Kita tidak bisa menentukan kemana hati ini akan berlabuh tapi kita bisa memutuskan untuk lanjut atau mundur perlahan.
.
.
.
.
.Pagi ini di Bandung hujan turun seperti ikut serta dalam kesedihanku. Hari termalas karena nyatanya aku masih meringkuk dibawah selimut tebal yang hangat sambil memeluk guling kesayanganku.
Semalaman aku tidak bisa tidur karena memikirkan perkataan Iqbaal yang katanya sudah jadian dengan Iren dan memikirkan bagaimana perasaanku terhadap Iqbaal.
Apa benar ini perasaan cemburu akibat jatuh cinta?
Atau cemburu karena sahabatku nantinya tidak akan seperhatian dulu ketika dia sendiri?
Karena pasti waktunya akan habis berduaan dengan pacar barunya sedangkan aku tidak bisa lagi kemana mana naik motor bersamanya.
Tidak bisa lagi memeluknya diatas motor seperti yang biasa ku lakukan selama belum ada dia di hidupnya.
Tidak bisa lagi memintanya membawakan makanan kesukaanku ditengah malam karena kelaparan.
Tidak bisa mengahabiskan waktu berdua melakukan hal hal konyol yang hanya kita berdua yang tahu.
Flashback on
Kabar baik yang kedua, gue udah jadian sama Iren.
Aku diam mendengar ucapannya tanganku luruh mataku rasanya memanas hatiku rasanya sesak.
Apa ini yang namanya sakit tapi tak berdarah?
Iqbaal mengendurkan pelukannya lalu memegang kedua pundakku ia mengulang ucapannya.
“gue udah jadian sama iren Sha, akhirnya gue gak jomblo lagi.” Ucap Iqbaal girang sambil mengoyang goyangkan tubuhku.
Entah bagaimana wajahku saat itu. Aku berusaha tersenyum dan bahagia mendengar kabar tersebut.
“Wah.. serius? Gercep juga ya lo.” ucap Shasa sambil tertawa sumbang.
“ya mana bisa Iren nolak cowok ganteng kayak gue?” jawab Iqbaal sombong.
Sontak Shasa langsung menoyor kepala Iqbaal cukup keras, entah karena ucapan sombongnya atau karena kabar mengejutkan yang membuat hatinya tidak tenang.
“Awws santai dong!” ucap Iqbaal sambil memegang kepalanya.
“Yauda gue balik yak Sha, lo tenang aja gue pasti traktir lo. Pajak jadian.” Ucapnya sambil menaik turunkan alisnya.
Sebelum pergi Iqbaal kembali memelukku. “Tidur jangan begadang.” Katanya sambil mengusak kepalaku.
Aku tertegun sesaat mendapat perlakuan manisnya. Padahal biasanya juga Iqbaal melakukan hal tersebut tapi kali ini rasanya berbeda seperti ada kupu-kupu terbang diperutku.
“Iih.. kebiasaan deh lo! Rusak rambut gue.” Ucap Shasa mencoba menetralisirkan perasaannya.
“Udah sana pulang!” kataku sambil mendorong tubuh Iqbaal.
“Iya, jangan kangen yak!” katanya sambil tersenyum manis.
“gak usah ngaco kalo ngomong!” jawab Shasa galak.
Mendengar itu Iqbaal hanya tertawa.Setalah Iqbaal pulang aku mengurung diri di kamar, aku tidak menangis, lebih tepatnya mencoba untuk tidak menagis, tapi gagal.
“Kenapa nangis Sha?” ucapku kepada diriku sendiri. Tapi sampai sekarang aku belum menemukan jawabannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Monarch
Teen Fiction🏅 #1 idr (22 juli 2020) 🏅 #3 vp (22 juli 2020) "Heran deh mama tuh sama kalian berdua. Kalau deketan kerjaannya berantem mulu. Tapi kalau lagi jauhan mulai deh ngerengek rengek bilang kangen," "Dih aku gak gitu ma!." Jawab Iqbaal dan Shasa berbar...