20 - Bram ketahuan Anna

293 19 1
                                    

Setelah merayakan pesta sederhananya, Bram kembali bekerja dan semua staf medis pun kembali ke bagiannya masing-masing.

Termasuk Axel yang saat ini sedang berkutat dengan ampul dan spuit. Ia meletakkan spuit yang ia pegang lalu berbalik menuju tempat Nadia kala terlintas sesuatu penting dalam otaknya

"Mbak Nad.." sapa Axel

"Ya? Gimana Xel?"

"Tadi yang pasien minta di pindah ke VVIP gimana?"

"Oh yaampun, untung Lo ingetin... Udah gue urus kepindahannya, tadi bapaknya kemari buat tanda tangan pemindahan kamar. Sekarang jadwalnya dia minum obat, tolong Lo anterin obat-obat yang udh gue siapin di Deket tempat ampul ya" pintanya

"Okey mbak, oh iya masuk kamar VVIP kan pake id card kan ya?"

"Iya, nih punya Lo baru jadi hari ini juga id card nyaa. Nanti kasih suntikan antibiotik ke infusnya ya"

"Okey siap mbak"

"Sip, makasih ya Xel"

"Iya sama-sama" jawab Axel sambil lalu mengambil beberapa obat yang sudah di siapkan seniornya.

Ia berjalan ke tempat ampul yang tadi ia lihat, disana sudah ada bengkok yang berisi spuit 3cc dan vial 1 buah.
Axel mengambil kemudian datang lagi ke Nadia

"Ini kan mbak? Sama suntik antibiotik di infusnya" katanya memastikan

"Sip, bener yang itu. Id card jangan lupa di bawa"

Axel mengangguk dan pergi ke kamar VVIP rumah sakit yang terletak di lt. 6 berada lift yang mengantarnya. Ia berjalan ke lorong dan bertemu perawat juga disana, ia meletakkan id card di tempat scan lalu pintu terbuka. Ia masuk dan mencari kamar VVIP no. 7

Setelah melihat kamar nomor 7, ia mengetuk pintu dan mengatakan "permisi" pada orang di dalam. Sang pemilik ruangan menoleh dan mempersilahkan masuk, disana ada pria paruh baya yang sedang membenarkan posisi dasinya

"Saya perawat Axel, sekarang waktunya Evo minum obat" katanya sambil tersenyum

"Iya silahkan suster",

Setelah membantu pasien VVIP minum obat, Axel kembali ke nurse station dan mulai merapikan barang-barangnya, tak terasa bahwa ia suah bekerja 8 jam dan sekarang waktunya dia untuk pulang. Ritual biasa yang ia lakukan sebelum pulang adalah mencuci muka dan mengecek persediaan obat yang habis. Setelah melaporkan pada Nadia dan membuat laporan harian tentang hari ini apa saja yang ia kerjakan, ia bergegas memasukan semua buku dan barang-barang yang ia bawa kedalam Tote bag army kesayangannya.

Mentari sudah mulai masuk ke belahan bumi, tandanya sudah sore. Bram berjalan dengan gontai ke parkiran motornya dan pergi dari halaman rumah sakit. Ia meninggalkan parkiran dengan Axel yang kebetulan sedang lewat jadi bertanya-tanya

"Tumben diem? Aku salah apa ya sama dia?" Gumam Axel

Dasarnya wanita, selalu bertanya pada diri sendiri ketika orang lain mulai berubah sikap padanya.

Bram menaiki motornya dengan kecepatan sedang, lalu berhenti di ujung gang sempit lalu berjalan menyusuri tempat kumuh itu. Disana sudah terlihat dua pria yang menunggu

Bram mengeluarkan amplop coklat lalu menyerahkan pada dua manusia itu

"Kok cuma segini? Bunganya?"

"Kan udah gue bayar dari yang lalu-lalu"

Dua manusia itu tersenyum picik "aturannya tetep sama, Lo telat bayar kena denda"

"Gue gak telat bayar hari ini"

"Bulan lalu Lo telat bayar anjing!!" Sentaknya

"Selama ini gue udah berusaha bayar setiap bulan" Bram tetap bersikeras

Axelabram💉 [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang