Pukul 9pm di sebuah kafe.
Alsa baru saja menghabsikan satu piring nasi goreng dan semangkuk mie rebus lengkap dengan telur dan kornet berserta potongan sayur cisim hijau. Entahlah malam itu rasanya ia sangat lapar sekali. Amenaah daritadi hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. Gadis bule itu tak menyangka bahwa Alsa bisa menghabiskan makanan sebanyak itu. Alsa hanya tersenyum malu dihadapan Amenaah, Nata, Nida, dan Dira setelah semua makanannya habis.
Ya. Malam itu setelah Alsa pulang dari Semarang, ia langsung menghadiri acara pertemuan dengan Amenaah. Cuma ngobrol-ngobrol singkat sambil bermain uno.
drrt drrt....
Handphone Nata berdering. Pria itu segera mengangkat telpon yang masuk.
"Di kafe nih, tempat biasa..." ucap Nata sambil tetap fokus melihat permainan balok uno dihadapannya
Kali ini Alsa mendapat giliran untuk memilih balok uno miliknya. Susunan persegi panjang itu mulai banyak yang kosong sehingga Alsa kebingungan memilih balok unonya. Nata masih sibuk dengan telponnya tapi pria itu memberikan pandangan tengil kepada Alsa. Nida, Dira, dan Amenaah mulai mengolok-olok Alsa yang hampir pasrah dengan permainan ini.
Brakkk!!!
Balok uno terjatuh. Memberikan suara bising seisi kafe itu. Nata, Dira, Nida, dan Amenaah tertawa puas. Ya, seperti itulah mereka apabila temannya kalah bermain uno. Alsa memajukan bibirnya kedepan beberapa senti. Gadis itu cemberut dan sedikit sebal karena teman-temannya menertawainya.
"Guys, it's already 10pm, my host family ask me to come home now"
"Yahhhh" serentak Alsa, Nata, Nida, dan Dira
Nata hanya menganggukkan kepalanya.
"Okay, Dira will pick you up to your host family" Nata menyuruh Dira mengantar Amenaah kembali ke host family nya.
Dira hanya mengiyakan permintaan Nata dan segera bergegas menuju parkiran bersama Amenaah dan Nida.
"Lu disini aja Al, ada yang mau gue obrolin"
Saat itu, Alsa yang baru saja melangkah kembali lagi ke kursinya dengan berbagai pikiran berkecamuk di kepalanya. Mau apa lagi dia? Jangan bilang mau ngomongi soal kerjaan di organisasi...
Duh, Tuhan, bisa gak sih sehari tanpa bahas kerjaan...
Alsa hanya menaikkan satu alisnya tanpa bersuara sedikitpun. Gadis itu bersandar di kursinya. Sedangkan, Nata mulai membuka laptop hitam miliknya.
Sekitar lima menit kemudian, dari arah pintu masuk, seorang pria berkacamata masuk ke dalam kafe dan ia tersenyum kepada Alsa yang sedari awal menangkap keberadaannnya.
"Ada Elvan...." Alsa membangunkan Nata yang fokus dengan laptopnya. Pria itu menoleh ke belakangnya dan melambaikan tangan kepada Elvan.
Elvan mengambil kursi disebelah Alsa dan mendudukinya. Alsa bingung kenapa ia harus ada diantara Nata dan Elvan malam ini
"Alsa, gimana kabarnyaa?" tanya Elvan ceria.
"Baik" jawab Alsa singkat.
"Gimana Nat?" Elvan beralih memandang Nata yang masih fokus dengan laptopnya.
"Besok ya Van"
"Nih anaknya yang katanya mau ikut. Besok kita mau ke Pika River, sekalian ngajak Amenaah jalan-jalan" jelas Nata.
"Loh kan besok Minggu. Emang jam kantor?" tanya Alsa.
"Udah tenang aja, aku udah kenal sama pemiliknya jadi bebas bisa kapan aja" sahut Elvan.
KAMU SEDANG MEMBACA
WALLFLOWER
Romance"a person who, because of shyness, unpopularity, or lack of a partner, remains at the side at a party or dance. any person, organization, etc., that remains on or has been forced to the sidelines of any activity: The firm was a wallflower in this ye...