Keesokan harinya, kegiatan training masih berlanjut, namun ini adalah hari terakhir. Pagi hari udara masih sangat dingin. Suasananya terasa damai. Pagi itu Alsa terbangun dengan keadaan yang lebih baik. Dia sengaja keluar kamar sendirian tanpa mengajak siapapun hanya untuk menghirup udara segar sambil berjalan mengelilingi villa. Rambut hitamnya tertiup angin membuatnya jadi sedikit berantakan. Sinar matahari mulai masuk ke celah-celah jendela villa. Pemandangan yang bagus. Dari halaman villa ternyata bisa melihat suasana kota di bawah sana. Tadi malam yang dilihat adalah pemandangan lampu-lampu kota yang menjadikannya seperti lautan bintang yang berada di bawah.
Saat hendak kembali ke kamar, Alsa tak sengaja berpapasan dengan Elvan. Pria itu tersenyum kepada Alsa, namun gadis dingin itu mengabaikannya.
Beberapa saat kemudian,
"Tadi dia senyum ke siapa sih?" Alsa bertanya pada dirinya sendiri
Gadis itu akhirnya menoleh ke belakang, tak ada siapapun, yang ia tangkap hanyalah Elvan yang berjalan sendirian,"Jangan-jangan dia senyum ke aku...." Alsa kembali bergeming sendiri.
"Alsa!! Gimana udah enakan hari ini?" tiba-tiba saja Nata membuyarkan pikiran Alsa
"Iya lumayan" Gadis itu mengangguk-anggukan kepalanya.
"Nanti kumpul ya sekalian ajakin Nida juga"
Alsa hanya kembali mengagguk-anggukan kepalanya tanpa ekspresi.
"Yaudah, jangan lupa makan.. di sana tempat ambil sarapannya" Nata menunjuk ke arah meja prasmanan. Alsa kembali mengangguk-anggukan kepalanya, tersenyum sedikit lalu berkata, "iya, terima kasih ya"
Pukul 10.00,
S
aat itu semua anggota traning sedang melihat berita-berita dari berbagai negara yang sudah disiapkan oleh panitia dan ditempelkan di ruang tamu villa. Semua anak ramai berdiskusi tentang setiap permasalahan yang ditemui. Alsa dengan penampilan kaus hitam polos senada dengan rok selututnya yang berwarna hitam pula berjalan mengelilingi ruang tamu itu sendirian, ia berdiri di salah satu berita internasional tentang "zero hunger" yang melanda wilayah Afrika. Sebenarnya, ia sendiri sedang tidak mempu berpikir banyak untuk saat ini, tapi berita ini adalah salah satu dari sekian banyak yang menarik perhatiannya saat itu. Ia berdiam disana sambil memahami apa yang terjadi pada berita tersebut. Hingga tanpa disadari seseorang tengah berdiri disampingnya.
Siapa lagi jika bukan Elvan. Manusia yang paling berani menegur Alsa. Gadis itu menoleh kesebelahnya, menatap Elvan dengan aneh. Ngapain orang ini? tanya Alsa dalam hati. Pria itu jelas-jelas menoleh Alsa dan dia tersenyum lalu tertawa kecil. Alsa semakin merasa aneh. Gadis itu mundur satu langkah, kemudian membalikkan badannya dengan pandangan lurus ke depan.
"Kenapa sendirian..?" Elvan ikut memutar balikkan tubuhnya.
Alsa masih terdiam, raut wajahnya bingung, ia merasa ada yang aneh.
"Bukannya tadi udah dibilangin ya. Satu kelompok minimal dua orang, maksimal 3 orang"
Deg!
Alsa tidak pernah menyadari hal tersebut. Ia merasa seperti orang bodoh yang tertangkap basah, "Tadi sih, harusnya sama Nida.. tapi ya gitu, gak tau dia ke mana" gadis itu menjawab seolah-olah tidak ada yang salah dengan dirinya
"Ya udah, gak apa-apa. Aku sama kamu aja satu kelompok.."
"Kamu kan panitianya..." Alsa bertanya heran
"Dari kemarin kamu sering sendirian. Duduk dipojokan sambil bengong" Ucapnya tanpa menoleh Alsa sedikitpun
Alsa terdiam sejenak.
KAMU SEDANG MEMBACA
WALLFLOWER
Romance"a person who, because of shyness, unpopularity, or lack of a partner, remains at the side at a party or dance. any person, organization, etc., that remains on or has been forced to the sidelines of any activity: The firm was a wallflower in this ye...