TUJUH BELAS

8.1K 1K 111
                                    

Ratna setengah tak percaya tatkala memandang gadis cantik di hadapannya. Sosok jelita yang bersitatap dengannya tidak mungkin pantulan dirinya.

"Ratna, kamu cantik banget," puji Melan.

"Iya ya. Manglingi," ucap Rengganis sepakat.

Bibir Ratna yang bersaput lipstik merah mengulas senyum. Dia tidak akan bersikap sok rendah diri dengan membantah pernyataan dua kawannya. Ratna setuju dirinya tampak menawan malam ini.

"Thanks, Zoy. Aku nggak pernah menduga bisa tampil kinclong kayak artis gini. Kamu yakin nggak mau jadi make-up artist aja, daripada jadi dokter gigi?"

Ya, semua riasan yang menempel di wajah Ratna berasal dari kotak ajaib Zoya. Zoya bagai menjadi ibu peri yang mengubah Upik Abu menjadi Putri Cinderella. Hanya saja sang Cinderella bukan hendak pergi ke pesta dansa, melainkan menjadi MC acara Semarak HUT RI yang bertempat di lapangan SD. 

Zoya terkekeh sambil menggeleng. "Nggak. Jadi dokter gigi itu cita-citaku sejak kecil."

"Wuidih, salut sama kamu, Zoy," timpal Putri. Gadis itu lalu sengaja memanfaatkan momen untuk memberi petuah. "Saranku, kurangin deh sifat manjamu. Jangan takut kotor, jangan takut panas. Kamu nggak akan serta-merta jadi jelek hanya karena rambut lepek atau muncul sebiji jerawat di pipimu."

Zoya tertunduk di tepi tempat tidur. "Sorry kalau aku sering ngerepotin kalian selama di sini," ucapnya tulus.

"Udah, nanti kita maaf-maafan pas malam terakhir." Nanda menengahi.  Dia menepuk-nepuk bahu Zoya, memberi semangat. "Lagian kita juga masih bisa ketemu di kampus, kan? KKN selesai, bukan berarti pertemanan kita ikutan kelar."

Kebersamaan mereka dalam kelompok KKN akan berakhir enam hari lagi. Bagi Ratna, masa KKN ini tentu meninggalkan kesan mendalam karena di sinilah dia pertama kali jatuh cinta sekaligus patah hati. But time will cure. Seiring berjalannya waktu, dia pasti bisa melupakan perasaannya pada Bayu yang bertepuk sebelah tangan. Saat mereka tidak lagi bertemu, Ratna yakin dirinya akan cepat move on.

"Ayo keluar. Udah ditungguin sama anak cowok," perintah Putri.

Keenam gadis itu kompak berdiri lalu meraih jas almamater masing-masing, kecuali Ratna. Khusus malam ini, dia mendapat dispensasi tidak memakai jas pengenal kampus itu. Menurut kawan-kawannya, jas almamater kampus akan 'merusak' penampilan paripurna Ratna di panggung nanti.

"Kalian lama banget, Ya Tuhan." Keluhan Bayu langsung menyambut begitu pintu kamar terbuka

Nanda yang pertama muncul dari kamar, tersenyum jail. "Tunggu sampai kamu lihat artis malam ini. Dijamin omelanmu bakal menguap di udara, saking terpesonanya."

"Artis siapa?" tanya Bayu tak paham dengan gurauan Nanda.

"Ini artisnya." Suara Putri terdengar dan Bayu sontak menoleh ke arah pintu kamar. Tampak Putri keluar sambil memegang bahu Ratna yang berdiri di sisinya.

Selama beberapa detik, Bayu tercengang. Di hadapannya berdiri sosok Ratna yang berbeda. Rambut bergelombang gadis itu ditata menjadi ikal-ikal yang menggantung indah di bagian bawah. Membingkai wajah berbentuk hati yang dipulas warna merah jambu di pipi. Bayu juga baru tahu kalau sebuah kaus putih sederhana yang dipasangkan dengan rok plisket panjang dan jaket kulit bisa memberi efek setara gaun rancangan desainer. Memukau.

"Kedip, Bro." Fattan dengan iseng menyikut tulang rusuknya, membuat Bayu meringis.

Bayu lalu maju selangkah, mengulurkan satu tangannya pada Ratna. "Semua artis butuh bodyguard, kan? Biar aku yang jadi bodyguard-mu malam ini."

Mata Ratna yang dinaungi bulu mata lentik hasil polesan maskara, membelalak. Sorakan gaduh berbunyi 'ciye-ciye' dari teman-temannya makin membuat wajahnya bersemu. Beruntung akal sehatnya masih berfungsi. Ratna mengingatkan dirinya sendiri tentang status Bayu dan memutuskan untuk tidak terbuai gombalan lelaki itu lagi.

Tiga Sisi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang