Pukul 07.00 pagi Alsa baru terbagun dari tidur yang singkat. Rasanya malam cepat sekali berlalu, matanya masih merengek meminta tuannya tertidur kembali tapi apalah daya, kegiatan harus diikuti hingga malam nanti. Setiap ada conference ya memang begini, kurang tidur dan lelah selalu menjadi teman. Kedua roommate-nya sudah pergi sejak tadi, mungkin mereka sudah duduk manis di ballroom hotel ini. Alsa terduduk di tempat tidurnya lalu menangkap handphone putih di atas meja. Layar pada benda itu memberitahu bahwa ada tiga panggilan tak terjawab tadi pagi pada pukul 3.30 pagi. Dia dengan cepat mengetikkan sesuatu untuk orang yang menelponnya tadi pagi.
"Ada apa?"
Lama...
Tidak ada balasan. Gadis itu bermasa bodoh dan langsung bersiap-siap menuju restauran hotel untuk sarapan.
Setibanya di restauran, antrian sudah tidak terlalu ramai karena yang tersisa hanyalah manusia-manusia lemah yang bangun kesiangan. Alsa menikmati sarapannnya sendirian di sebuah meja bundar dekat kolam renang. Ia menyeruput sedikit air berwarna kuning dingin yang ia kira adalah jus jeruk. Seketika itu juga ia kaget dengan rasa minuman yang barusan diminum, rasanya ingin ia lepehkan tapi... it's not a good attitude. Ia terpaksa menelannya. "Ini air apa sih??" dirinya mengomel sendiri di hadapan gelas mungil yang ia pegang.
Gadis itu hanya menghela nafas setelah ia menoleh ke arah meja prasmanan. Ia sama sekali tidak membaca tulisan pada kertas di samping galon air. Ternyata air yang ia minum barusan adalah jus jamu. Pantas saja rasanya aneh.
Selang beberapa menit kemudian, handphone nya kembali bersuara. Notifikasi masuk dari Elvan,
"Baru bangun"
"Sini makan, dekat kolam renang"
Tidak sampai lima menit, pria dengan wajah kusut disertai lingkar hitam dipinggir mata datang kemudian duduk persis di hadapan Alsa
"Kenapa semalem telepon?"
"Kamar aku dikunci, teman-teman sudah tidur duluan" Pria itu langsung mencomot sandwich di hadapannya
"Terus apa urusannya denganku?"
"Kamu kan temanku"
"Kenapa gak sama Nata aja?"
"Aku tidak tahu Nata di mana"
"Terus tidur di mana semalam?"
"Aku di lobby sampai pagi"
Astaga!
"Sendirian?"
"Tidak, aku tidak pernah sendirian" matanya melirik Alsa, tatapan itu seperti menyindir gadis dihadapannya
"Ya sudah ambil sarapan dulu sana. Terus mandi, biar tidak jelek"
"Aku kelihatan jelek ya?" Elvang langsung berkaca di layar handphonennya. Alsa menganggukkan kepala sambil tertawa
"Temanin aku sarapan ya"
S
eharian ini, Alsa tidak lagi bertemu dengan teman-temannya setelah tadi pagi ia bertemu dengan Elvan di restauran. Ia tidak punya pikiran aneh-aneh, entah temannya ingin bolos atau bahkan sudah pulang ke rumah mereka masing-masing. Tapi, kalau boleh jujur. Hari ini sangat melelahkan dan membosankan. Ia ingin meneguk kopi supaya rasa kantuknya pergi.
Akhirnya ia pergi meninggalkan ballroom yang masih ramai diisi oleh peserta conference. Kulitnya kering berada di dalam ruangan ber-AC selama berjam-jam. Ia putuskan untuk membasuh wajahnya di toilet karena kamarnya terlalu jauh. Setelah membasuh wajahnya, ia kembali berjalan menyusuri lorong-lorong hotel di lantai empat. Kakinya melangkah pelan ketika hampir sampai di depan pintu kamar nomor 403.
KAMU SEDANG MEMBACA
WALLFLOWER
Romansa"a person who, because of shyness, unpopularity, or lack of a partner, remains at the side at a party or dance. any person, organization, etc., that remains on or has been forced to the sidelines of any activity: The firm was a wallflower in this ye...