40. Angan melayang

5 1 0
                                    

Kau tahu, kalimat yang melekat di dalam ingatan? Tentang hidup yang terus berlanjut. Beberapa hal tidak dapat dipaksa untuk diterima, termasuk hal-hal yang menyenangkan sekalipun. Dan...

Dan kau akan selalu menjadi manusia yang hidup di dalam pikiran-pikiranmu yang selalu menolak untuk bahagia karena tidak ada bahagia yang sesungguhnya di dunia ini jika tidak diciptakan oleh diri kita sendiri.

Suara mesin pesawat berdengung di telinga membuat pendengarannya sedikit terganggu. Matanya begitu sayu dengan pinggiran berwarna hitam. Pikirannya melayang kesana-kemari, bahkan sepertinya masih tertinggal di Sapporo dan di bawa oleh Elvan masuk ke dalam dunianya. Dunia yang sangat jauh berbeda. Dunia yang rasanya tidak akan bisa ia masuki seutuhnya.

I left part of my heart in Otaru....

I left part of my heart in Otaru....

Aku pasrah....

Pada semesta yang memberikan pilihan, pada alam yang mengajak bermain, pada masa depan yang buram, pada masa lalu yang gelap, dan pada masa kini yang membingungkan.

Waktu...

Tolong jawab! Semua hal yang tidak bisa aku jawab oleh diriku sendiri. Semua pertanyaan yang tidak bisa aku temukan jawabannya, bahkan di google sekalipun.

Kalau saja hidup bisa sesantai Elvan meninggalkan kelas kuliahnya berkali-kali, kalau saja hidup bisa selalu membawa tawa untuk orang lain seperti Elvan yang selalu membuat orang lain tertawa, kalau saja hidup bisa seperti Elvan yang menjadi pusat perhatian, kapanpun dan dimanapun, kalaupun..kalaupun..ah terlalu banyak perandaian yang dia inginkan di dunia ini. Apalah dia, manusia yang selalu bersembunyi tapi ingin di dengar. Manusia yang menutup diri tapi ingin di lihat. Manusia yang aneh.

Semoga saja, ini bukan kesempatan yang dia lewatkan. Semoga tidak benar bahwa Elvan benar-benar mencintainya. Dan, semoga saja tidak salah dalam berprasangka. Semoga dia baik-baik saja dalam menentukan pilihan.

Awan-awan putih berbaris di bawah sana. Langitnya begitu cerah hingga semua pandangan hanya terlihat warna biru. Bibirnya membentuk lekungan yang indah. Dia berharap perasaannya tidak salah. Di atas awan, pada ketinggian 38000 kaki, dia berjanji untuk baik-baik saja meski harus terus hidup dalam penyangkalan-penyangkalan yang diciptakan oleh pikirannya sendiri. Alsa menarik nafasnya dalam-dalam lalu mengembuskannya perlahan. Satu hal yang ia inginkan saat ini, yaitu ketenangan.

Dear Elvandra...

Malang sekali nasibku. Si gadis yang pendiam dan tidak berani melihat dunia luar. Dalam hidup, aku tidak ingin menyia-nyiakan waktuku. Aku tidak tahu, siapa yang lebih bodoh di antara kita untuk urusan perasaan. Tapi, kalau memang benar, hatiku ini jatuh cinta padamu. Aku tidak akan menyangkal lagi, yaa.. paling nanti aku tidak akan bilang kalau aku sudah jatuh cinta karena yaa untuk apa. Tidak penting juga buatmu.

Semoga aku tidak merepotkanmu ya.

Papa...

Cinta itu seperti apa ya?

Apakah cinta memang ada?

Kalau ada, kenapa dua manusia bisa saling mencintai?

Lalu kenapa juga mereka berpisah?

Dan kenapa manusia bisa berpaling untuk mencintai yang lain?

Sebenarnya apa yang manusia-manusia ini inginkan?

Papa, mama...

Kenapa kalian berpisah?

Padahal, sepertinya... Mencintai itu sesuatu yang sangat membahagiakan..

Ah, Alsa hanya belum tahu perkara-perkara yang sering terjadi dalam sebuah hubungan. Padahal, seharusnya dia lebih paham karena perpisahan tragis kedua orang tuanya. Tapi, saling mencintai memang menyenangkan sekali. Namun, ketakutannya yang luar biasa itu seperti tembok penghalang baginya untuk mencoba-coba hal yang berurusan dengan perasaan. Bahkan, sejak perceraian kedua orang tuanya. Dia tidak pernah membuka hati dan dirinya untuk siapapun. Satu-satunya teman yang ia miliki adalah laptop dan buku tulis. Persetan dengan omongan harus banyak bergaul agar mudah mendapatkan pekerjaan. Masuk organisasi hanya sebagai formalitas. Tapi, ternyata waktu bisa sekali mempertemukannya dengan hal-hal yang dia sukai. Ah, tidak, ini semua adalah takdir.

Terima kasih untuk semua yang terlibat di dalam hidup. Selama ini, tidak pernah rasanya aku merasa sangat bahagia karena hidup di dunia. Rasanya, aku seperti terlahir kembali.

Pesawat akhirnya mendarat dengan selamat di Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Langit Cengkareng saat itu cerah dan terik. Suasana bandara diselimuti keramaian. Gadis itu berjalan menuju pintu keluar dengan perasaan gaduh tak terbantahkan. Aku merindukanmu. Cepatlah pulang, Elvan. Ayo berpetualang lagi. 

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 01, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

WALLFLOWERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang