2

1.9K 116 0
                                    

Semoga sukaaaa..
Hasil kegabutan!


“Soal..- kejadian tadi jangan bilang siapa-siapa ya terutama nyokap gue. Gue gak mau buat mereka semua khawatir. Ucap Shasa sendu. Iqbaal tersenyum melihatnya.

“Iya lo tenang aja semuanya aman ditangan Iqbaal Diafakhri Ramadhan” jawabnya dengan semangat.

“Tapiiii ...”

“Tapi apa?” tanya Shasa.

“Ada syaratnya.” Jawab Iqbaal.

“Apaan? Pake syarat segala si!” protes Shasa.

“Pertama lo gak boleh ngelakuin hal kayak tadi lagii yang bisa membahayakan diri lo sendiri, kedua  kemanapun lo pergi harus sama gue, ketiga.. apapun yang terjadi lo harus cerita sama gue dan yang keempat luka lo harus gue obatin dulu. Deal?” jelas Iqbaal pada Shasa.

“Ck.. iya, bawel lo!” jawab Shasa ketus. Iqbaal mengacungkan jari kelingkingnya meminta Shasa untuk berjanji. Akhirnya Shasa mengikuti kemauan Iqbaal, karena kalau tidak dia akan merengek seperti anak kecil.


Fleshback On
Karena rasa kesalnya terhadap Iqbaal yang tadi pagi tidak menjemputnya kesekolah malah berboncengan dengan cewek lain yang Shasa tidak tahu siapa karena Yori yang kasih tahu.

Dan saat jam istirhat dan akan pulang pun Iqbaal tidak menghampirinya untuk mengajaknya pulang malah asik ngobrol sama cewek itu.

Ditambah Shasa memdengar obrolan Iqbaal bersama Aldi teman sahabat sekIigus teman sekelasnya Iqbaal, dan apa lagi yang mereka bicarakan kalau bukan cewek itu dan yang lebih menyakitkan adalah aku mendengar Iqbaal bicara tentangku yang terlalu bergantung kepadanya, dan aku menyadari hal itu.

Apa mungkin selama ini Iqbaal merasa risih berada didekatku? Itu pertanyaan yang pertama kali melintas di kepalaku yang seketika membuat hatiku sakit dan merasa bersalah bahwa selama ini aku hanyalah beban untuknya.

Melihat dan mendengar itu Shasa langsung pergi melewati tempat dimana Iqbaal dan cewek itu berdiri asik ngobrol sambil sesekali tertawa. Saat Shasa lewat Iqbaal sempat memanggilnya tapi Shasa mengabaikan panggilan Iqbaal, ia terus berjalan melewati parkiran dan gerbang sekolahnya menuju halte terdekat untuk menunggu taxi, tapi yang ditunggu tak kunjung datang.

Karena Shasa takut Iqbaal menyusulnya dan melihat muka kesalnya akhirnya Shasa memutuskan untuk naik angkot yang kebetulan lewat dihadapannya.

Sebetulnya ada rasa ragu dalam hati Shasa tapi mendengar suara Iqbaal yang lagi lagi memanggil namanya Shasa mengembuskan nafas sambil memejamkan matanya meyakinkan diri bahwa tidak akan terjadi apa-apa jika ia menaiki angkutan umum ini sendiri.

Shasa mengangkat kakinya untuk menaiki angkot tanpa ia sadari tangannya bergetar dahinya penuh dengan keringat. Shasa duduk dekat kaca belakang angkot. Angkotnya sepi hanya Shasa dan dua orang laki-laki yang duduk didekat pintu yang baru Shasa sadari ketika angkotnya berjalan.

Kedua lelaki itu terus melirik kearah Shasa walaupun tidak secara terang terangan tapi Shasa bisa merasakannya. Shasa mulai gugup ketika angkot melewati jalanan yang lumayan sepi.

Tiba-tiba lelaki yang duduk tepat dibelakang sang supir menyerang meminta semua barang berharga milik supir itu dan yang Shasa punya bahkan ia mengancam sambil menunjukan senjata tajamnya.

Leher supir yang dicengkram oleh lelaki itu membuat konsentrasi sang supir buyar sehingga angkot yang dibawanya berjalan tidak wajar berbelok kekanan dan kekiri.

Tanpa Shasa sadari Iqbaal mengikutinya dari belakang dan melihat ada kejanggalan dari angkot yang Shasa naiki. Shasa sudah sangat ketakutan mukanya pucat, tubuhnya bergetar. Rasanya ingin berteriak untuk meminta tolong tapi suaranya seperti tertahan ditenggorokan.

Iqbaal melajukan motornya dengan cepat setelah melihat angkot yang dinaiki Shasa terlihat aneh. Ia mencoba menyusul angkot tersebut dan menghadangnya dari depan.

Bunyi ban motor yang berdecit diaspal terdengar nyaring, motor berhanti tepat didepan angkot dan membuat angkot mengerem secara mendadak sehingga orang yang ada didalam angkot sedikit terpental kedepan.

Iqbaal turun dari motornya dengan tergesa gesa khawatir terjadi seseuatu yang tidak diinginkan. Ia marah ketika melihat Shasa  menjadi tawanan preman. Dan disanalah terjadi perkelahian antara Iqbaal dan salah satu dari preman tersebut.

Entah apa yang terjadi salah satu preman melepar batu yang cukup besar ke arah Iqbaal yang berdiri dipinggir angkot yang berjendela kaca, Iqbaal mencoba menghindar tapi hasilnya batu besar tersebut malah mengenai kaca jendela angkot sampai kacanya pecah. Dan pecahan kaca tersebutlah yang membuat luka dipipi kanan Shasa.

Flashback off

“Lho kalian baru pulang?” tanya mama Ida yang melihat Iqbaal dan Shasa di garasi dengan jarinya yang masih bertautan.

“Eh.. iya ma” jawab Shasa cepat, sambil melepaskan jari kelingkingnya dari Iqbaal.

“Yauda yuk masuk mama udah siapin kue kesukaan kalian” ajak mama Ida. Sambil menggandeng kedua tangan Shasa dan Iqbaal. Yang digandeng hanya pasrah saja.

“Oh iya, kok tumben jam segini baru pulang? Habis dari mana?” tanya mama Ida penasaran.

“Biasa ma anak muda abis pacaran.” Jawab Iqbaal seenaknya.

“Sembarangan lo kalau ngomong!” balas Shasa tidak terima.

“Jadi kalian berdua pacaran?” tanya mama Ida lebih antusias.

“Aduuh udah deh ma jangan dengerin Iqbaal, dia kalau ngomong emang suka gitu, gak ada saringannya.” Jawab Shasa kesal.

“Tapi mama seneng kok kalau kalian beneran pacaran” jawab mama Ida.

Dalam hati Shasa mengumpat kenapa sih mamanya harus bicara begitu di depan Iqbaal bikin malu aja.

“Yes udah dapet restu dari camer!” jawab Iqbaal dengan cengirannya.
Shasa yakin mukanya pasti merah seperti kepiting rebus akibat menahan malu.

“Gak usah merah gitu dong pipinya.” Goda Iqbaal. Mamanya ikut tertawa melihat ekspresi Shasa. Sontak Shasa langsung mencubit pinggang Iqbaal cukup keras.

“Awws ..” rengek Iqbaal.

“Liat nih ma anaknya nyubit-nyubit kan sakit.” Adu Iqbaal ke mama Ida.

“Shasa gak boleh gitu dong nak.” Lerai mama Ida.

“Mama kok lebih bela dia sih dari pada anaknya sendiri?” tanya Shasa sambil menunjuk muka Iqbaal.

“Udah-udah kok malah berantem? Lebih baik sekarang kita masuk ke dalam. kamu ganti baju terus kita makan kue sama-sama di taman belakang. Okay? Tanya mama Ida dengan lembut.

Aku berjalan lebih dulu mendahului mamah Ida dan Iqbaal, tapi sebelumnya aku mencium pipi mama sambil berlalu.

“Yauda aku ke atas dulu ya..” ucap shasa

“Pacarnya ga dicium juga sha?” tanya Iqbaal yang kembali menggoda Shasa.

“Ck..! Berisik lo! Jawab Shasa ketus.
Iqbaal dan mama Ida hanya terkekeh mendengar jawaban Shasa..

“Kamu tuh ya suka banget sih gangguin Shasa bay” ucap mama Ida.

“hehe.. abis dia cantik ma kalau lagi marah” jawab Iqbaal sambil nyengir.

“hm.. yauda yuk” ajak mama Ida sambil menarik tangan Iqbaal. “Jadi gak nih makan kue buatan mama?” tanya mamah Ida lagi.

“Jadi dong mah. Let’s go!” jawab Iqbaal dengan semangat.








Monarch Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang