28 - Cita cita Dan panggilan

257 14 0
                                    

Seseorang memberikan sebotol chocolate ice yang baru saja di belinya di kantin rumah sakit

"Thanks kak" katanya dan sang empu Hanya mengangguk

"Gimana Hari ini? Lelah?"

"Yaa, sedikit lelah dan menyenangkan" katanya kemudian menenggak ice chocolate kesukaannya

"Semangattt, masih ada 29 Hari lagi. Pergunakan sebaik mungkin"

"Pasti dong. Oh iya, Axel boleh Tanya sesuatu?"

"Asal jangan susah jawabannya"

"Kakak kenapa mau jadi dokter?"

Deg!

Tidak di sangka bahwa ia di suguhkan pertanyaan yang membuat lidahnya kelu, matanya kesana kemarin mencoba mengalihkan pembicaraan

"Susah ya kak jawabannya?"

Sang empu tersenyum tipis, sangat tipis Hampir Tak terlihat. Kemudian, ia kembali bertanya

"Lo sendiri kenapa mau jadi perawat?*

Axel tersenyum Dan menarik nafasnya perlahan Lalu menghembuskan ya

"Cita-cita sekaligus panggilan hati kak" katanya disertai senyuman manis yang memperlihatkan lesung pipinya

"Lo Tau darimana kalo panggilan hati?" Lelaki ituu kembali merespon

"Axel nglewatin Masa dan proses yang jarang atau bahkan ngga di lewatin oleh orang lain" katanya sambil menatap jauh kedepan

"Jadi?"

Sebelum bercerita ia melirik ke arlojinya sebentar untuk memastikan jam istirahatnya masih lama

"Awal mulanya adalah ketika guru akuntansi di sekolahku cerita tentang pembangunan gedung baru untuk jurusan baru yaitu hospitality. Hari itu aku gak tau kenapa tiba-tiba nangis, padahal waktu sekolah aku selalu duduk di depan dan posisi guruku berdiri di samping aku"

Si pendengar masih menyimak

"Aku izin ke toilet dan nangis dalem toilet sambil ngomong ke diri aku sendiri sebenernya 3 tahun terakhir ini aku ngapain? Aku gak mau disitu, Dan aku gak suka belajar akuntansi"

"Jadi kamu IPS?"

Axel menggeleng "Aku lulusan SMK jurusan Akuntansi kak, jauh banget Kan dari perawat? Tapi ya gitu Deh. Aku dapat 3 beasiswa jalur undangan, dengan catatan melanjutkan sekolah keuangan. Mama sempat kaget sekaligus bangga, karena mengingat kegiatanku dulu begitu padat sampai kadang ninggalin sekolah. Salah Satu univ yang ngundang aku adalah univ bergengsi di Surabaya Dan banyak orang bilang 'kalo bukan anak konglomerat, susah masuk situ' tapi Hari itu dengan mudah ya mereka yang mengundangku untuk lanjut pendidikan disana"

Sang empu masih menyimak, Axel membuka botolnya Dan menenggak si coklat sebelum melanjutkan cerita.

"Setelah beberapa Kali diskusi sama keluargaku, akhirnya mereka setuju aku lanjut disitu. Hari berikutnya semua persyaratan serta ukur almamater sudah di lakukan, tapi..."

Axel menggantungkan ceritanya,

"Tapi?"

"Setelah selesai ukur almamater, di jalan pulang Axel nangis. Ada satu Rasa nggak nyaman di hati, bawaannya pengen nangis aja kalo inget. waktu ituu Axel pikir mau dateng tamu bulanan, jadinya moody banget. Terus papa tanya kenapa nangis, ku jawab nggapapa terharu aja udah mau jadi maba habis ini"

Axel melirik sekilas arloji di tangan lawan bicaranya, ia masihh memiliki waktu 43 Menit rupanya sebelum kembali bertugas

"Aku sadarnya kalo ini bukan karena moody, tapi karena hati aku gak nyaman disana. Mama ketuk pintu kamar aku pas aku lagi berdoa, Hari ituu aku gak tau mau lari ke siapa selain curhat sambil nangis ke Tuhan. Aku bilang sama Tuhan, Tuhan kalo memang bukan di akuntansi tolong kasih arah, ini Axel harus kemana"

Axelabram💉 [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang