13. Lembar Baru

67 6 0
                                    

            Sejak kejadian konyol hari itu, Alsa lebih sering berdiam diri dan terkadang uring-uringan karena selalu terpikirkan akan kejadian yang menimpanya. Ia sama sekali tak mengerti dengan dirinya sendiri yang masih belum bisa mencerna kejadian yang telah dialami. Barangkali, yang ia rasakan hanya mimpi, tapi itu nyata. Elvan brengsek!

Untungnya waktu itu Alsa pulang lebih dulu daripada teman-temannya sehingga ia bisa menghindari kejadian untuk bertemu dengan Elvan. Ia benar-benar tak siap untuk berhadapan dengan pria itu lagi. Mungkinkah trauma? Alsa berdecak sendiri, kesal dengan dirinya yang masih belum bisa menerima keadaan.

Drtdrt drtdrt...

Handphonenya bergetar. Benda itu menampilkan notifikasi dari Elvan. Jelas sekali. Alsa ragu ingin membukanya, ia masih harus mencerna terlebih dahulu tentang kejadiannya di malam itu. Namun, ia berusaha sekuat tenaga mengabaikan ingatannya. Ia tak ingin kejadian yang berlalu terus-menerus mengganggu hidupnya. Gadis itu menghela nafasnya....

Jemarinya membuka pesan dari Elvan,

"I need your help Al"..

Hanya sepotong kalimat itu. Lantas membuat Alsa penasaran. Bantuan seperti apa yang diinginkan dari seorang Alsa.

"Gimana Van?" balas Alsa.

Sekitar lima menit kemudian pria itu membalas pesan Alsa,

"Jadi gini, aku sekarang lagi ada project. Kamu kan jago bikin design, aku butuh orang kayak kamu buat bisa jalanin project ini. Duh.. ribet dah kalo di ketik...." Pria itu membalas pesan yang masih membuat Alsa penasaran.

Tak lama setelah pesan masuk, dering telepon berbunyi. Panggilan masuk dari Elvan. Tanpa ragu Alsa langsung menjawabnya,

"Alsa... kangen gak sama Pangeran..?" canda pria yang menelpon Alsa

"Apaan sih. Cepetan kasih tau" Alsa tetap bersikap dingin seperti biasanya.

"Jadi gini, aku kan lagi ada project tuh, nanti kita bantu branding desa-desa, aku disini butuh kamu banget sebagai orang yang bisa design-design gitu. Kalo mau nanti  dimasukin ke grup nya, udah ada Gilang sama Lala. Tahu mereka berdua kan?" jelas Elvan.

"Tahu dong, masa gak tahu"

"Kali aja kan...kamu pendiem gak suka gaul..."

"Jadi, gimana nih, mau gak?" tanya Elvan sekali lagi.

"Hm.. boleh deh, aku coba yaa. Tapi, bantuin aku juga" jawab Alsa.

"Bantu apa?" Elvan bertanya balik

Terjadi keheningan beberapa saat ketika telepon masih tersambung..

".........."

"hmm gak jadi deh.."

"Kalau ada apa-apa jangan sungkan untuk cerita dan minta tolong" jawab Elvan.

Entah kenapa, mendengar jawaban itu Alsa merasa sedikit lega. Perasaan gelisahnya berkurang. Sesuatu yang baru saja tumbuh dalam dirinya, entah iya entah bukan, ia harus memastikannya, dirinya tidak boleh berbohong kepada dunia bila suatu hari nanti ia memang benar jatuh cinta kepada Elvan. Alsa harus benar-benar membuktikannya terlebih dahulu, apakah ini hanya sekedar rasa senang atau ia benar-benar menaruh harapan pada pria berisik yang ia kenal. Gadis itu tersenyum tipis. Siapa sih dia?

Keesokan Harinya, pukul 20.00

Alsa membaca novel di dalam kamarnya. Suasana rumahnya begitu sepi, tak ada orang kecuali dirinya yang sedang membaca buku tebal berbahasa Inggris itu. Malam ini ada janji online meeting bersama Elvan, Lala, dan Gilang. Alsa sendiri pernah bertemu dengan Gilang sebelumnya. Pria itu juga selalu hampir mengikuti Elvan setiap Alsa menangkap keberadaannya di organisasi. Entah apa yang akan disampaikan ketika meeting nanti, Alsa juga masih belum terlalu paham dengan konsep ide dari Elvan.

WALLFLOWERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang