22. Kadaluarsa

16K 1.2K 139
                                    

BUDAYAKAN VOTE

~Happy Reading~

🥀

Paham dengan tatapan itu, Dewi dengan langsung menjelaskan apa tujuannya ke sini, "Gue mau tanya sesuatu sama lo" kata Dewi.

"Apa?" tanya Andra singkat, tumben sekali dia seperti ini, tidak seperti biasanya.

"Ini tentang Airin"

"Airin kenapa?" tanya Andra, sedangkan yang ditanya memutar bola matanya malas.

"Asal lo tau, tadi pagi Airin nangis dan keadaannya kacau banget" ujar Dewi yang tentu saja dilebih-lebihkan olehnya.

Andra refleks menegakan tubuhnya, saat mendengar gadisnya itu menangis, tiba-tiba rasa bersalah muncul pada dirinya.

"Sekarang Airin di mana?" tanya Andra yang hendak melangkahkan kakinya pergi, saat tangan Dewi mencengkal pergelangan tangannya.

"Sebelum lo temuin Airin, tolong dengerin gue dulu" mohon Dewi meminta Andra untuk mendengarkan ucapannya ini.

"Apa?" tanya Andra luluh pada akhirnya.

"Gue mau nanya sama lo, waktu pagi, apa bener lo ngebentak Airin?" tanya Dewi hati-hati dengan nada bicara yang pelan, ia tidak mau Andra tersinggung dan terjadi kesalah pahaman nantinya.

"Airin cerita?"

Dewi menggeleng. "Jawab iya atau tidak" kata Dewi yang tiba-tiba nada bicaranya tegas.

"Iya"

"Why?"

"Gue cuma kesal aja, kenapa Airin gak nelpon gue, di sini masih ada gue kenapa harus Brian?" tanya Andra yang menunjukan rasa kesal pada wajahnya, tak lupa tangannya mengepal kuat saat mengucapkan nama Brian.

"Iya gue tau, tapi gak seharusnya lo ngebentak Airin kayak gitu, lo tau sendiri kan, kalo hati perempuan itu lembut, dia gak bakalan kuat" jelas Dewi sedangkan Andra hanya diam tanpa merespon.

"Paham lo maksud gue?"

"Gue gak terima Brian deketin Airin" kata Andra bersikeras bahwa intinya yang ia kesali adalah Brian.

"Gue udah tau itu, ini menyangkut Airin bukan Brian!" Peringat Dewi tegas, "gimana lo dengan Hana?" tanya Dewi berbasa-basi saat ia melihat Andra hanya diam saja.

"Gak kenapa-napa"

"Lo gak pacaran diam-diam kan dibelakang Airin?" tuduh Dewi sedangkan Andra yang mendengar itu menatap tajam Dewi.

"Udah deh, tuh mata biasain aja, gue cuma nanya" balas Dewi enteng dengan melipatkan kedua tangannya di depan dada.

"Mungkin kalo gak ada Airin gue bisa aja sekarang balikan sama Hana, tapi ketika gue bayangin wajah Airin, gue tiba-tiba merasa bersalah dan tentunya gak tega ninggalin dia" jelas Andra.

"Kalo boleh jujur, gue masih ada rasa suka sama Hana, tapi lo tenang aja gue bakalan tetep milih Airin" lanjutnya

"Bodoh! Hana tuh orangnya jahat! Lo jangan deket-deket lagi sama dia, Hana yang dulu dengan sekarang beda, sifatnya bikin gue kesel!"

"Tau apa lo?" tanya Andra heran.

"Asal lo tau, Airin sakit perut gara-gara Hana! Lo inget kan waktu Airin sakit perut?" tanya Dewi.

Mendengar itu Andra langsung mengangguk.

"Dia ngasi Airin roti kadaluarsa!"

Flashback onn

"Masih sakit ya Rin?" tanya Mitha menatap Airin kasian.

"Iya" lirihnya.

"Lo tadi makan apa aja sih?" tanya Dewi.

"Tadi di kantin cuma makan roti aja sama air mineral" jawab Airin apa adanya.

"Roti?" tanya Mitha meminta penjelasan.

"Tadi Hana kasi Airin roti waktu di kantin, soalnya Irin gak pengen makan nasi" jelas Airin yang tentunya dari ucapan Airin itu ada kecurigaan yang tersembunyi.

"Bungkusan roti tadi, dimana Lo buang?" tanya Dewi lagi.

"Airin gak buang, tadi sisa, yaudah Airin maksukin ke tas aja, emang kenapa?"

"Emm, coba sini bawa bungkusannya" kata Dewi meminta bungkusan roti tersebut kepada Airin.

"Ini" Airin menyodorkan sebungkus roti yang ia makan tadi, tetapi bedanya roti itu tinggal setengah.

Dewi dengan langsung mengambil bungkusan roti tersebut, lalu mengecek apakah roti di tangannya ini ada yang salah atau tidak.

"Asataga, udah kadaluarsa Rin!"

Dan tentu saja, mereka yang mendengar itu terkejutnya di buatnya.

Flashback off

"Keterlaluan banget kan dia?"

"Hana gak salah, yang salah itu mbak-mbak kantinnya, siapa suruh jualan roti kadaluarsa?"

"Ish! Belain aja terus dia!" Kesal Dewi yang langsung pergi begitu saja.

***
Bel pulang sudah berbunyi, dengan segara Airin melangkahkan kakinya menuju gerbang sekolah, tetapi sebelum itu, Airin memutuskan untuk mengambil jaketnya terlebih dahulu, mengingat cuaca saat ini sedang gerimis yang tak lama lagi hujan akan turun.

"Oh iya, kan tadi aku gak bawa jaket" gumam Airin sembari menepuk keningnya pelan.

Kini Airin sudah berada di halte dekat sekolah hanya untuk sekedar berteduh, sambil menunggu jemputan Airin sedari tadi menggosok-gosokan kedua tangannya mencari kehangatan.

Pada saat asik-asiknya menatap jalan yang sepi, dari arah samping tiba-tiba ada seseorang cowok yang memakaikan tubuhnya dengan jaket, hal tersebut membuat Airin refleks menoleh dan terkejut saat melihat orang itu adalah Andra.

"Kenapa hujan-hujan gini gak pake jaket? Kalo sakit gimana? Jangan buat aku khawatir" kata Andra yang masih membenarkan jaketnya pada tubuh Airin.

Jaket kebesaran Andra membuat Airin menjadi terlihat sangat lucu dan tentunya sangat gemas di mata Andra, terlebih lagi jari-jarinya tidak terlihat di karenakan jaket milik Andra terlalu besar untuk Airin.

"Gak usah" tolak Airin halus yang mencoba melepaskan jaket Andra dari tubuhnya.

"Pake aja, aku tau kamu kedinginan" ujar Andra membenarkan kembali jaketnya pada tubuh Airin.

"Trus kamu gak pake? Ini kan punya kamu" ujar Airin sambil memperhatikan jaket Andra.

Andra menggeleng "Buat kamu aja, aku udah biasa kayak gini"

"Em, y-yaudah besok aku kembaliin" kata Airin tanpa menoleh ke arah Andra, cukup lama mereka berdua terdiam, membuat suasana sangat canggung.

"Maaf" ujar Andra tiba-tiba yang membuat Airin menoleh ke arahnya.

"Buat apa?"

"Udah ngebentak kamu tadi pagi"

"Oh, gak apa-apa" setelah mengatakan itu Airin kembali menatap jalanan yang semakin sepi.

"Gak pulang?" tanya Andra lagi

"Nunggu jemputan" jawab Airin

"Peluk boleh?"

*******
Seharunya sih ada kelanjutannya, tapi aku potong, dan mau ngelanjutin ke chapter berikutnya.

Di tunggu yaa. Makasih :)

SUKA BANGET SAMA ORANG YANG MAU NGVOTE😍

My Possessive Boyfriend (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang