Pagi itu, Alsa sedang berdiri di depan lobby kampusnya. Ia terlihat gelisah memandang ke segala penjuru. Matanya berkali-kali melirik ke arah parkiran moto. Meski cuaca sedang cerah, gadis itu diluputi rasa gelisah. Ia sedang menunggu kedua temannya yang berjanji akan membawa standing banner pagi itu karena harus di serahkan kepada dosen pembimbing.
"Al..al..al..." dari kejauhan salah satu gadis meneriakan nama Alsa. Ia berlari sambil membawa peretelah standing banner, nafasnya terengah-engah. Satu orang lagi mengikuti langkahnya dari belakang dengan kesusahan karena bawahan yang ia gunakan adalah jenis rok span yang sempit sehingga membuatnya sulit berjalan.
"Ayo!" ajak Alsa langsung berjalan menuju pintu masuk
Di ruang dosen
"Jadi yang fokus persentasi siapa?" tanya Bu Reka, dosen pembimbing Alsa dan kedua temannya, Nirina dan Nora
"Saya bu.." Nora mengangkat lengannya
"Nirina jago masak bu, saya percayai urusan dapur sama dia" sambung Alsa.
"Nanti saya bantu-bantu back up mereka" lanjut Alsa.
"Oke, jangan lupa dipercantik ketika pameran besok. Itu untuk nilai tambahan, kalian bisa pinjam alat di laboratorium. Langsung ambil saja tidak usah melalui surat perizinan" jelas Bu Reka seakan mengerti apa yang diresahkan oleh ketiga mahasiswi bimbingannya itu
Lomba kali ini agak sedikit berbeda dari perlombaan yang biasa Alsa ikut. Lomba besok juga diiringi dengan demo memasak sehingga untuk persiapannya tidak hanya mempersiapkan latihan persentasi, melainkan persiapan untuk memasak menu makanan yang mereka buat dalam karya lombanya.
"Nora, persentasi kamu di kelas bagus, latihan lagi supaya besok tidak gugup"
"Nirina, aku tidak terlalu pandai soal urusan dapur. Aku tidak banyak mengerti. Jadi, aku serahkah semuanya padamu"
"Jangan menaruh ekspetasi yang tinggi. Kalian beristirahat saja, jangan terlalu dipikirkan" jelas Alsa kepada team-nya.
"Siap bosque!" serentak Nirina dan Nora.
Berada di dalam sebuah tim membuat Alsa harus bisa menyeimbangkan keinginannya dan teman-temannya. Jauh sebelum itu, ia lebih menyukai lomba individu. Tapi, ia ingin mengajak teman-temannya untuk merasakan hal yang ia rasakan.
Drtttdrtt....
"Iya Nata, ada apa?" Alsa langsung menjawab telpon dari Nata
"Al, lagi free gak? hostfamily nya Amenaah tiba-tiba ngundang kita semua untuk makan-makan di rumahnya..."
"O-oh i-iya Nat, bisa bisa. Aku ke sana sekarang"
Padahal, tubuhnya sangat lelah hari itu. Tapi, ia relakan waktu istirahatnya untuk bertemu teman-temannya. Menghargai undangan tamu jauhnya. Gadis bermata sipit itu langsung beranjak menuju rumah Tante Fani, host family-nya Amenaah. Sekalian Alsa mengundang teman-temannya untuk berkunjung ke festival kuliner di kampus besok karena ia akan menampilkan karya lombanya di sana.
Keesokan harinya,
Udara terasa begitu panas. Festival kuliner hari itu sangat ramai dikunjungi oleh orang-orang yang penasaran dengan isi di dalamnya. Kegiatan masak-memasak telah usai. Nirina dengan wajahnya yang masih cemberut terus-terusan berdiam diri, seperti tidak punya semangat untuk hidup.
"Udah gak apa-apa Nir" rangkul Alsa yang langsung duduk di sebelahnya.
"Tapi yang tadi itu benar-benar gagal...." Nirina semakin menekukkan wajah bulatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
WALLFLOWER
Romance"a person who, because of shyness, unpopularity, or lack of a partner, remains at the side at a party or dance. any person, organization, etc., that remains on or has been forced to the sidelines of any activity: The firm was a wallflower in this ye...