33. A glass of coffee

17 2 0
                                    

Telepon berdering.

"Di mana brou?" Elvan bertanya

"Di kamar" Alsa menjawab pelan

"Aku di lobby hotel"

"Kok cepat banget?"

"Gak tahu juga kenapa..."

"Ayo ke sini, aku takut diculik kalau sendirian" sambung Elvan

"GAK ADA YANG MAU CULIK KAMU" pekik Alsa sebal

Telepon terputus.

Gadis itu segera menggunakan jaketnya, ia merias wajahnya simpel dengan tambahan pewarna bibir berwarna pink supaya tidak terlihat pucat. Kali ini ia tak sabar berjumpa dengan Elvan. Ada banyak sekali cerita yang ingin disampaikan, mulai dari A hingga Z.

Kakinya melangkah lebih cepat menuju lobby hotel. Tak menunggu lama, pintu lift terbuka, ia semakin mempercepat langkahnya. Pria itu terlihat sedang menunduk, ia datang sendirian. Ya, apalagi jika bukan bermain game. Matanya terlihat sangat fokus dengan benda berbentuk persegi panjang itu.

"Woy! Jauh-jauh ke sini buat wifi-an" Alsa menepuk pundak Elvan

"Satu ronde aja" Pintanya memohon

"Yaudah, lima menit yaa"

"Tenang. Aku kan dah jago main ini" jawabnya santai

Gadis itu menghela, ia membuka layar handphonenya. Tak ada satu pemberitahuan yang masuk. Akhirnya ia hanya memandang orang di sebelahnya yang tengah sibuk bermain game. Lama-lama melihat wajah Elvan menjadi hal yang ia sukai, entahlah meski hanya menunggunya bermain game satu ronde yang katanya hanya menghabiskan waktu lima menit padahal realitanya bisa-bisa sampai lima belas menit.

"Yuk pergi!" Ucapnya bersemangat.

Lamunan gadis itu terbuyar, ia bangkit dari kursinya dan mengikuti langkah Elvan dari belakang. Namun, lagi-lagi udara dingin tanpa angin selalu membuatnya terkejut. Gadis itu berusaha menahan rasa dingin yang sangat menusuk. Ia mengalihkan rasa dinginnya pada pemandangan lampu-lampu jalanan berwarna-warni, baginya hal tersebut sangatlah unik dan menggemaskan. Topi bulunya terpasang berantakkan dan langkah kakinya semakin pelan hingga membuatnya tertinggal cukup jauh dari temannya.

"Elvan! Tungguin" Teriaknya dari belakang.

Pria itu menoleh lalu setia menunggu gadis itu berjalan ke arahnya.

"Masih jauh gak?" tanyanya tak sabaran

"Nggak sih, disana tuh" Jemarinya menunjuk papan nama kafe berwarna cokelat dengan lampu berwarna kuning.

"Dingin banget" Gadis itu memasang raut wajah menggigilnya, lalu kali ini ia yang mempercepat langkahnya. Elvan hanya tertawa melihat tingkahnya.

Segelas kopi hangat dengan waffle cokelat sudah tertata rapi di atas meja. Hal sakral pertama yang dilakukan adalah mengambil gambar dari sajian yang akan disantap itu. Sudah seperti kewajiban sebelum makan, selain berdo'a.

"Itadakimasuuuu!" Alsa mengangkat garpu miliknya dan segera mencuil sepotong waffle cokelat.

Matanya terpejam, saking ia menikmati cemilan manis itu.

"Gimana tadi?" sebuah pertanyaan yang mendadak membuat gadis itu berwajah muram.

"Gak lolos 10 besar..." jawabnya datar

"Gak apa-apa"

"Lagian tadi aku maju pertama" celah Alsa

"Keren dong.."

"Apanya yang keren. Deg-deg-an parah"

"Tapi.. yaudahlah ya.." sambungnya dengan mulut yang tetap menyunyah.

"Besok jalan-jalan aja yuk..........Eh lusa ding, besok aku masih ada conference sama final" sambungnya

"Boleh.. Mau ke mana?"

"Aku cuma tahu ada benteng segi lima... tapi jauh gak ya.."

"Nanti aku ajak Yuki.."

"Siapa Yuki?"

"Hmm.. yang tinggal satu rumah.."

"Oh nanti aku ajak Celine dan Akane"

"Siapa mereka?"

"Celine itu roomatte, Akane itu buddy"

"Kamu mau lihat apa sih disini?" wajahnya langsung berubah menatap Alsa sambil tersenyum.

Gadis itu menggeleng-gelengkan kepalanya, "Aku kan gak banyak tahu tempat mana aja yang bagus" bibirnya manyun seketika.

"Yaudah, besok di list tempat yang pingin kamu datangin di sini.."

"Kenapa harus besok? Kenapa tidak malam ini.."

"Oiya benar juga"

Elvan segera mengutak-atik handphonennya, menelusuri pengetahuan google tentang tempat-tempat yang wajib dikunjungi saat berada di Pulau Hokkaido, "Yang pasti benteng segi lima..." ucapnya sambil sibuk menatap layar handphone.

"Kalo bisa cari tempat yang gratis"

Pria itu menggaruk-garuk kepalanya kemudian menyipitkan matanya, "Boleh... kita jalan-jalan random aja"

Satu jam kemudian, waktu berlalu dengan perbincangan yang tidak terlalu penting. Sesekali mereka sibuk berdiskusi tentang tempat-tempat wisata yang akan dikunjugi lusa nanti.

"Yang jelas jangan sampai melewatkan waktu berbelanja.."

"iya..iya..iya.."

"Udah yuk, aku ngantuk. Anterin pulang" Alsa tiba-tiba menguap. Matanya memang terlihat sayu sejak awal bertemu dengan Elvan. 

WALLFLOWERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang