36. Dibalik diam

9 2 0
                                    

Satu jam Alsa tertidur di dalam kereta sepanjang perjalanan. Kepalanya masih tersandar di bahu Elvan. Terlihat pria itu juga menyandarkan kepalanya ke dinding-dinding kereta. Gadis itu masih terlalu malas untuk bangun dan membangunkan temannya satu itu. Ia hanya berkutik dengan handphone-nya sembari mencari list penginapan murah di Kota Otaru.

Selang lima menit setelah mengutak-utik handphonenya, ia melepaskan sandarannya dan sibuk melihat pemadangan dari balik jendela. Semuanya terlihat putih. Atap rumah, daratan, hingga rel kereta ditumpuki es salju yang mengeras. Apa tidak dingin tinggal disini? Ia bergumam sembari menggigilkan tubuhnya.

"Mirip di film 5cm/second" pria disebelahnya mengagetkan Alsa. Ia kira Elvan masih saja tertidur, rupanya sejak Alsa menarik kepalanya dari bahunya, Elvan juga ikut melihat pemandangan yang dilihat oleh Alsa.

Gadis itu tersenyum tipis mengingat kembali ingatannya tentang film yang sudah lama sekali ia tonton itu. Berlatar salju tebal dan perjalanan dalam kereta, hanya itu yang ia ingat.

"Bagaimana ending nya?"

"Mereka tidak berjodoh"

Alsa menganggukan kepalanya,

"Bukannya Takaki berjuang untuk bertemu dengan Akari di tengah badai salju? Sampai kereta harus terhenti di perjalanan"

"Kamu pernah nonton?"

"Pernah dong" gadis itu menyipitkan matanya

"Iya, tapi akhirnya mereka tidak bertemu lagi. Begitu yang aku ingat"

"Padahal, mereka pasti saling rindu" Alsa menebak-nebak

"Sok tahu kamu"

"Iya kan? Iya gak sih?"

Suara pengumuman pemberhentian stasiun selanjutnya memenuhi gerbong yang mereka tumpangi. Hal tersebut membuat mereka otomatis menghentikan obrolan tentang film jadul yang menemani masa kecil mereka. Lantas keduanya bersiap diri untuk segera turun dari kereta yang melaju cepat ini.

Lima menit setelah pengumuman itu, kereta benar-benar berhenti. Mengizinkan seisi penumpangnya untuk keluar dan masuk. Sesampainya di stasiun, udara kembali berubah 180 derajat karena di luar seperti ini tidak ada mesin penghangat seperti yang ada di dalam ruangan-ruangan.

"Elvan, aku lapar lagi"

Pria itu celingak-celinguk mencari pintu keluar, "Sebelah sini" ia kemudian menarik tangan Alsa.

"Elvan, ayo makan lagi" rengek gadis disebelah Elvan yang sepertinya sudah tidak bisa menahan lapar.

"Aku mau kue manis" sambungnya

"Sabar ya cantik, kita cari kafe di luar stasiun" ucap pria itu dengan penuh kesabaran.

Membawa Alsa pergi tanpa kejelasan yang pasti tidaklah mudah. Gadis ini seperti sengaja mempersulit Elvan, mungkin karena ia masih kesal dengan Elvan yang mengajaknya pergi jauh mendadak tanpa tahu harus tinggal di mana.

"Duh harusnya kita naik kereta lagi aja ke lokasinya" Pria itu melihat peta yang tertera di handphonenya

"Jauh kah?" Alsa langsung saja mengambil benda persegi panjang itu dari tangan Elvan.

"Ah Cuma 1,8km doang. Jalan aja, paling cuma lima belas menit"

"Yakin?"

"hooh" Alsa menganggukkan kepalanya

"Bukannya tadi kamu bilang mau makan?"

"Nanti aja yang penting makannya enak"

"Kamu kuat? Dingin loh"

WALLFLOWERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang