***
"Woi cepat loncat sini!"
Umpatan itu membuat seorang gadis yang tengah berada di atas pagar sekolah menghembuskan nafas kasarnya, rasa deg-degan menetap di hatinya untuk sementara waktu pasalnya ini adalah kali pertama ia melakukan ini ― melanggar peraturan sekolah.
"Aduh Prill cepetan! Entar ketahuan sama guru"
"Eh kalau kita ketahuan itu artinya si Fero sama Julio enggak bener jaganya"
"Ah sekarang bukan waktunya salah-salahan. Udah cepetan turun sini Prill" seorang gadis berambut panjang melerai perdebatan kedua sahabatnya.
Dengan keberaniannya gadis yang tadi disebut Prilly itu meloncat melewati pagar yang menjadi benteng kokoh sekolah menengah atas itu.
Setelah semuanya berkumpul, masing-masing meraih tas samping mereka dan berjalan dengan langkah cepat meninggalkan area dekat sekolah. Mereka adalah tiga dari ratusan murid salah satu sekolah elit di ibu kota.
"Eh mendung nih, ke mana dong kita sekarang? Masa ya nonton? Enggak asyik ah" salah satu dari mereka yang bernama Nikita memberikan opininya.
Yah sekarang memang sedang musim hujan, jadi tak heran jika jam masih menunjukkan pukul 10 pagi namun matahari enggan menampakkan dirinya terlalu berlebihan lantaran para awan hitam itu lebih banyak untuk menutupi wujudnya.
"Ke café aja gimana? Gue tahu loh tempat mana yang bagus buat kita ngopi" senyum mengemban ketika Rebecca juga ikut menyuarakan suaranya, mungkin ada sesuatu dengan café yang dimaksudnya barusan.
"Jauh enggak tempatnya? Gue malas jalan nih" Nikita memasang wajah lesunya.
"Enggak terlalu kok, kita naik taksi aja"
"Ya udah yuk, kaki gue udah pegel nih gara-gara tadi manjat pagar"
Niki, sapaan Nikita menahan tawa menatap Prilly. "Makanya punya kaki tuh yang jenjang dong!"
Prilly tersenyum remeh. "Kayak punya lo jenjang aja? Paling lo ikut kontes model enggak lolos secara tinggi lo kan enggak sampai standar"
"Pasti gue lolos lah, secara gue kan cantik"
"Gue juga cantik"
"Emang siapa yang bilang lo jelek?"
"Eh__"
"Stop!" Rebecca maju dan berdiri di antara kedua sahabatnya dan menatap mereka frustrasi "Kalau berantem gini kapan jalannya?"
"Loh kok jalan? Katanya tadi naik taksi" gadis berambut sebahu itu heran dengan ucapan sahabatnya yang tak sesuai dengan semula
"Ya maksud gue itu kapan kita cabutnya?"
"Ya sekarang dong! Mau nunggu lebaran orang China? Ayo" Prilly mendorong Rebecca berjalan duluan lantas disusul olehnya dan Niki.
Beginilah sikap mereka, meski dijuluki para dewi di sekolah dan populer namun sikap jahil dan bertenkar masih tetap mewarnai persahabatan ketiganya, bukankah hal ini wajar? Ya, wajar. Karena semua anak muda pasti merasakan ini bersama semua teman maupun sahabat.
***
Kendaraan beroda 4 itu membawa mereka dan menghentikan lajunya di depan sebuah bangunan minimalist yang terlihat seperti ruko, atau mungkin memang itu adalah ruko dengan tulisan 'Kingston's Caffe' di atasnya"Ecca lo serius ini tempatnya? Gak salah nih?" Nikita menatap jengkel melalui kaca jendela taxi yang ditumpangi mereka, menurutnya ini bukanlah pilihan yang tepat
"Ya, lihat deh desain exteriornya aja serem gitu" kini si tubuh mungil juga ikut bersuara
Niki menepuk jidatnya "Ampun deh Prill! Emang lo kira itu setan? Itu tuh metal bukan setan, jadi enggak ada serem-sereman"
KAMU SEDANG MEMBACA
SURGA DINI [Selesai]
FanfictionKetika surga itu datang lebih awal karena pilihan mereka sendiri. #AliPrilly