Hari itu, untuk pertama kalinya Alsa menghabiskan waktunya seharian bersama manusia lain. Biasanya ia hanya akan meladeni orang lain jika ada kepentingan khusus seperti kelompok belajar atau kepentingan organisasi. Tapi, hari itu ia tertawa walalupun tidak sering. Alsa juga manusia ternyata! Dia juga bisa tertawa keras ketika dia merasa ada hal yang lucu.
Setelah berenang hingga kulit wajah menjadi kemerah-merahan, Alsa dan Elvan memutuskan untuk makan di sebuah warung indomie yang sangat terkenal di semua kalangan mahasiswa. Orang-orang disini menyebutnya, warung burjo, tapi tidak ada menu bubur kacang ijo. Setelah memesan makanan, mereka pun duduk di deretan bangku terdepan, bagian outdoor.
"Aku itu udah lama banget gak ketemu Wawan, udah setahun mungkin. Padahal dulu 24/7.."
"Kenapa bisa gitu?" Alsa menoleh Elvan
"Sama-sama sibuk. Setiap aku ajak ketemuan, ada aja alasannya, tugas lah, laporan, praktikum" ledek Elvan
"Lagian... ada praktikum segala"
Alsa memasang raut wajah sebal,"eh, capek tau. Pergi pagi pulang malem. Emangnya kalian tiap hari nganggur..." Alsa menjulurkan lidahnya membalas ledekkan Elvan.
Sedetik kemudian pesanan makanan mereka datang, menghentikan perdebatan antara dua manusia random itu. "Itadakimasuuu!!" Ucap Alsa dengan semangat.
"Dasar wibu!" balas Elvan ketus. Alsa tidak mempedulikannya.
"Kamu tahu asal usul burjo...?" Elvan mengaduk-aduk mie yang ada dihadapannya
Alsa menggeleng dengan mulut yang sudah penuh dengan makanan.
"Burjo itu dari Jawa Barat. Dari daerah Kuningan. Makanya setiap ke burjo pasti manggilnya aa" jelas Elvan sebelum menikmati makanannya.
"Yaampun aku baru tahu setelah hampir tiga tahun tinggal disini" Alsa mengernyitkan dahinya baru menyadari penjelasan Elvan barusan.
"Nanti malem masih mau ketemu Wawan gak? Masih kangen mungkin?"tanya Alsa
Elvan menghela berat, menatap Alsa
"Pengen sih tapi nanti malam aku harus ke Jakarta"
"Jam berapa berangkat?"
"Jam 11 malem"
Alsa tak merespon apapun. Wajahnya juga terlihat datar.
"Nonton aja yuk.." ajak Elvan.
"Tapi kan kamu mau pergi"
"Kenapa emangnya?"
"Nanti capek..." Ucap Alsa datar sambil kembali menikmati makanannya.
"Cie.... Perhatian.." goda Elvan. Alsa seketika kaget mendengarnya.
"Hah, kaya gitu perhatian? Itukan memang fakta yang bisa aja terjadi.."
Elvan hanya menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal. Mungkin pria itu sedikit frustasi menghadapi gadis batu disampingnya ini.
"Gapapa. Yang penting bisa main sama kalian" sambung Elvan santai.
"Terus pulang ke sini lagi kapan?"
"Besok malam".
Alsa menggeleng-gelengkan kepalanya,
"Jangan deh, mending istirahat aja. Kamu pasti capek, minta istirahat" saran Alsa.
"Nah itu bisa perhatian..." Elvan kembali menggoda Alsa.
"Apaan sih, emang bener kok, nanti jadi sakit terus gak bisa main-main lagi deh"
"Bedain ya, antara kasih perhatian sama kasih saran..." jelas Alsa.
Beberapa saat kemudian, keheningan terjadi di antara mereka.
"Pulang aja yuk, biar kamu bisa istirahat dulu" saran Alsa yang membuat Elvan menolehnya terheran-heran
Elvan tersenyum kecil,"Perlahan ya Alsa"
"Ha? Apanya?" Alsa kebingungan tak mengerti.
"Yaudah yuk, pulang"
"Yuk"
Mereka berdua beranjak dari tempat duduk, segera menuju parkiran motor. Selama perjalanan tidak ada obrolan diantara mereka. Suasana kaku sedikit terasa sehingga tanpa terasa motor telah sampai di depan gerbang hitam. Alsa turun dari motor dan mengembalikan helm yang ia pakai barusan. Gadis itu tersenyum hangat kepada orang didepannya.
"Nanti kapan-kapan main lagi yaa" ajak Elvan.
Alsa hanya mengangguk.
Dua manusia itu saling tersenyum,"Aku masuk ya.."
"Hati-hati nanti malam" Alsa melambaikan tangannya, begitu juga Elvan. Gadis dengan rambut sebahu itu berjalan ke balik gerbang hitam.
Dari balik gerbang hitam itu, Alsa tersenyum sendiri mengingat hari ini yang begitu aneh. Baginya, berbincang dengan manusia untuk urusan pribadi adalah suatu hal yang langka. Dia senang hari ini. Senang karena akhirnya mendengar cerita lagi. Senang karena ada yang tidak takut dengannya dan berani bercerita. Kapan lagi ya?
Ah, Alsa.....Alsa....
Langit juga ikut bahagia rasanya, dia cerah tidak mendung seperti biasanya
Kamu tidak benar-benar sama dengan Fay, jeals-jelas berbeda....

KAMU SEDANG MEMBACA
WALLFLOWER
Romance"a person who, because of shyness, unpopularity, or lack of a partner, remains at the side at a party or dance. any person, organization, etc., that remains on or has been forced to the sidelines of any activity: The firm was a wallflower in this ye...