Lima hari terakhir Raja rutin mengunjungi posko KKN. Tidak secara khusus menemui Ratna, siapa pun yang sedang menganggur di posko akan diajaknya mengobrol. Remaja itu mudah akrab dengan siapa saja. Di antara kesepuluh mahasiswa KKN, hanya Ardi dan Bayu yang tidak begitu akrab dengannya. Ardi, karena pada dasarnya berpembawaan pendiam, sehingga tidak terlalu banyak terlibat percakapan dengan Raja. Sedangkan Bayu ...
"Sebenarnya kamu kenapa sih kok nggak suka sama Raja?" Fattan yang duduk sedang menemani Bayu duduk di lincak bambu, tak kuasa menahan rasa ingin tahunya. Dia sengaja menemani Bayu yang mendadak menyingkir dari teras begitu Raja datang.
"Dia suka sama Ratna," jawab Bayu ketus.
"Masa sih?"
Bayu melirik sebal ke arah Fattan. "Menurutmu kenapa dia setiap hari datang ke sini?"
Fattan menggaruk-garuk kepalanya. "Masa sih?" ucapnya, masih tak percaya dengan penilaian Bayu.
"Haisshhh, kamu masa sih-masa sih terus."
"Kamu cuma cemburu buta kali. Efek habis ditolak."
Ucapan Fattan sama sekali tidak menolong. Bayu justru bertambah kesal. Dia tidak butuh diingatkan bahwa ciuman mautnya tidak berguna untuk mendapatkan Ratna. "Sialan," umpat Bayu lalu pergi ke halaman belakang melalui samping rumah.
Fattan lagi-lagi menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Tatapannya mengikuti langkah Bayu lalu beralih ke arah teras, di mana Raja sedang duduk sambil memetik gitar, menemani Putri dan Ratna yang tengah menekuri laptop.
"Besok berangkat jam berapa, Mbak Put?" tanya Raja. Tangannya memetik senar gitar, mengalunkan melodi lagu milik RAN yang berjudul Dekat di Hati, meski tidak ada yang menyanyi.
"Jam delapan cabut dari sini. Terus ke kecamatan dulu. Acara penarikan KKN-nya di sana," terang Putri. "Kenapa, Ja? Kamu mau ngasih kenang-kenangan buat kita?"
Raja tertawa. "Kenang-kenangannya lagu. Mau nggak, Mbak? Aku nyanyi sampai lambeku (bibirku) ndower ya nggak papa, Mbak."
Putri ikut tertawa, tetapi Ratna hanya diam saja. Gadis itu serius mengetikkan sesuatu di laptop. Membuat Raja sedikit mengerutkan kening. Ratna biasanya yang paling ramah di antara kesepuluh mahasiswa KKN, tetapi hari ini Ratna terlalu pendiam.
"Mbak Ratna, serius banget. Ngerjain apa to, mbak?"
Ratna mengangkat wajah dari layar laptop. Hanya sebentar melihat Raja lalu menunduk kembali, jemarinya bergerak cepat di atas papan keyboard. Bunyi ketukan tombol keyboard yang ditekan menciptakan irama tersendiri.
"Aku lagi nyontek laporan KKN punya Melan. Lagi mikir ini, biar redaksinya nggak sama plek jiplek. Cuma laporanku yang belum beres."
"Lha, kok belum beres, ngopo (kenapa) Mbak?"
"Kebanyakan galau dia. Nanti di Jogja nggak ada lagi cowok manis yang nyanyiin lagu buat dia," jawab Putri, sengaja ingin menggoda.
Ratna memutar bola mata, tetapi Raja malah tersenyum lebar. "Mbak Putri pinter gawe aku ngawang. (Mbak Putri pintar membuatku tersanjung.) Yo wis, biar Mbak Ratna semangat nyonteknya, aku kasih lagu."
Ratna berdecak kecil. Mana ada orang mencontek malah diberi semangat. Seandainya pikirannya tidak sedang kusut karena masalah asmara, pasti sel-sel otaknya tidak akan kesulitan merangkai kalimat untuk redaksional laporan. Sayangnya, otak perempuan sering kali dikendalikan oleh hati. Kalau hati sedang gundah gulana, kata-kata yang terlintas di benak pun mendadak serba melankolis.
Raja mulai memetik gitar. Nada-nada lembut mulai mengalun. Sebuah lagu asing, yang belum pernah Ratna dengar. Pada bait-bait awal Raja bernyanyi dengan setengah menggumam, seolah lupa lirik atau memang belum ada liriknya? Ratna jadi bertanya-tanya. Saat memasuki bagian reff, barulah suara Raja jelas terdengar.

KAMU SEDANG MEMBACA
Tiga Sisi
RomanceCinta sejati bukan berarti dia yang datang pertama. Begitulah Bayu berdalih saat mendapati dirinya jatuh cinta pada Ratna, di saat sudah memiliki Ayu sebagai kekasih. Cinta pertama akan abadi selamanya, tetapi cinta pertama itu sering kali jatuh pa...