Setelah kejadian Chiko menggaplak kepala Fernando raja gombal kelas Keperawatan angkatan 2019, Bu Yuni masuk dengan membawa badan saja
"Selamat pagi semuanya, Saya tunggu di ruang Lab. Kritis dan jangan lupa jas Lab di pakai"
Kemudian ibunya keluar dan Axel bisa dengar suara teman kelasnya yang berteriak seperti orang utan.
"Mampuss!! Gue lupa bawa jas Lab" teriakan salah satu anggota kelas yang kerap di panggil Didit itu menggema di seluruh kelas
"Mampus lo! Gak dapet nilai lo!" Kata Nando mengompori
"Pinjam aja anak S1, mereka juga lagi ujian" kata Diandra
"Jas lab mereka beda warna sama kita" ingat Axel
"Terus gimana dong? AXELLLL!! gue pinjem punya lo yaa, pliss.... lo kan sebelum gue"
"Gak mau! Nanti kalau masuknya per orang, terus endingnya di suruh duduk barengan kan ketahuan siapa yang gak pakai jas Lab" Axel menolak Ada-ada saja memang Didit ini
"Ayolahh Xell,,, plissss" katanya meohon dan ini kelemahan Axel. Paling tidak tega jika harus di hadapkan dengan kata-kata permohonan. Ia hanya bisa kendengus kesal mendengarnya terus merengek memohon untuk meminjamkan jas Lab. Belum lagi suara Yanuar yang terus mengata-ngatai bu Yuni karena semaunya sendiri
"Sumpah ya itu dosen nyebelin banget, dateng-dateng tinggal nyuruh pake jas Lab, seenaknya aja itu Dos--" Yanuar nyerocos
"Berisik Yan, udah sana keluar" kata Axel yang sudah kesal dengan umpatan tertahan
"Lo yang kunci apa gue?" Chiko tanya
"Aku aja Ko, kamu duluan aja"
"Barengan aja" Chiko keukeuh
"Gak usah, kamu duluan aja aku masih mau ke tolitet sebentar. Oh iya jangan lupa kasih tau temen-temen pastikan gak bawa contekan"
"Oke. Gue duluan. Lo baik-baik"
"Chiko aku cuma mau ke Lt.4, udah kaya mau kemana aja sampai di bilang baik-baik"
"Kali aja lo kesandung terus nyosop, kan ga lucu kalo bibir lo bengkak"
"Kok ngeselin? Udah sana Ko" dan setelahnya Chiko pergi dan Axel mengunci kelas sambil tetap menghafal tulang dan otot.
Sepanjang koridor lantai 2 aku dengar desas desus kaka tingkat yang lagi kena semester pendek dan itu buat Axel ngeri sendiri. Kalau semester pendek itu harus bayar dan ngulang lagi semesternya. Kan repot...
"Strenokelidoo--" matanya terpejam sambil terus mengulang satu otot di bagian leher yang sangat sulit
"Sternokleido, bukan strenokelido" ralat pria di sebelah kanan. Axel cuma bisa diam aja liat dia
"Ayo masuk lift, ke lt. 4 kan?" Tanyanya lagi
"Iyaa kak"
"Oke barengan" Axel hanya mengangguk sebagai jawaban atas pertanyaan dia dan selanjutnya Axel menghafal lagi bagian bagian tubuh
"Ini Trapezius, ini Deltoideus, dan ini Strenokelidomas--"
"Sternokleidomastoideus Axella" ralatnya lagi
"Ohh hehe, susah kak"
"First cheklist?" Axel hanya mengangguk sebagai jawaban lalu kembali menatap kertas fotocopy
"Jangan terlalu dipaksa, nanti malah lupa waktu ngomong depan dosen" katanya. Axel cuma manggut-manggut aja dan tanpa aba-aba dia merebut kertas foto copyan ku
"Di masih tau itu yang ngehargain dikit" katanya.
"Kenapa pagi ini aku harus bertemu dengan si kakak ini lagi? Kenapa hari-hariku selalu rusak jika bertemu dengan mahasiswa Fakultas Kedokteran ini? Siapa lagi kalau bukan si Abraham Russel ini. Memang suka bikin ribut!" Gerutunya dalam hati
"Kak! Udalah gak usah ngerusak mood Axell kenapa sih?! Setiap kali ketemu kakak bawaannya marah mulu, heran" ketus Axel sambil kembali merebut kertasnya
"Lo pms kali makanya marah-marah mulu" katanya sambil keluar dari lift
Axel memukulnya dengan kertas fotocopyan yang di gulung dan dia hanya terkekeh
"Semangat!" Katanyaa.
Setelahnya, cheklist berlangsung dengan Axel di urutan nomor 6 dan soal jas lab tadi, Axel terpaksa meminjamkan jas labnya pada Didit.
"Guys, kita disuruh masuk ya semuanya" suara Chiko menginterupsi dan kami semua berjalan menuju lab Kristis.
"Dit, jas lab mana?!" Minta Axel padanya tak bisa santai
"Udah entaran aja di kelas" ucapnya santai
"Gak bisa! Mana sini" Dia hanya mengendikan bahu. Sungguh meyebalkan Didit ini
"Dasar, pentol korek!"
Setelah semuanya berkumpul di ruang lab dan duduk sesuai bangku yang sudah di sediakan, bu Yuni membuka suara
"Saya akan bacakan nilainya dan nomor urut berapa saja yang mengulang" katanya
Semua diam dan memperhatikan
"Nomor urut 1, 55; 2, 70; 3, 66; 4, 32; 5, 80; 6, 100--"
"Wwuuuuhhhh!! Sempurna nilainya guyss. Lo emang calon pacar gue yang paling idaman Fraa" ucap Fernando pada Axel. Axelpun sempat kaget mendapat nilai 100, padahal is menangis semalaman karena tidak hafal di otak.
"Huuuuuuuuuuu" sorak teman-teman yang lain
"Sa ae lu bungkus kuaci" itu suara Yanuar
"Semuanya tenangg!! Nando jangan buat keributan! Saya belum selesai berbicara" kata bu Yuni memarahi Nando
"Selanjutnya 7, 50; 8, 25; 9, 80; 10, 45---"
Dan deterusnya masih banyak lagi. Setelah beberapa menit membacakan hasil nilai cheklist dan siapa saja yang harus mengulang bu Yuni menatap mahasiswanya satu per satu dan berkata
"Fraxella Nathalia, kemana jas lab mu?" Sudah Axel duga akan seperti ini
"Maaf bu, jas lab saya di pakai Didit" ungkap Axel
"Gak buu! Ini jas lab sayaa!!" Katanya dan Axel langsung menatapnya dengan kejam, bisa-bisanya dia mengakui jas lab yang di pakainya
"Yang benar, kemana jas lab kamu?" Tanya bu Yuni
"Dipakai Didit Buu" ucap Axel meyakinkan
"Yang dipakai Didit itu jas labnya Fraxella bu, tadi Didit pinjam soalnya dia gak bawa jas Lab. Tapi sekarang malah ngaku-ngaku punya dia" jelas Diandra
"Gak bu! Bohong bu" Didit mengelak
"Axell sudah jujur bu, terserah mau percaya atau tidak. Tapi itu punya Axell"
"Sudah-sudah, Fraxella dan Didit ikut keruangan saya!" Ketusnya
Ini memang gara-gara Didit. Memang! Memang gila itu anak! Lihat saja sampai kena hukuman yang aneh-aneh..
💉💉💉💉💉
Kasihan ya si Axel, udah nolongin eh malah di hukum :(((
Kalian kalau jadi Axel gimana?Jangan lupa tinggalkan Vote dan Komen gaiss💜
KAMU SEDANG MEMBACA
Axelabram💉 [End]
Teen Fiction#1 keperawatan 30 Mei #1kedokteran 18 Juni #1 kristen 20 Juli #1 dokter 18 September "Pekerjaan lo ini gak disukai sama banyak orang Xel, siapa sih yang mau bantuin bersihin Bab orang? Siapa yang mau secara sukarela mandiin pasien, gantiin baju pas...