Halloooooo!!
Masih anget baru ditulis secara dadakan. 😍
Enam bulan setelah pernikahan Teh Ody dengan suaminya. Kang Adi namanya, dan kini Teh Ody punya sebutan baru yaitu bumil.
Iya, didalam perutnya sudah ada janin yang InsyaAllah akan terus tumbuh 3 bulan kedepan karena usia kandungannya hampir menginjak 6 bulan. Terhitung kurang lebih 3 bulan lagi keponakanku akan lahir ke dunia.
Senang rasanya melihat Teh Ody yang terlihat lebih berisi dari sebelumnya karena ada bayi kecil yang bersemayam di perutnya yang sudah terlihat semakin membesar.
Terkadang aku suka menemaninya makan rujak kalau sedang ngidam, aku sempat bertanya bagaimana rasanya menjadi seorang istri yang sebentar lagi akan menjadi calon seorang ibu?
Teh Ody bilang semua proses yang sedang dijalaninya ini bagaikan anugrah yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata.
Pertama kali mendengar Kang Adi mengucap ijab qobul dihadapan Ayah dan seluruh para saksi yang ada saat itu rasanya sungguh mendebarkan dan lebih mendebarkan lagi ketika dengan cepatnya diberi kepercayaan atas janin yang ada diperutnya kini.
Senang itu sudah pasti, bahagia tidak perlu ditanya lagi, tapi juga ada perasaan gugup karena ini pertama kalinya ada nyawa lain yang hidup didalam tubuhnya selain dirinya sendiri.
Terkadang juga begitu emosional dan merasa haru karena sebentar lagi statusnya bukan hanya seorang istri bagi suaminya tapi juga seorang ibu bagi anaknya kelak.
Dan semua perkataannya benar adanya. Rasanya capur aduk karena aku akhirnya mengalaminya sendiri perasaan gugup sekaligus mendebarkan karena terlalu bahagia.
Kedua tanganku rasanya dingin sekali kakiku rasanya lemas menanti detik-detik setiap proses yang sedang berjalan didepan sana saat disuruh menunggu disalah satu tempat yang tidak jauh dari tempat acara.
Satu bulan lalu tepatnya di hari ulang tahunku, tanpa ada rasa ragu tangannya menjabat wali nikahku yaitu Papa Iwan. Suaranya terdengar lantang saat mengucapkan ijab qobul, dihadapan Papa, para saksi, seluruh keluarganya dan keluarga besarku.
Sehingga membuatku SAH menjadi istrinya sekarang.Ini seperti sebuah mimpi yang menjadi nyata dan tanpa sadar air mataku jatuh dengan sekali kedipan. Orang bilang air mata kebahagiaan itu nyata, tapi aku tidak percaya sampai akhirnya aku merasakannya sendiri saat ini dan detik ini juga.
Aku tidak pernah merasa seterharu ini.
Teh Ody dan Yori masih menggenggam erat tanganku dan sedikit mengelusnya perlahan bahkan Yori dengan sigap menghapus air mataku.Dari sorot mata keduanya aku bisa melihat kebahagiaan yang sama.
"Udahan ah nangisnya." Peringat Yori, tapi aku bisa lihat matanya ikut berkaca-kaca."Yuk Sha." Ajak Teh Ody untuk mengantarku ke tempat akad. "Kang Ale udah nungguin tuh." Bisiknya ditelingaku. Perkataan yang bisa membuatku malu dan sedikit mencairkan suasana karena sejak tadi aku merasa tegang menunggu disini. Takut kalau-kalau Iqbaal salah saat mengucapkan ijab qobul didepan Papaku.
Kedua tanganku dituntun oleh Teh Ody dan Yori disebelah kanan dan kiriku. Berjalan melewati altar dengan taburan bunga berwarna putih sebagai dekorasinya serta balon sabun yang sudah mengitari setiap langkahku.
Semakin mendekat wajahku semakin menunduk lantaran malu melihatnya secara langsung setelah 1 minggu kami dilarang bertemu. Bunda bilang kami harus dipingit supaya ada rasa kangen dan deg-degan yang muncul di antara kami. Jadi ketika kami bertemu di hari H, ada rasa kangen yang memuncak.
Dan ucapan bubda benar-benar manjur karena saat ini seluruh tubuhku bahkan bisa merasakan setiap detakannya.Tangannya terulur untuk meraih tanganku membawaku untuk berdiri berhadapan dengannya, menatapnya secara langsung lalu mencium tanganya dihadapan semua orang, tanda bahwa kini, dia Iqbaal Diafakhri Ramadhan telah sah menjadi suamiku terhitung mulai detik ini sampai ajal kami menjeput.
Kebahagiaan ini rasanya tidak bisa kami sembunyikan, bahkan semua orang disini turut bahagia menyaksikan kedua insan yang baru saja sah menjadi sepasang suami istri.
Lucu sekali ketika mengingat bahwa dulu kami dekat sebagai sahabat tapi lihatlah sekarang kedektan kami bukan lagi hanya sekedar sahabat tapi lebih dari itu. Doaku saat ini adalah bisa terus bersamanya walau aku tahu semua pasti tidak akan selalu berjalan mulus dan kehidupanku yang sesungguhnya baru akan dimulai dan tentunya bersama suamiku Iqbaal.
Selanjutnya semua prosesi setelah akad kami lakukan satu persatu dengan lancar. Satu persatu orang-orang datang dan pergi untuk memberikan kami ucapan selamat dan do'a baik yang pastinya selalu ku Aamiinkan.
"Bro Iqbaal jodoh lo ternyata ga jauh-jauh ya!" Ucap Brandon saat menghampiri kami dengan teman-temanku yang lain.
"Yoi ndon udah nabung sedari dini doi." Balas Omar menggoda.
"Wah kacau nabung dimana lo? Licin amat."
Aku masih bingung dengan percakapan mereka. Apa salahnya? nabung itu kan perbuatan baik, kok dibilang kacau.
"Rahasialah! Lo tinggal tunggu aja bentar lagi akan ada iqbaal junior." Jawab Iqbaal dengan senyum nakalnya sambil melirikku tak lupa tangannya mengelus perutku lembut. Dan detik itu juga aku baru paham maksud dari percakapan mereka.
"Ish." Buru-buru aku menyingkirkan tangannya dari perutku. Kalau orang-orang berpikir yang tidak tidak kan berabe, nanti aku disangka perempuan gak bener lagi. Dasar Iqbaal nyebeliiiin.
Awas aja aku bales nanti!*tiati gak dikasih jatah lo le wkwk"
"Apaan si baal, malu tahu."
"Emang kamu gak mau punya Iqbaal junior sama aku?"
"Ya tapikan gak perlu dibahas disini." Jawabku lagi. Sedangkan teman-temanku masih memperhatikan kami sehingga membuat antrian yang ingin mengucapkan selamat kepada kami semakin panjang.
Belum sempat Iqbaal menjawab ucapannya sudah dipotong oleh Gusti.
"Baru nikah udah berantem aja."
"Tenang Sha kalau lo belum mau punya Iqbaal junior, kita punya solusi yang aman buat tar malem. Iya gak Mar?"
Ucap Brandon.
"Kasih Gus." Pinta Omar.
"Tenang udah gue siapin." Gusti menyerahkan sesuatu yang dibungkus dengan kantong plastik hitam kearahku.
"Nih buat tar malem Sha." Ujarnya.
"Ini apaan?" Penasaran aku membuka dan mengeluarkan satu bungkus kotak merah yang bertuliskan Fi****. Beberapa detik masih ku perhatikan sampai kudengar Iqbaal berucap.
"Hahaha gue gak butuh barang begituan." Sambil merebut barang yang sedang ku pegang dan memasukannya kembali ke kantong pelastik. Lalu Iqbaal mengusir mereka bertiga dari atas pelaminan sedang yang diusir masih sibuk tertawa."Emang yang tadi itu apaan?" Tanyaku tidak tahu menahu dengan kotak merah tadi.
"Kamu gak tau barang yang tadi itu apa?" Aku hanya membalasnya dengan gelengan kepala.Wajahnya mendekat kearahku membuatku sedikit gugup karena disini masih banyak orang. Aku takut Iqbaal melakukan hal yang tidak-tidak meskipun sekarang dia telah sah menjadi suamiku. Tapi kan ini didepan umum. Aku malu.
Tapi dugaanku salah ternyata Iqbaal bukan mau menciumku tapi membisikan sesuatu ditelingaku.
"Yang tadi itu buat malam pertama."
"HAH?"Udah dulu ya, semoga tidur nyenyak 😜
KAMU SEDANG MEMBACA
Monarch
Teen Fiction🏅 #1 idr (22 juli 2020) 🏅 #3 vp (22 juli 2020) "Heran deh mama tuh sama kalian berdua. Kalau deketan kerjaannya berantem mulu. Tapi kalau lagi jauhan mulai deh ngerengek rengek bilang kangen," "Dih aku gak gitu ma!." Jawab Iqbaal dan Shasa berbar...