TIGA PULUH LIMA (B)

19K 1K 346
                                        

Bayu membelokkan mobil Toyota Yaris milik Gian ke pelataran parkir Kalyana Resort dan memarkirnya sesuai arahan petugas. "Sudah sampai, Om, Tante," ucapnya pada sepasang suami istri berusia senja yang duduk di bangku belakang.

Dia tadi mendapat tugas menjemput Om Danar dan istrinya dari Stasiun Tugu. Keduanya adalah saudara ayah Gian yang datang dari Surabaya. Bayu melirik jam tangan dengan tak sabar. Semoga saja dia tidak melewatkan kehadiran Ratna di pesta. Tahu begini akan dia tunjukkan foto Ratna pada Gita dan meminta adiknya itu untuk mengabari jika Ratna muncul. Bayu yakin kecerewetan Gita mampu menahan Ratna selama beberapa saat sampai akhirnya dia datang.

"Mari masuk, Om," ajaknya pada Danar dan istrinya.

Suasana pendopo masih ramai oleh para tamu. Bayu membimbing Danar dan istrinya menuju karpet merah yang mengarah ke pelaminan. Bayu menjulurkan leher, mencari sosok Ratna di antara para tamu, namun tak kunjung dia temui, hingga punggungnya ditepuk oleh seseorang.

"Mas, diminta pengantin pria untuk berfoto." Seorang laki-laki anggota tim WO menyampaikan pesan dari Gian. Bayu lalu merapikan jas dan mengekori sang petugas.

"Selamat, Bang," ucap Bayu sambil menjabat tangan Gian. "Kadoku kecil aja ya." Bayu mengeluarkan sebentuk kotak kecil yang dibungkus kertas kado warna biru dari saku jas.

"Apaan nih? Ringan banget," tanya Gian curiga.

"Durex. Aku beliin yang dotted. Katanya cewek suka yang jenis itu," jawab Bayu santai sambil mengerling jail pada Adisti yang sedang terperangah.

"Asem." Gian menoyor kepala Bayu. "Aku ora butuh."

Bayu terkekeh. Kondom ini tentu saja hanya prank iseng. Dia tidak mungkin tega memberi hadiah sereceh itu untuk kakak sepupu kesayangan.

"Cepet nyusul," kata Adisti saat Bayu menyalaminya.

"Amin. Omong-omong, calon istriku udah datang, Bang?"

"Ratna? Kepedean banget, diterima aja belum," cibir Gian.

Sial, Gian kalau menyindir suka bener. Bayu meringis saja. "Ayoklah foto," ujarnya seraya memposisikan diri di antara Gian dan Adisti. Kedua lengan Bayu terentang, merangkul pengantin baru. Senyum cerah terulas dan fotografer pun membidikkan kamera.

Bayu turun dari pelaminan dan mencoba mencari keberadaan Ratna, meneliti setiap tamu perempuan, hingga manik matanya menangkap sesosok wanita berambut bergelombang tengah bercakap-cakap dengan Gita. Puji Tuhan, adiknya itu ternyata berguna juga.

Langkah Bayu terayun cepat, hendak menyambangi sang gadis pujaan. Tetapi tiba-tiba bahunya ditangkap sepasang tangan dan tubuhnya diputar ke arah berbeda. Menuju panggung kecil tempat wedding singer menyanyi.

"Woi, mau ngapain nih?" protes Bayu pada Yudis, salah satu sepupunya, yang sedang menggiringnya ke arah panggung.

"Mas Gian bilang semua sepupu yang jomlo wajib nyumbang lagu," jawab Yudis.

"Aku nggak bisa nyanyi." Bayu mencoba bernegosiasi. Bahaya nih kalau dia sampai memperdengarkan suara emasnya.

"Bomat! Pokoknya nyanyi." Yudis terus memaksa.

Oh, baiklah. Bayu menyerah. Gian pasti akan menyesal membuat dekrit  Jomlo-Wajib-Nyanyi.

Bayu menghampiri wedding singer dan setelah membisikkan sesuatu pada sang penyanyi, pria itu meraih microphone. "Tes, tes." Bayu melakukan cek sound. "Lagu ini khusus untuk Mbak Adisti. Selamat menempuh hidup baru dan semoga betah sama Bang Gian. Bojo Galak."

Dari tempatnya berdiri Bayu melihat Ratna menoleh ke arah panggung. Tatapan mereka berserobok dan Ratna bergerak mendekat tepat di saat keyboardis memainkan musik intro lagu campursari yang dipopulerkan oleh Via Valen tersebut. Bayu berdehem dan membuka ponsel. Dia perlu mencontek sebab tidak hapal liriknya.

Tiga Sisi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang