itu surat resminya," sergah Gian sebal, "tapi sebelumnya seharusnya Miss Ratna ngomong dulu sama saya. Rasan-rasan kalau mau resign. Nggak bisa ujug-ujug minta resign bulan depan." (Rasan-rasan = mewacanakan)
"Ini keputusan mendadak, Mister."
"Alasannya?"
"Masalah pribadi, Mister. Saya ingin pulang ke Purworejo."
Ratna menjawab setenang mungkin. Meski diputuskan dalam waktu super singkat---dua hari---dia sudah menimbang semua sisi negatif dan positif keputusan ini. Negatifnya, Ratna akan jadi pengangguran. Positifnya, dia bisa hidup tenang di rumah orangtuanya di Purworejo---jauh dari Bayu dan Ayu.
"Ada hubungannya dengan Bayu? Kupikir kalian jadian setelah Bayu sakit tempo hari."
Wajar jika Gian menyimpulkan demikian. Nada cemas dan panik yang mewarnai suara Ratna saat menelepon sang atasan saat Bayu sakit, hanya bisa disebabkan oleh satu hal. Cinta. Dan mungkin saja, Bayu juga telah menceritakan kisah mereka kepada sang sepupu.
"Nggak, Mister," bantah Ratna sopan. Sungguh, dia merasa seperti seorang terdakwa yang sedang dipancing supaya mengakui tindak kejahatan oleh hakim.
Pandangan Gian tajam menyelidik, lalu dia berdecak keras. "Sejak awal aku sudah bilang sama Bayu, agar urusan ini nggak sampai bikin aku kehilangan kamu. I'm not going to lose one of my best staff."
Gian menyobek surat pengunduran diri Ratna, meremasnya hingga menjadi bola kertas, dan melemparkannya ke tempat sampah. Tindakan yang sontak membuat Ratna terperangah.
Gian mengenyakkan pungung pada sandaran kursi kerjanya. "Aku emoh nek ngene carane. (Aku nggak mau kalau begini caranya). Kita dapat proposal kerja sama untuk pelatihan TOEIC di SMK Perwira. Saya sudah masukkan Miss Ratna dalam tim yang akan mengajar di sana. Jadi saya anggap surat ini tidak pernah saya terima."
"Mister Gian melanggar hak saya untuk resign."
"Nek alasan resign-mu jelas, aku ora popo. Misalnya, mau pulang untuk merawat orangtua yang sakit, atau mau menikah dan ikut suami. Tapi kalau cuma mau kabur dari urusan cinta, itu nggak profesional namanya. Saya kecewa karena Miss Ratna bersikap seperti ini."
Ratna menundukkan wajah, menekuri jari-jarinya sendiri yang saling bertaut di pangkuan. Omelan Gian menohok tepat sasaran, membuat Ratna bungkam seribu bahasa.
"Asmara memang sering rumit, Miss, tapi kabur nggak akan menyelesaikan masalah. Face it! Kalau kamu dan Bayu saling mencintai, seharusnya kalian saling menguatkan, siap menghadapi segala risiko tindakan kalian. Terima kenyataan bahwa kita nggak bisa bikin semua orang senang dengan pilihan kita."
Kepala Ratna menunduk semakin dalam. Bicara memang mudah, tapi tahu apa Gian tentang rasa bersalah yang selalu membayangi hari-hari Ratna, yang siap menggerogoti setiap sel kebahagian dalam dirinya?
"Bukan bermaksud mengadu atau apalah, tapi aku pastikan Bayu tahu tentang ini." Gian memperingatkan.
Ratna menelan ludah. Itulah mengapa melarikan diri selalu jadi jalan keluar paling mudah. Sebab dengan melarikan diri, Ratna tidak perlu berkonfrontasi dengan Bayu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tiga Sisi
Roman d'amourCinta sejati bukan berarti dia yang datang pertama. Begitulah Bayu berdalih saat mendapati dirinya jatuh cinta pada Ratna, di saat sudah memiliki Ayu sebagai kekasih. Cinta pertama akan abadi selamanya, tetapi cinta pertama itu sering kali jatuh pa...